BANJARMASIN – Anggota Komisi II, III, dan IV DPRD Kota Banjarmasin akan melakukan studi banding ke sejumlah daerah terkait bidang yang dibawahi oleh masing-masing komisi tersebut. Studi banding yang dijadwalkan berlangsung pada tanggal 02-06 Mei 2010 ini dimaksudkan untuk sharing dengan pemerintah daerah yang dikunjungi sehubungan dengan kebijakan yang telah berhasil dijalankan di daerah setempat dan diharapkan nantinya dapat diterapkan pula di Kota Banjarmasin.
Adapun Komisi II rencananya akan bertandang ke Palu dan Tangerang, Komisi III ke Palu dan Surabaya, dan Komisi IV ke Balikpapan dan Tomohon.
Sekretaris Komisi II Suyato SE MM yang dikonfirmasi hari ini (30/04) mengungkapkan bahwa pada studi banding nanti pihaknya akan fokus pada masalah penggalian Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita akan melakukan pertemuan dengan Pemko dan Dispenda Kota Palu serta DPRD Kabupaten Tangerang untuk mengetahui perbandingan PAD-nya dengan Kota Banjarmasin seperti apa,” ujarnya.
Sedangkan Ketua Komisi III Matnor Ali F membeberkan bahwa kunjungan pihaknya ke Palu bertujuan untuk melakukan studi banding masalah siklus pembangunan, dan ke Surabaya untuk belajar dari keberhasilan pemerintah daerah setempat dalam melakukan penataan terminal dan parkir.
“Kita akan ke Terminal Bungurasih sebagai terminal terbaik di Surabaya. Keberhasilan-keberhasilan Terminal Bungurasih akan kita adopsi di Banjarmasin,” imbuhnya.
Hal ini, lanjutnya, dilakukan sesuai dengan masukan dari masyarakat dan juga karena hingga saat ini polemik Terminal Pal 6 tak kunjung selesai. Selain terminal, masalah penataan parkir di Banjarmaisn juga dinilai belum maksimal sehingga perlu penataan serius terlebih untuk menyongsong Kota Banjarmasin sebagai kota metropolitan.
Sementara itu, Ketua Komisi IV Muhammad Fauzan memaparkan bahwa pemilihan Balikpapan dan Tomohon sebagai daerah tujuan studi banding nanti disebabkan karena kedua kota tersebut dinilai berhasil dalam bidang kesejahteraan rakyat sesuai dengan bidang komisinya, terutama di sektor pendidikan, kesehatan dan kebudayaan. Khususnya Balikpapan, ia menyebutnya sebagai barometer pendidikan di Indonesia bagian timur dan kemajuannya sudah sangat jauh meninggalkan Kota Banjarmasin.
“Nanti kita akan lihat manajemen pendidikannya seperti apa, kalau ada yang bisa diadopsi akan kita rekomendasikan ke Dinas Pendidikan. Dari hasil peninjauan kita di lapangan, masih banyak keluhan baik terkait pembangunan fisik, kualitas SDM, dan sistem mutasi,” katanya.
Adapun Komisi II rencananya akan bertandang ke Palu dan Tangerang, Komisi III ke Palu dan Surabaya, dan Komisi IV ke Balikpapan dan Tomohon.
Sekretaris Komisi II Suyato SE MM yang dikonfirmasi hari ini (30/04) mengungkapkan bahwa pada studi banding nanti pihaknya akan fokus pada masalah penggalian Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita akan melakukan pertemuan dengan Pemko dan Dispenda Kota Palu serta DPRD Kabupaten Tangerang untuk mengetahui perbandingan PAD-nya dengan Kota Banjarmasin seperti apa,” ujarnya.
Sedangkan Ketua Komisi III Matnor Ali F membeberkan bahwa kunjungan pihaknya ke Palu bertujuan untuk melakukan studi banding masalah siklus pembangunan, dan ke Surabaya untuk belajar dari keberhasilan pemerintah daerah setempat dalam melakukan penataan terminal dan parkir.
“Kita akan ke Terminal Bungurasih sebagai terminal terbaik di Surabaya. Keberhasilan-keberhasilan Terminal Bungurasih akan kita adopsi di Banjarmasin,” imbuhnya.
Hal ini, lanjutnya, dilakukan sesuai dengan masukan dari masyarakat dan juga karena hingga saat ini polemik Terminal Pal 6 tak kunjung selesai. Selain terminal, masalah penataan parkir di Banjarmaisn juga dinilai belum maksimal sehingga perlu penataan serius terlebih untuk menyongsong Kota Banjarmasin sebagai kota metropolitan.
Sementara itu, Ketua Komisi IV Muhammad Fauzan memaparkan bahwa pemilihan Balikpapan dan Tomohon sebagai daerah tujuan studi banding nanti disebabkan karena kedua kota tersebut dinilai berhasil dalam bidang kesejahteraan rakyat sesuai dengan bidang komisinya, terutama di sektor pendidikan, kesehatan dan kebudayaan. Khususnya Balikpapan, ia menyebutnya sebagai barometer pendidikan di Indonesia bagian timur dan kemajuannya sudah sangat jauh meninggalkan Kota Banjarmasin.
“Nanti kita akan lihat manajemen pendidikannya seperti apa, kalau ada yang bisa diadopsi akan kita rekomendasikan ke Dinas Pendidikan. Dari hasil peninjauan kita di lapangan, masih banyak keluhan baik terkait pembangunan fisik, kualitas SDM, dan sistem mutasi,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar