Bulan Mei 2011 mendatang, Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) bakal bertolak ke Benua Eropa untuk memenuhi undangan mementaskan kebudayaan Banjar. Di antara rombongan yang berjumlah 40 orang itu, terselip dua remaja yang saat ini masih nyantri di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri. Bagaimana ceritanya?
NAZAT FITRIAH, Martapura
Dengan mata berbinar-binar, Endah Resa Pratami dan Nella Safitriyani, siswi kelas tiga SMA Darul Hijrah Putri, mengurai kisah hingga mereka berhasil lolos seleksi yang digelar oleh LAKKB beberapa waktu lalu dan berkesempatan untuk menjejakkan kaki di Benua Eropa.
“LAKKB mendapat undangan untuk mengenalkan kebudayaan Banjar di Eropa, khususnya tari dan lagu tradisional Banjar. Jadi, dari pihak mereka mengadakan seleksi yang diikuti perwakilan seluruh Kalsel dari beberapa perguruan tinggi, tapi yang dari SMA kebetulan cuma kami dan ada satu lagi teman kami. Dan yang akhirnya terpilih untuk melengkapi anggota sanggar yang sudah dibentuk LAKKB cuma kami berdua,” tutur Endah Resa Pratimi atau yang akrab disapa Resa.
Seleksi sendiri, ujarnya, umum saja. Semua peserta berkumpul dengan anggota sanggar bentukan LAKKB, dan harus menirukan tarian yang dilakukan oleh seorang pelatih tari dari Taman Budaya sambil diiringi musik panting.
“Kemampuan bahasa juga dilihat, mungkin kami plusnya di situ,” ucapnya.
Tadinya, keberangkatan rombongan dijadwalkan pada tanggal 28 Maret. Namun, agenda kemudian diundur ke bulan Mei. Sedikitnya, ada lima negara yang bakal dikunjungi dalam lawatan pertama LAKKB ke Eropa ini, yakni Belanda, Swiss, Belgia, Jerman, dan Inggris.
“Pada tanggal 28 Maret itu, kata Bupati hanya untuk ke Belanda. Maunya langsung ke lima negara. Makanya, diundur nanti bulan Mei. Kebetulan pas kami juga sudah selesai UN. Jadi, hitung-hitung langsung liburan,” katanya.
Nella menambahkan, Martapura sendiri dipilih karena LAKKB memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Belanda. Dari rombongan yang berjumlah 40 orang, khusus untuk penyanyi, penari, dan pemain musik ada 16 orang.
“Kami ditugaskan untuk menyanyi sekaligus menari. Kalau yang lain spesial menari dan bermain musik saja. Tapi nanti Nella akan lebih fokus menari dan Resa fokus nyanyi. Cuma kami harus bisa keduanya agar saling melengkapi, sekaligus antisipasi kalau ada kendala pada salah satu di antara kami, maka yang lain harus bisa menggantikan,” terangnya.
Sudah lebih dari sebulan belakangan, kedua remaja ini harus membagi waktu dan konsentrasi antara persiapan mengikuti Ujian Nasional (UN) dan mengikuti latihan bersama sanggar LAKKB. Latihan biasanya diadakan tiga sampai empat kali dalam seminggu. Terkadang, latihan bisa berlangsung sampai tengah malam.
“Sebenarnya tidak terlalu memforsir sih latihannya. Jadi, kami lembur itu karena masih dalam tahap penggarapan tarian baru. Nanti ada lima tarian dan 20 lagu banjar yang akan dibawakan. Alhamdulilah sudah menguasai,” kata Resa.
Yang menarik, baik Ressa maupun Nella sebelumnya tidak terlalu mendalami kesenian Banjar, baik itu nyanyian maupun tarian. Bahkan, keduanya bukan orang Banjar. Ressa berasal dari Kalteng, sedangkan Nella asli Kaltim.
Keduanya mengaku melakoni kesenian hanya sekadar hobi saja dan kebetulan di lingkungan pondok ada wadah untuk menyalurkan kegemaran mereka berkesenian tersebut. Meski demikian, hobi yang digeluti itu selama ini ternyata juga pernah membuahkan prestasi.
“Tidak sampai nasional sih, masih lokal saja. Terakhir kami juara lomba lagu Banjar se-Kalsel tahun 2010 yang diadakan di Lapangan Murjani. Nah, dari situ kami bisa menguasai lagu Banjar,” tutur Nella.
Dari bocoran yang diterima keduanya dari LAKKB, setelah lawatan pertama LAKKB ke Eropa nanti, ke depannya mereka juga akan dilibatkan kembali dalam program-program LAKKB ke depannya.
“Tidak berhenti sampai di sini saja, tapi masih akan berlanjut. Kami dapat bocoran, setelah ini katanya dapat undangan lagi ke Kanada dan Asia,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar