BANJARMASIN – Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kalsel Jumat (1/6) kemarin heboh. Rombongan dari Pertamina pusat yang dikomando langsung Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menggelar inspeksi mendadak (Sidak).
Adapun SPBU yang didatangi yakni di SPBU 64.701.07 Lingkar Selatan, SPBU 64.701.04 Jalan Sudirman, SPBU Coco 61.706.01 Jalan A Yani Km 7,9 dan SPBU 64.706 Jalan A Yani Km 14. Praktis sejumlah petugas di SPBU dibuat kaget kepayang ketika kedatangan pihak pusat tersebut.
Karen mengaku kunjungannya kali ini untuk melakukan peninjauan ke SPBU-SPBU yang telah menerapkan program pengawasan BBM bersubsidi melalui sistem Point of Sales (POS) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Dijelaskannya, POS merupakan sistem yang akan mencatat semua transaksi BBM di SPBU, baik identitas kendaraan dan pelanggan, dan juga akan merekam dengan akurat jumlah pembelian pelanggan, volume, waktu, lokasi SPBU dan kewajaran pembelian. “Data dan jumlah pembelian tersebut nantinya akan menjadi dasar pengawasan realisasi BBM bersubsidi,” ujarnya.
SPBU POS itu sendiri sambung Karen, komitmen Pertamina untuk mendukung program pemerintah sehinga ke depan pengawasan realisasi BBM subsidi akan lebih terdokumentasi.
Saat ini terdapat sekitar 25 SPBU POS yang siap beroperasi di wilayah Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk total wilayah Kalimantan terdapat sekitar 110 titik SPBU untuk memonitor dan merekam pembelian BBM bersubsidi.
Pertamina kata Karen terus melakukan upaya untuk mendukung program pengawasan BBM bersubsidi secara nasional. Selain di Banjarmasin, peninjauan juga dilakukan di Pontianak, Balikpapan dan Palangkaraya. “Kunjungan ini pun digelar secara berkala. Kalau di Palangkaraya, nanti dihadiri langsung oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamnian Hanung Budya Yuktyanta,” tambah Humas Pertamina Kalimantan, Bambang Irianto.
Sementara itu, saat sidak di SPBU 64.701.04 Jl Jenderal Sudirman atau SPBU Sabilal Muhtadin, Dirut Pertamina Karen Agustiawan sempat berdialog dengan seorang sopir angkot yang kebetulan tengah mengisi premium. Beberapa pertanyaannya antara lain seputar volume pengisian dan rute trayek.
"Satu liter cukup untuk 10 km. Trayeknya Terminal Pal 6-Pasar Hanyar, jaraknya kira-kira 12 km,” sahut si sopir.
“Kapan terakhir ngisi?” tanya Karen.
“Kemarin. Saya ngisi Rp 100 ribu,” kata si sopir lagi.
Mendengar itu, Karen tampak terperanjat. “Berarti sibuk banget trayeknya Bapak,” ucapnya.
Ia lantas berpaling ke GM PT Pertamina Kalimantan Gigih Irianto yang mendampinginya. Menurut Karen, angkutan penumpang yang mengisi premium setiap hari dengan total pengisian Rp 100 ribu tapi jarak tempuh dekat patut dipertanyakan.
“Hitung saja hari ini ngisi besok ngisi lagi dikaitkan dengan trayeknya. Kalau memang ada pemborosan, harus dipertanyakan kemana larinya,” cetusnya.
Kepada wartawan, Karen juga mengatakan bahwa BBM di Kalsel sebenarnya tidak langka. Ia menyimpulkan hal itu salah satunya karena melihat banyaknya pedagang eceran, terutama di sekitar SPBU.
“Barangnya ada. Cuma apakah benar-benar dimanfaatkan untuk transportasi atau disimpangkan? Rencana kami, semua data pengisian tidak normal akan kita laporkan ke polisi. Silakan ditindak,” tegasnya.
Di SPBU Sabilal Muhtadin sendiri sejak tiga hari lalu telah dipasang alat untuk penerapan sistem POS. Alat tersebut ditempel di empat dispenser yang ada, tapi baru satu yang dioperasikan yang melayani pengisian premium untuk kendaraan roda empat.
Dua orang petugas disiagakan untuk operasional alat tersebut. Satu orang bertugas membacakan nomor plat kendaraan yang tengah mengisi, yang seorang lagi mengetik nomor yang disebutkan di layar sentuh yang terdapat pada alat. Alat tersebut lantas akan merekam nomor plat beserta total harga dan volume pengisian.
“Katanya data yang dimasukkan ini online sampai ke pusat,” ucap salah seorang operator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar