A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 27 Mei 2011

Mengenal Pondok Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3

Menjawab Tantangan Kelangkaan Kader

Kiprah Muhammadiyah selama ini memang identik dengan dunia pendidikan. Jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah memang didasari oleh faktor pendidikan, dengan tujuan untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya.

Saat ini, Muhammadiyah dipandang tengah mengalami krisis kader ulama atau pemikir tersebut, khususnya di Kalimantan Selatan. Untuk menjawab tantangan itu, Pengurus Wilayah Muhammadiyah Kalsel pun kemudian mendirikan Pondok Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3.

“Kalau sekolah Muhammadiyah, otomatis sebagai basic untuk menggembleng kader-kader. Terkhusus di pondok pesantren,” ujar Direktur PP Al-Furqan, Drs H Murhan Zuhri MAg.

Pada waktu itu, di Kalsel hanya ada satu pesantren Muhammadiyah yang berada di Alabio. Sedangkan keberadaan pesantren ini kian dirasa penting untuk memenuhi kebutuhan mencetak kader-kader Muhammadiyah yang beriman, berilmu, terampil di masyarakat, dan pandai berorganisasi.

“Akhirnya, dari pengurus berinisiatif mendirikan pesantren lagi di Banjarmasin,” katanya.

Pendirian PP Al-Furqan sendiri berawal dari pengembangan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang dibangun pada pertengahan September 2005, lokasinya terletak di Jl Sultan Adam Komplek Kadar Permai II Banjarmasin. Lembaga pendidikan ini dibangun dibawah Cabang Muhammadiyah Banjarmasin 3, yang diketuai oleh dirinya.

Pada bulan Juli tahun ajaran 2005/2006, MTs Muhammadiyah 3 Al-Furqan resmi dibuka dengan jumlah siswa 30 orang.

“Sekarang jumlah santrinya ada sekitar 300 orang dengan 10 lokal kelas. Sampai saat ini MTs sudah meluluskan tiga angkatan,” tambahnya.

Selang setahun kemudian, pihaknya kembali membuka Madrasah Ibtidaiyah (MI) di lokasi yang sama dengan jumlah siswa awal sebanyak 54 orang.

“MI baru akan meluluskan santri tahun depan karena sekarang baru sampai kelas lima,” terangnya.

Pada tahun ajaran 2007/2008, gedung MTs dipindahkan ke lokasi baru yang terletak di Jl Cemara Ujung Awang Sejahtera. Gedung ini mulai dibangun pada tahun 2006, dan diresmikan pada 15 Juni 2008 oleh Gubernur Kalsel Rudy Ariffin serta dihadiri oleh tokoh Muhammadiyah, Amien Rais.

Di waktu yang bersamaan, SMA Al-Furqan juga ikut didirikan di lokasi baru tersebut, sehingga lengkapkah sudah jenjang pendidikan yang ada di lingkungan PP Al-Furqan. Pada tahun ini, SMA tersebut akan meluluskan angkatan pertama.

Adapun jumlah santri PP Al-Furqan seluruhnya saat ini tercatat ada 698 orang, terdiri dari 326 orang santri MI, 329 santri MTs, dan 43 orang santri SMA. Mereka ada yang berasal dari Martapura, Pelaihari, Banjarbaru, sampai Kalteng.

“Terakhir kita kontak dengan Pemuda Muhammadiyah Kandangan, mereka berniat mengkaderkan anak-anak dari Loksado. Kita siap menampung, semoga mereka nanti siap menjadi mubalig di daerah asalnya,” pungkasnya.


Variasikan Kegiatan Belajar

Pondok Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3 mengadopsi kurikulum yang sama dengan Muallimin Yogyakarta, yakni pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1918 sebagai sekolah kader Muhammadiyah yang terus berkembang hingga sekarang. Selain kurikulum pondok, juga ditambah dengan kurikulum dari pemerintah.

“Di sini santri tidak bisa memilih mau ikut kurikulum pondok saja atau kurikulum pemerintah saja, karena keduanya merupakan satu kesatuan,” kata Direktur PP Al-Furqan, Drs H Murhan Zuhri MAg.

Di PP Al-Furqan, proses belajar mengajar berlansung full day dari pagi hingga pukul 16.00 sore.

“Tapi anak-anak tidak merasa beban karena sudah terbiasa. Sebelumnya sempat khawatir juga mereka tidak bisa maksimal kalau belajar sampai sore,” tukasnya.

Sebelum pelajaran dimulai, para santri biasanya mengawalinya dengan kegiatan tadarus Alquran.

“Mereka sudah terbiasa setiap pagi baca Alquran, meskipun tidak ada guru yang mengawasi. Karena kalau tidak dikerjakan, juga ada sanksi,” jelasnya.

Agar tidak monoton dan membuat santri jenuh, maka kegiatan belajar pun dibuat bervariasi, misalnya dengan belajar di luar kelas, diskusi, atau studi banding ke berbagai tempat, misalnya museum.

“Pembelajaran juga tidak hanya dari guru terus, tapi anak bisa memberi usul kegiatan apa yang mau dilakukan,” timpalnya.

Selain itu, PP Al-Furqan juga memiliki kegiatan rutin bulanan dan tahunan. Setiap sebulan sekali, pesantren menggelar kegiatan mabit atau bermalam, tujuannya untuk lebih memperdalam pelajaran agama.

“Mabit ini maksudnya supaya perkembangan anak terpantau, misalnya siapa yang bacaannya sudah bagus, mana yang belum. Pada kegiatan ini ada sistem poin, kalau bolos tanpa keterangan akan dikurangi poinnya,” terangnya.

Sedangkan setiap bulan Ramadan, PP Al-Furqan punya acara bertajuk Student Holiday Traning atau disingkat Shoting.

“Tiap Ramadan kan libur panjang, jadi anak-anak kita ikutkan kegiatan pelatihan,” katanya.

Disamping menggenjot kemampuan akademik, para santri juga didorong untuk mengembangkan minat dan bakat mereka melalui kegiatan pengembangan diri yang ada di lingkungan pesantren, seperti pencak silat, latihan pidato, drama, voli, dan lain-lain.

“Biasanya setiap sebulan sekali santri berkumpul untuk tampil berpidato. Mereka dibagi tiga kelompok, ada yang bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab. Maksudnya, kita ingin menggembleng mental mereka supaya berani tampil di depan umum,” ungkapnya.

Hasil latihan ini juga dipraktekan setiap hari, misalnya setiap selesai salat Zuhur, para santri kelas satu dan dua akan memberi kultum secara bergilitan. Sedangkan bagi santri kelas tiga, mereka ditugaskan menjadi khatib dan imam.

Tak heran, pada tahun 2007 lalu PP Al-Furqan menjadi juara umum Pekan Rajabiyah tingkat Kota Banjarmasin untuk tingkat MTs. Pada ajang yang sama tahun ini, pihaknya menargetkan dapat mempertahankan prestasi tersebut.

“Pada Pospenas (Pekan Olahraga dan Seni Pesantren Nasional, red) tahun lalu, santri kita juga mewakili Kalsel ke tingkat nasional di Surabaya di beberapa cabang. Meskipun pesantren kita baru, kita terus benahi fasilitas supaya anak-anak lebih berprestasi di bidang olahraga dan seni,” tuturnya.


Jajaki Kerjasama dengan Arab Saudi

Usia Pondok Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3 memang masih muda. Tapi, perkembangan dan kemajuannya boleh dibilang sangat pesat. Bahkan, MI Al-Furqan ditetapkan sebagai sekolah percontohan.

Beberapa waktu lalu, PP Al-Furqan juga berhasil terpilih sebagai juara umum sekolah sehat tingkat kecamatan.

“Mudah-mudahan kita bisa dapat nomor terbaik untuk tingkat kota sekitar bulan Mei nanti, sedangkan target kita jadi juara provinsi. Kita memang masih baru, masih berbenah, tapi dibanding sekolah yang sudah eksis puluhan tahun tetap bisa berprestasi,” ujar Direktur PP Al-Furqan, Drs H Murhan Zuhri MAg.

Dari segi fasilitas, PP Al-Furqan saat ini sudah dilengkapi laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, UKS, dan beberapa fasilitas olahraga seperti lapangan.

“Tahun ini kita mau membangun lapangan indoor untuk bulu tangkis dan voli,” ungkapnya.

Di sisi lain, PP Al-Furqan saat ini juga tengah gencar mengembangkan jaringan untuk menampung para alumninya melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satunya yang sudah terealisasi adalah kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

“Nanti lulusan pesantren yang terbaik akan diberi kesempatan kuliah di UMM dengan beasiswa,” katanya .

Setelah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, diharapkan mereka bisa kembali lagi ke pesantren untuk mengabdikan ilmunya.

“Utamanya untuk mengisi pelajaran-pelajaran agama dan bahasa asing,” tambahnya.

Saat ini, jumlah tenaga pengajar di PP Al-Furqan ada sekitar 140 orang, tujuh orang di antaranya bergelar S2. Sebagian besar dari para tenaga pengajar ini merupakan alumni Pondok Pesantren Modern Gontor, ada pula dosen di IAIN Antasari Banjarmasin.

Selain dengan UMM, pihaknya kini juga sedang menjajaki kerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi.

“Beberapa waktu lalu, atase dari Kedutaan Besar Arab Saudi sudah pernah dating. Mereka memberi peluang kepada santri untuk melanjutkan kuliah di Timur Tengah, tapi memang syaratnya banyak, seperti harus hafal Alquran dan bisa berbahasa Arab,” ungkapnya.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut, sejak sekitar 1,5 bulan lalu pihaknya telah membuka program menghafal atau tahfizul Alquran.

“Tanggapan santri cukup bagus, pesertanya ada sekitar 40 orang. Tahap awal baru berjalan 1,5 bulan, ada yang sudah hafal 100 ayat. Kita harapkan sampai akhir tahun sudah ada yang hafal minimal satu juz,” tuturnya.

Sedangkan untuk penguasaan bahasa asing, diakuinya saat ini masih ada banyak kendala yang menghambat penerapannya secara aktif di lingkungan pondok.

“Sementara kita baru bisa menerapkan itu untuk santri yang mondok, sedangkan saat ini kita cuma punya tiga kamar asrama yang bisa menampung sekitar 20 orang santri,” tuturnya.

Sebelumnya, pihaknya sempat menjalankan program wajib berbahasa Inggris dan Arab pada hari-hari tertentu. Akan tetapi, program tersebut terpaksa dihentikan karena pengelola program yang bersangkutan sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

“Lambat laun penguasaan bahasa asing pasti akan diwajibkan, tapi sementara vakum dulu,” katanya.


Pondok Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3 Terus Berkembang

Obsesi Cetak Guru Plus

Tahun ini, Pesantren Al-Furqan Muhammadiyah Cabang Banjarmasin 3 akan semakin lengkap dengan dibukanya SMK Farmasi. Selain itu, pesantren juga terobsesi untuk mencetak guru-guru plus dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT).

NAZAT FITRIAH, Banjarmasin

Direktur PP Al-Furqan, Drs H Murhan Zuhri MAg mengungkapkan, dibukanya SMK Farmasi ini karena didasari pangsa pasarnya yang cukup besar. Melalui diskusi panjang, pihaknya melihat antara kebutuhan tenaga farmasi dengan suplai tidak seimbang. Persiapan pembangunan SMK Farmasi ini sudah dilakukan selama dua tahun terakhir.

“Orientasi jelas, prospek lumayan, akhirnya kita buka SMK Farmasi. Tidak menutup kemungkinan ke depan akan membuka yang lain seperti kebidanan, perawat, atau IT. Tapi sementara ini dulu,” katanya.

Dituturkannya, persyaratan untuk mendirikan sekolah saat ini memang lebih berat, tidak seperti dulu. Namun, semua bisa dipenuhi. Saat ini, empat buah lokal kelas untuk menampung para santri SMK Farmasi sudah selesai 90 persen. Tenaga pendidik pun sudah siap. Sedangkan untuk sarana prasarana, pihaknya bekerjasama dengan STIKES Muhammadiyah.

“UMM juga menyatakan siap membantu penyediaan tenaga guru. Jadi, meski baru, kita yakin tidak kalah dengan yang lain. Dari segi biaya, juga tergolong murah,” tukasnya.

Sementara untuk memfasilitasi santri yang akan magang, pihaknya juga sangat terbantu dengan luasnya link yang dimiliki jaringan Muhammadiyah.

“Kita pernah studi banding ke sekolah lain, kesulitan mereka adalah mencari tempat magang. Dalam hal ini, Muhammadiyah punya apotek dan rumah sakit, jadi link kita banyak. Makanya, tahun ini kami berani menampung sampai 72 orang santri,” paparnya.

Selain SMK Farmasi, pada tahun ini PP Al-Furqan juga akan membuka Madrasah Diniah Awaliyah untuk kelas 3-6 MI yang bertujuan khusus untuk mendalami pelajaran agama.

“Kita akan buka setelah bulan puasa,” tambahnya.

Sementara itu, ke depan pihaknya juga sudah berancang-ancang untuk mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT). Hal ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan kurangnya SDM guru dengan ruh-ruh kemuhammadiyahan.

“Sekolah Muhammadiyah banyak sekali, tapi guru-gurunya masih kurang. STIT diharapkan bisa menjadi embrio lahirnya guru-guru yang plus,” jelasnya.

STIT ini ditargetkan sudah dapat dimulai pembangunannya tiga tahun yang akan datang.

“Saat ini kita masih fokus pada SMK, kemudian kita juga berencana membangun mesjid. Sembari itu, kita akan mempersiapkan pembangunan STIT sampai matang,” tandasnya.

Tidak ada komentar: