Siapkan Lahan di Sungai Gampa, Hidupkan Pariwisata dan Ekonomi
Di tengah kontroversi soal pembangunan replika Keraton Banjar, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menunjuk Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar sebagai kandidat terkait lokasi pendirian bangunan yang dianggap sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus simbol historis Kesultanan Banjar yang pernah eksis di waktu yang lampau tersebut.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Pemkot Banjarmasin sendiri menyambut antusias penunjukkan ini. Antusiasme setidaknya ditunjukkan dengan kesiapan menyediakan lahan seluas dua hektar sebagaimana yang disyaratkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbagda) Kalsel serta dana untuk melakukan pembebasan. Adapun lokasi yang sudah diancang-ancang adalah di Sungai Gampa.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Banjarmasin, Ir HN Fajar Desira CES menyatakan sangat berharap pilihan pemprov nantinya benar-benar jatuh ke Kota Banjarmasin.
Dituturkannya, di masa akan datang, dalam konsep kota metropolitan, Banjarmasin akan mengambil peran sebagai kota jasa. Apalagi, pusat pemerintahan akan bergeser ke Banjarbaru. Dengan demikian, Banjarmasin harus punya potensi andalan sebagai sumber pendapatan masyarakatnya.
“Apa itu? Sungainya. Maka, di sungai itu harus ada objek-objek wisata. Nah, karena Keraton Banjar ini dulunya di pinggir sungai, maka itu perlu dibangun di Banjarmasin,” tukasnya.
Pemilihan Sungai Gampa sendiri juga berdasarkan pertimbangan letaknya di tepi Sungai Martapura yang besar.
“Kalau di kembalikan ke Kuin, sekarang penduduknya padat, sehingga kalau harus dibangun lagi di situ, kita harus membebaskan banyak penduduk, kasihan mereka,” imbuhnya.
Selain itu, sungai di wilayah tersebut juga sudah menyempit. Sedangkan konsep yang ingin dikembangkan adalah objek wisata berbasis sungai.
“Sebentar lagi akan ada ekspos dari Balitbangda tentang Keraton Banjar dan Komunitas Rumah Banjar. Kalau boleh, Keraton Banjar dan Komunitas Rumah Banjar itu digabung. Jadi, di depan Keraton Banjar itu ada rumah lanting yang bisa difungsikan sebagai penginapan atau restoran dan sebagainya. Selain itu, kita harapkan ada even budaya sungai yang sifatnya tahunan, seperti festival budaya terapung, jukung tanglong, jukung hias, jukung naga, dan sebagainya,” bebernya.
Dengan dibangunnya Keraton Banjar di Banjarmasin, pihaknya yakin sektor pariwisata di kota seribu sungai ini akan lebih terangkat lagi karena nantinya Keraton Banjar tersebut juga akan dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan budaya. Bahkan, masyarakat umum juga bisa menggunakannya sebagai tempat untuk menggelar resepsi pernikahan adat Banjar.
“Kalau itu bisa hidup, maka industri pariwisata bisa hidup dan ekonomi masyarakat akan berputar. Contoh, hotel, transportasi, kuliner, suvenir, seni musik, seni tari, industri sasirangan, kerajinan, akan banyak potensi masyarakat yang bisa digalakkan,” ucapnya.
Di tengah kontroversi soal pembangunan replika Keraton Banjar, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menunjuk Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar sebagai kandidat terkait lokasi pendirian bangunan yang dianggap sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus simbol historis Kesultanan Banjar yang pernah eksis di waktu yang lampau tersebut.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Pemkot Banjarmasin sendiri menyambut antusias penunjukkan ini. Antusiasme setidaknya ditunjukkan dengan kesiapan menyediakan lahan seluas dua hektar sebagaimana yang disyaratkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbagda) Kalsel serta dana untuk melakukan pembebasan. Adapun lokasi yang sudah diancang-ancang adalah di Sungai Gampa.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Banjarmasin, Ir HN Fajar Desira CES menyatakan sangat berharap pilihan pemprov nantinya benar-benar jatuh ke Kota Banjarmasin.
Dituturkannya, di masa akan datang, dalam konsep kota metropolitan, Banjarmasin akan mengambil peran sebagai kota jasa. Apalagi, pusat pemerintahan akan bergeser ke Banjarbaru. Dengan demikian, Banjarmasin harus punya potensi andalan sebagai sumber pendapatan masyarakatnya.
“Apa itu? Sungainya. Maka, di sungai itu harus ada objek-objek wisata. Nah, karena Keraton Banjar ini dulunya di pinggir sungai, maka itu perlu dibangun di Banjarmasin,” tukasnya.
Pemilihan Sungai Gampa sendiri juga berdasarkan pertimbangan letaknya di tepi Sungai Martapura yang besar.
“Kalau di kembalikan ke Kuin, sekarang penduduknya padat, sehingga kalau harus dibangun lagi di situ, kita harus membebaskan banyak penduduk, kasihan mereka,” imbuhnya.
Selain itu, sungai di wilayah tersebut juga sudah menyempit. Sedangkan konsep yang ingin dikembangkan adalah objek wisata berbasis sungai.
“Sebentar lagi akan ada ekspos dari Balitbangda tentang Keraton Banjar dan Komunitas Rumah Banjar. Kalau boleh, Keraton Banjar dan Komunitas Rumah Banjar itu digabung. Jadi, di depan Keraton Banjar itu ada rumah lanting yang bisa difungsikan sebagai penginapan atau restoran dan sebagainya. Selain itu, kita harapkan ada even budaya sungai yang sifatnya tahunan, seperti festival budaya terapung, jukung tanglong, jukung hias, jukung naga, dan sebagainya,” bebernya.
Dengan dibangunnya Keraton Banjar di Banjarmasin, pihaknya yakin sektor pariwisata di kota seribu sungai ini akan lebih terangkat lagi karena nantinya Keraton Banjar tersebut juga akan dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan budaya. Bahkan, masyarakat umum juga bisa menggunakannya sebagai tempat untuk menggelar resepsi pernikahan adat Banjar.
“Kalau itu bisa hidup, maka industri pariwisata bisa hidup dan ekonomi masyarakat akan berputar. Contoh, hotel, transportasi, kuliner, suvenir, seni musik, seni tari, industri sasirangan, kerajinan, akan banyak potensi masyarakat yang bisa digalakkan,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar