A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Senin, 10 Mei 2010

Yang Tersisa dari Kebakaran Pasar Ujung Murung

(liputan tanggal 06 Mei 2010)

Baru Digusur, Toko Habis Terbakar

Untuk kesekian kalinya, api melahap kawasan pertokoan Pasar Ujung Murung. Dalam sekejap, sekitar 200 petak toko berubah menjadi arang. Bagaimana nasib para pedagang selanjutnya?

NAZAT FITRIAH, Banjarmasin

Dalam ingatan Ali (44), salah seorang pedagang yang sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Ujung Murung, setidaknya sudah empat kali musibah kebarakaran silih berganti menimpa Pasar Ujung Murung. Terakhir, kebakaran terjadi sekitar delapan tahun silam. Namun, yang menimbulkan kerugian paling besar menurutnya adalah kebarakaran yang terjadi subuh tadi. Akan tetapi, ia beruntung karena tokonya luput dari saputan api.

“Jam kebakarannya selalu sama, kalau tidak antara magrib dan isya atau subuh,” katanya.

Asal api, tambahnya, juga selalu berasal dari toko di bagian belakang pasar. Penyebab kebaran pun mirip, yakni arus pendek. Namun demikian, ia mengaku tetap berpikir positif bahwa kebakaran yang terjadi memang murni musibah yang ditakdirkan Tuhan.

“Kita bersangka baik saja dengan sesama manusia, tidak berani menduga macam-macam,” ujarnya.

Meski kondisi Pasar Ujung Murung cukup semarawut pasca terjadinya kebakaran kemarin, Ali menyatakan bahwa besok ia dan para pedagang lainnya memutuskan untuk tetap berjulan seperti biasa. Pasalnya, pihaknya khawatir kalau-kalau tempat berjualan mereka akan ditutup oleh pemerintah.

“Siapa tahu nanti ditutup. Jadi, kami tetap berjualan sekalian bersih-bersih supaya pembeli bisa berbelanja karena masih banyak juga toko yang tidak terbakar,” alasannya.

Lain lagi dengan Rohana (39), pedagang sembako di Pasar Ujung Murung yang tokonya hancur lebur dilalap si jago merah. Padahal, ia baru setengah bulan menempati tokonya tersebut setelah terkena penggusuran dari toko sebelumnya.

“Baru setengah bulan pindah karena digusur kena jalur hijau. Jadi, tidak tahu berapa kerugiannya karena ibaratnya kami juga baru hidup setelah digusur kemarin,” katanya dengan tatapan pilu ke arah bekas tokonya yang sudah tinggal puing.

Rohana sendiri sudah berjualan di Pasar Ujung Murung selama kurang lebih 25 tahun. Selama itu, ia sudah dua kali mengalami kerugian besar akibat kebakaran yang mengahabiskan toko dan barang dagangannya, termasuk dalam kebakaran yang terjadi semalam. Pada tahun 2002 lalu, tokonya juga lenyap oleh api dan tidak ada barang yang mampu diselamatkan. Trauma, setelah itu ia pun tak pernah lagi membiarkan tokonya kosong. Setiap malam, ia dan anak-anaknya bergiliran tidur di toko. Namun, apa daya ternyata sejarah buruk itu tetap terulang.

“Setelah shalat subuh ada yang mengabari bahwa terjadi kebarkaran, tapi waktu saya datang toko saya sudah habis semua. Ada yang bisa diselamatkan oleh dua orang anak saya yang menginap di toko seperti lemari kaca dan kulkas, tapi lebih banyak lagi yang tidak bisa diselamatkan karena api membesar begitu cepat,” tuturnya mengulang musibah yang kembali menimpanya tersebut.

Ditanya apa yang akan dilakukannya selanjutnya setelah kehilangan mata pencaharian keluarga, ibu enam anak yang rata-rata masih bersekolah tersebut mengaku tak tahu.

“Selama setengah bulan ini saja saya tidak karu-karuan berjualan. Baru saja digusur dan capeknya juga belum lagi hilang, tahu-tahu sekarang tokonya malah habis, mana tanggungan saya banyak,” katanya dengan nada berat.

Oleh sebab itu, untuk sementara ini ia memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Lagipula, ujarnya, untuk membangun tokonya kembali saat ini tidak mungkin karena ia mendengar ada larangan bagi para pedagang yang tokonya terbakar untuk membangun tokonya lagi.

“Katanya buat apa dibangun, toh nanti mau dibongkar juga,” ucapnya menirukan isu yang beredar di antara para pedagang.

Tidak ada komentar: