BANJARMASIN – Transaksi non tunai menggunakan kartu kredit di Kalimantan Selatan nampaknya belum terlalu populer. Padahal, transaksi jenis ini dapat menghasilkan efisiensi karena akan mengurangi kebutuhan uang tunai. Seperti diketahui, biaya pencetakan uang seringkali justru lebih mahal dari nilai nominal uang tersebut.
“Kita ingin membudayakan orang menggunakan non cash. Semakin banyak orang membayar non cash, semakin sedikit kebutuhan uang cash. Itu juga penghematan. Bukan masalah berapa jumlahnya, tapi lebih pada efisiensi karena sistemnya sudah paperless,” ujar Pimpinan Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, Khairil Anwar.
Rendahnya angka transaksi yang menggunakan kartu kredit di Kalsel tak terlepas dari belum banyaknya tempat-tempat yang menyediakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) di Kalsel.
“Kalaupun ada, biasanya kartu debet. Mungkin kalau toko besar seperti mall dan hotel, sudah banyak yang melayani kartu kredit,” katanya.
Selain itu, ada pula beberapa tempat yang melayani kartu kredit, namun konsumen harus membayar lebih sekian persen dari harga tunai. Hal ini marak ditemui pada perdagangan di luar mall dan toko-toko kecil. Padahal, menurutnya, penambahan tersebut tidak ada dalam ketentuan penggunaan kartu kredit.
“Mungkin ini juga yang membuat pertumbuhan kartu kredit di Kalsel melambat, orang jadi malah beli pakai kartu kredit. Makanya, imbauan kami kepada pengusaha dan toko-toko, agar menerima pembayaran dengan kartu kredit dan tanpa tambahan,” tukasnya.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Senior BI Banjarmasin, Taufik Saleh mengungkapkan bahwa jumlah kartu kredit di level nasional saat ini sudah mencapai 65,21 juta kartu. Sementara di Kalsel, pihaknya tak memiliki data pasti karena pemrosesan kartu kredit dilakukan di Jakarta. Meski demikian, dari survey yang dilakukan ke beberapa toko besar dan supermarket, transaksi yang menggunakan di Kalsel rata-rata hanya mencapai 10 persen dari nilai transaksi secara keseluruhan.
“Dari jumlah rekening yang ada di Kalsel saat ini sebanyak 1,4 juta, diperkirakan ada 700 ribu orang penabung dengan asumsi satu orang maksimal punya dua rekening. Dengan demikian, kalau hanya 10 persen yang menggunakan kartu, berarti angka kasarnya ada sekitar 700 orang pengguna kartu yang aktif di Kalsel,” tuturnya.
“Kita ingin membudayakan orang menggunakan non cash. Semakin banyak orang membayar non cash, semakin sedikit kebutuhan uang cash. Itu juga penghematan. Bukan masalah berapa jumlahnya, tapi lebih pada efisiensi karena sistemnya sudah paperless,” ujar Pimpinan Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, Khairil Anwar.
Rendahnya angka transaksi yang menggunakan kartu kredit di Kalsel tak terlepas dari belum banyaknya tempat-tempat yang menyediakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) di Kalsel.
“Kalaupun ada, biasanya kartu debet. Mungkin kalau toko besar seperti mall dan hotel, sudah banyak yang melayani kartu kredit,” katanya.
Selain itu, ada pula beberapa tempat yang melayani kartu kredit, namun konsumen harus membayar lebih sekian persen dari harga tunai. Hal ini marak ditemui pada perdagangan di luar mall dan toko-toko kecil. Padahal, menurutnya, penambahan tersebut tidak ada dalam ketentuan penggunaan kartu kredit.
“Mungkin ini juga yang membuat pertumbuhan kartu kredit di Kalsel melambat, orang jadi malah beli pakai kartu kredit. Makanya, imbauan kami kepada pengusaha dan toko-toko, agar menerima pembayaran dengan kartu kredit dan tanpa tambahan,” tukasnya.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Senior BI Banjarmasin, Taufik Saleh mengungkapkan bahwa jumlah kartu kredit di level nasional saat ini sudah mencapai 65,21 juta kartu. Sementara di Kalsel, pihaknya tak memiliki data pasti karena pemrosesan kartu kredit dilakukan di Jakarta. Meski demikian, dari survey yang dilakukan ke beberapa toko besar dan supermarket, transaksi yang menggunakan di Kalsel rata-rata hanya mencapai 10 persen dari nilai transaksi secara keseluruhan.
“Dari jumlah rekening yang ada di Kalsel saat ini sebanyak 1,4 juta, diperkirakan ada 700 ribu orang penabung dengan asumsi satu orang maksimal punya dua rekening. Dengan demikian, kalau hanya 10 persen yang menggunakan kartu, berarti angka kasarnya ada sekitar 700 orang pengguna kartu yang aktif di Kalsel,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar