BANJARMASIN – Langkah-langkah sosialisasi yang ditempuh Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Kota Banjarmasin untuk memberikan pemahaman mengenai sanitasi yang baik kepada masyarakat nampaknya masih jauh dari berhasil.
Sejak berdiri tahun 2007, baru sekitar tiga ribu buah rumah yang menjadi pelanggan PD PAL atau kurang dari dua persen, yang tersebar di lingkungan sekitar di tiga titik instalasi pengolahan limbah yang dimiliki PD PAL saat ini, yakni Lambung Mangkurat (tiga kelurahan), HKSN (tiga kelurahan), dan Kelayan Luar (empat kelurahan).
“Sekarang sedang kita bangun satu instalasi lagi di Lingkar Basirih sekaligus ingin memberi contoh bagaimana lingkungan pemukiman baru harus punya fasilitas itu. Kalau sudah selesai, paling tidak nanti akan bertambah 500 sambungan baru,” ujar Direktur PD PAL Kota Banjarmasin, Ir Muhidin ST MT.
Sebenarnya, tak kurang-kurang usaha yang telah dilakukan PD PAL untuk menggenjot percepatan cakupan layanannya, mulai dari sosialisasi ke RT-RT, menggratiskan pemasangan sambungan pipa untuk mengalirkan limbah bagi rumah tangga miskin, bekerja sama dengan pengembang perumahan agar membangun penampungan limbah komunal, sampai membentuk pokja sanitasi dan tim percepatan sambungan rumah untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Namun, penerimaan masyarakat rupanya tak seperti yang diharapkan.
“Karena kita sudah persiapkan untuk sambungan-sambungan rumah dan dari segi fisik tidak masalah, nah ini soal kesiapan masyarakat untuk menerima fasilitas itu. Jadi, tinggal mempertajam sosialisasi kepada calon penerima layanan,” katanya.
Dari penuturannya, mengubah pemahaman yang selama ini diyakini kebenarannya oleh masyarakat bukan perkara mudah. Misalnya, anggapan bahwa tinja atau kotoran manusia cukup ditampung dengan septic tank. Selain itu, hampir 80 persen dari jumlah penduduk Banjarmasin masih buang air di sungai. Tak heran, potensi limbah tinja di Banjarmasin cukup besar, yaitu sekitar 350 ton per hari.
“Di samping masyarakat harus punya sanitasi yang baik, kita juga berharap tidak ada lagi yang buang air di sungai untuk meng-counter kandungan bakteri E.Colli pada air sungai. Kita sudah melakukan sosialisasi melalui ibu-ibu kelurahan, ke depan kita akan datangi ke rumah-rumah terutama yang berada di pinggir sungai,” terangnya.
Sementara itu, pada bulan Juli atau Agustus nanti, Forum Komunikasi Pengelola Air Limbah Nasional (Forkalin) rencananya akan menggelar rapat kerja di Banjarmasin.
“Kita ingin bagaimana bekerja sama dengan media dalam rangka promosi, itu salah satu agendanya,” bebernya.
Sejak berdiri tahun 2007, baru sekitar tiga ribu buah rumah yang menjadi pelanggan PD PAL atau kurang dari dua persen, yang tersebar di lingkungan sekitar di tiga titik instalasi pengolahan limbah yang dimiliki PD PAL saat ini, yakni Lambung Mangkurat (tiga kelurahan), HKSN (tiga kelurahan), dan Kelayan Luar (empat kelurahan).
“Sekarang sedang kita bangun satu instalasi lagi di Lingkar Basirih sekaligus ingin memberi contoh bagaimana lingkungan pemukiman baru harus punya fasilitas itu. Kalau sudah selesai, paling tidak nanti akan bertambah 500 sambungan baru,” ujar Direktur PD PAL Kota Banjarmasin, Ir Muhidin ST MT.
Sebenarnya, tak kurang-kurang usaha yang telah dilakukan PD PAL untuk menggenjot percepatan cakupan layanannya, mulai dari sosialisasi ke RT-RT, menggratiskan pemasangan sambungan pipa untuk mengalirkan limbah bagi rumah tangga miskin, bekerja sama dengan pengembang perumahan agar membangun penampungan limbah komunal, sampai membentuk pokja sanitasi dan tim percepatan sambungan rumah untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Namun, penerimaan masyarakat rupanya tak seperti yang diharapkan.
“Karena kita sudah persiapkan untuk sambungan-sambungan rumah dan dari segi fisik tidak masalah, nah ini soal kesiapan masyarakat untuk menerima fasilitas itu. Jadi, tinggal mempertajam sosialisasi kepada calon penerima layanan,” katanya.
Dari penuturannya, mengubah pemahaman yang selama ini diyakini kebenarannya oleh masyarakat bukan perkara mudah. Misalnya, anggapan bahwa tinja atau kotoran manusia cukup ditampung dengan septic tank. Selain itu, hampir 80 persen dari jumlah penduduk Banjarmasin masih buang air di sungai. Tak heran, potensi limbah tinja di Banjarmasin cukup besar, yaitu sekitar 350 ton per hari.
“Di samping masyarakat harus punya sanitasi yang baik, kita juga berharap tidak ada lagi yang buang air di sungai untuk meng-counter kandungan bakteri E.Colli pada air sungai. Kita sudah melakukan sosialisasi melalui ibu-ibu kelurahan, ke depan kita akan datangi ke rumah-rumah terutama yang berada di pinggir sungai,” terangnya.
Sementara itu, pada bulan Juli atau Agustus nanti, Forum Komunikasi Pengelola Air Limbah Nasional (Forkalin) rencananya akan menggelar rapat kerja di Banjarmasin.
“Kita ingin bagaimana bekerja sama dengan media dalam rangka promosi, itu salah satu agendanya,” bebernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar