A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 24 September 2010

Mengenal Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim (UKMM) Unlam

Di tengah kondisi umat yang semakin hedonis, menarik untuk mencermati eksistensi dan dinamika aktivitas dakwah di lingkungan kampus yang dimotori oleh anak-anak muda dengan semangat keislaman tinggi. Hampir di setiap universitas ada yang namanya lembaga dakwah kampus atau LDK. Nah, di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, para aktivis dakwah kampus berkumpul dalam sebuah organisasi yang dinamakan Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim (UKMM).

Usianya baru dua tahun. Anggotanya pun masih terbilang sedikit. Tapi UKMM Unlam Banjarmasin punya mimpi besar agar dakwahnya bisa terdengar sampai ke seluruh sudut bumi Kalsel.

“Kalau visi misi kami, karena lingkupnya universitas, tarafnya ya universitas. Tapi karena Unlam sebagai universitas tertua di Kalsel, dalam AD/ART kami secara tersirat ada disebutkan bahwa visi misi kami adalah ingin memajukan UKMM di taraf Kalsel,” ujar Ketua Umum UKMM Unlam Banjarmasin, Sariffani.

Tadinya, Unlam memiliki dua LDK, yakni LDK dan FKDK. Keduanya lantas dibekukan dan dibentuk suatu organisasi baru sebagai penggantinya pada tahun 2008 lalu, yakni UKMM.

“Secara historis ditarik ke belakang tidak tahu juga kenapa dibekukan karena waktu itu saya baru jadi mahasiswa. Tapi menurut cerita para senior, alasan dibekukan karena tidak etis kalau ada dua UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang sama di tingkat universitas. Lalu, tercetuslah UKMM sebagai satu-satunya lembaga dakwah kampus di Unlam untuk tingkat universitas yang sah secara legalitas formal. Dari tahun 2008-2010, berarti UKMM ini usianya baru 2 tahun,” tutur mahasiswa semester lima di Fakultas Hukum kelahiran Banjarmasin, 28 Desember 1989 tersebut.

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang dakwah Islam dengan kampus sebagai pusat kegiatannya dan warga kampus sebagai objeknya, kegiatan UKMM tentu tak jauh-jauh dari kajian keislaman.

“Setiap hari Senin pagi pada pukul 07.00-08.00, kami mengadakan kajian keislaman di mesjid kampus. Waktunya dipilih pagi supaya tidak mengganggu kuliah sekaligus juga belajar mendisiplinkan diri. Selain itu, kami juga sering menggelar seminar dan pelatihan,” terangnya lagi.

Dengan usia yang masih hijau, UKMM dapat dikatakan sebagai LDK tingkat mula. Apalagi jumlah anggotanya juga baru mencapai seratusan orang.

“Kalau di kampus di daerah lain, anggotanya sudah mencapai ribuan. Kurang tahu juga apa faktornya sehingga mahasiswa di sini kurang berminat untuk bergabung dengan UKMM, tapi sepertinya terkait masalah keislaman banyak orang yang memang masih agak fobia karena menganggap ajaran Islam itu sulit,” ucapnya.

Di lain sisi, ramainya isu negatif yang menyerang Islam dan membuat citra Islam menjadi buruk di mata dunia, misalnya isu terorisme, diakui juga cukup menghambat perkembangan lembaga-lembaga dakwah kampus.

“Karena mindsetnya sudah menganggap Islam itu sulit duluan, ditambah lagi dengan isu-isu negatif seperti itu, semakin membuat orang tidak mau bergabung dengan LDK. Isu negatif sangat berpengaruh, apalagi untuk mahasiswa baru. Tapi dalam penyambutan mahasiswa baru kami mencoba membuat konsep yang semenarik dan sebersahabat mungkin supaya yang diisukan secara negatif tentang Islam bisa di-counter,” imbuhnya.

Untungnya, tanggapan dari pejabat kampus sendiri terhadap kiprah UKMM selama ini dirasakan sangat positif.

“Kalau pendanaan alhamdulilah ditopang sepenuhnya oleh kampus. Intinya, semua karena kami mau menjalankan aturan main berorganisasi dengan benar,” tukasnya.

Tinggal tantangan untuk mengembangkan UKMM ini, lanjutnya, adalah menggaet objek dakwahnya sendiri.

“Tantangan yang utama dan menjadi kendala klasik, apalagi bagi LDK yang jenjangnya masih mula, tetap pada bagaimana supaya anggotanya banyak,” katanya.

Sedangkan tantangan dari segi dakwahnya, menurutnya sejak tahun 2004, pergesekan antara ideologi keislaman dengan paham lainnya yang juga berkembang di kampus tidak terlalu tajam lagi seperti yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

“Paradigma berorganisasi sudah lebih dewasa, kalau ada masalah diselesaikan dengan diskusi. Tidak sampai fisik, paling perang media saja,” cetusnya.

Terlebih, UKMM sendiri berusaha keras untuk membaur dan tidak mengekslusifkan diri. Hal ini dilakukan demi menghindari cap ekstrem atau fundamentalis yang kerap menempel pada orang-orang yang bergiat dalam aktivitas dakwah.

“UKMM yang saya tahu dalam dua tahun ini visi-misinya mau nasionalisasi Unlam, terbuka, dan tidak terlalu ekstrem. Ada juga kawan-kawan yang keras, tapi akibatnya mereka kebanyakan dihindari. Tapi karena kami bersahabat dan mau membaur, kami bisa diterima. Buktinya, kebanyakan kawan di BEM Unlam adalah orang-orang UKMM,” ujarnya.

Selain itu, ia juga meyakinkan bahwa aktivitas UKMM tidak melampaui kodrat sebuah LDK sebagai lembaga yang murni berdakwah di lingkungan kampus, dan tidak ada misi yang dibawa selain daripada itu.

“Kalau di sini, kajiannya tentang Islam to, seperti ibadah, muamalah, bagaimana menjalin ukhuwah, menjadi muslim negarawan, menjadi muslim yang cinta tanah air, dan sebagainya. Jadi, kalau masalah pemikiran yang ekstrem kita bisa menangkalnya,” tegasnya.

Alumni SMA Negeri 1 Gambut ini sendiri mengaku sudah menggeluti kegiatan yang berkaitan dengan dakwah sejak duduk di bangku sekolah menengah. Kebetulan, ia juga memiliki basic pesantren. Semangat dan motivasinya untuk mengisi masa mudanya dengan berdakwah pun patut diacungi jempol.

“Dakwah itu kalau hanya untuk diri sendiri rasanya pemikiran kita terlalu sempit, karena surga itu sesungguhnya sangat luas. Saya punya pemikiran kalu kita bisa mengajak teman-teman di kampus, kita juga bisa mengajak keluarga kita. Ibaratnya ikut LDK itu sebagai ajang pembelajaran karena kita pasti inginnya bisa masuk surga bersama-sama,” ucapnya.

Dakwah Harus Dimulai dari Diri Sendiri

Sebagai suatu kegiatan mahasiswa di dalam lingkungan kampus yang bertujuan untuk melaksanakan dakwah, Ketua Komisi Dakwah MUI Kalsel, Prof Dr Yuseran Salman Lc sangat mengapresiasi keberadaan lembaga dakwah kampus (LDK). Terkait eksistensi LDK selama ini, ia menilai kegiatannya sangat positif. Ada yang kerap mengadakan seminar dengan mengundang para pakar untuk memperluas cakrawala pengetahuan sekaligus sarana dakwah kepada audience yang lebih luas di luar lingkungan kampus, ada pula yang ikut menjadi pengurus mesjid kampus.

“Orang yang berdakwah itu sebenarnya sedang bersedekah, bukan main-main. Rasulullah sendiri menyuruh umatnya untuk selalu bersedekah. Sedekah itu tidak hanya berbentuk materi. Kalau tidak ada uang, dengan mengatakan kepada orang lain untuk tidak melakukan yang tidak baik saja itu sudah sedekah,” ujarnya.

Terlebih dalam Islam, lanjut dosen di Fakultas Dakwah dan program pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin tersebut, pada dasarnya setiap orang memang diwajibkan untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya, walaupun yang disampaikan hanya satu ayat saja.

“Allah menyatakan bahwa hendaknya ada sebagian dari kalian yang selalu memanggil kepada kebaikan. Jadi, kalau kita lihat di sini semua orang wajib berdakwah, termasuk mahasiswa. Barangkali tujuan mereka itu adalah untuk melakukan kegiatan meningkatkan pemahaman keislaman bagi mahasiswa di lingkungan kampus, tapi tidak menutup kemungkinan juga orang-orang yang ada di luar kampus itu,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa dakwah yang utama itu sebenarnya adalah dakwah kepada diri sendiri, kemudian kepada orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman. Hal inilah yang penting diingat oleh para aktivis dakwah.

“Dakwah itu harus kepada diri sendiri dulu. Dia harus mampu mencegah dirinya dari perbuatan munkar karena dalam berdakwah, orang harus melakukan apa yang dia katakan dan mengatakan apa yang dia lakukan. Misalnya, kita melakukan sesuatu yang baik, boleh kita katakan itu kepada orang lain. Jangan nanti kita mengatakan sesuatu kepada orang lain, tapi kita tidak melakukan apa yang kita katakan. Sesuailah antara kata dengan perbuatan, dakwah harus begitu,” tuturnya.

Ia mengatakan bahwa tantangan para aktivis dakwah kampus memang berat, salah satunya mereka kerap dicap ekstrem.

“Kalau mengamalkan ajaran Islam secara apa adanya, memang itu disuruh oleh nabi. Kalau dia dikatakan ekstrem karena mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, itu bukan ekstrem namanya, tapi demikianlah Islam. Artinya, mereka konsisten mengamalkan ajaran islam. Itu justru bagus, kalau semua orang seperti itu aman dunia ini,” ucapnya.

Untuk menghadapi segala rintangan yang akan menghadang aktivitas dakwah ini, lanjutnya, maka para aktivis dakwah harus berpegang erat pada ajaran Islam. Namun, jangan juga over acting.

“Kalau mereka melihat suatu kemungkaran yang tidak beres, kalau mereka mampu mencegah harus dicegah. Setidaknya dengan lisan, yaitu lewat dakwah tadi. Kalau tidak bisa, minimal kita jangan ikut-ikutan. Tapi ingat, dalam berdakwah itu jangan overacting. Apa adanya saja,” katanya.

Jangan Sampai Dinodai Politik

Sebagai bagian dari satuan pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional telah melarang aktivitas politik praktis masuk lingkungan kampus. Kalaupun ada, maka harus difasilitasi oleh lembaga kemahasiswaan atau pihak kampus dan dalam rangka pendidikan politik yang ilmiah dan objektif, bukan partisan. Jika hal itu sampai terjadi, maka dikhawatirkan akan menimbulkan pembiasan terhadap intelektual kampus.

Meski demikian, nyatanya kampus masih saja dijadikan target oleh kelompok-kelompok politik tertentu untuk menyusupkan kepentingannya, misalnya melalui organisasi-organisasi intra kampus. Hal ini diakui sendiri oleh Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim (UKMM) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Sariffani.

“Memang ada yang mau masuk, tidak secara terang-terangan, tapi dengan cara menyusupkan kadernya sebagai anggota UKMM. Tapi kami punya mekanisme penjenjangan kader, tidak sembarang orang bisa jadi pengurus inti. Itulah yang bisa membuat UKMM bisa tetap berjalan sesuai iramanya,” ujarnya.

Nampaknya, ia dan pengurus UKMM lainnya dapat memahami implikasi negatif jika kegiatan mereka sampai ditunggangi oleh kepentingan di luar dakwah.

“Bahayanya kalau paham mereka tidak menerima paham kemajukan bangsa kita. Bangsa kita kan asasnya demokrasi, nah ada teman-teman yang tidak mau menerima itu. Menurut kami, tidak semua yang berkaitan dengan demokrasi itu jelek, masih ada hal-hal yang bagus, makanya kami bisa menerima. Kalau demokrasi kita tolak mentah-mentah, itu yang akan membuat citra Islam jadi jelek. Lagipula dilihat dari sisi ijtihad, sesuatu itu ada yang mutlak, ada juga yang bisa berubah sesuai dengan perkembangan. Jadi, ada sifat mobilitas dalam ajaran islam, misalnya lampu lalu lintas dulu tidak ada, dalam Al-Qur’an dan hadis tidak disebutkan. Tapi apakah itu jelek?” tuturnya.

Dulunya, sebelum UKMM berdiri pada tahun 2008, di Unlam terdapat dua lembaga dakwah kampus (LDK) di tingkat universitas, yakni LDK dan FKDK. Pada perjalanannya, pihak universitas meminta agar keduanya disatukan karena secara aturan, tidak diperkenankan ada dua organisasi yang sama di tingkat universitas. Tapi, permintaan itu ditolak oleh pengurus kedua organisasi karena ada perbedaan prinsip sehingga keduanya lantas dibekukan sampai kemudian dihapuskan hingga berdirilah UKMM.

Namun, di luar alasan yang terkait dengan aturan, konon penghapusan LDK dan FKDK juga disebabkan karena adanya indikasi bahwa kedua organisasi tersebut sudah tercemar kepentingan politis.

“Itu pengakuan dari mahasiswanya sendiri. Ada kepentingan yang masuk dari luar kampus yang arahnya tidak kepada mahasiswa, tapi kepentingan politik. Bukannya mahasiwa tidak boleh berpolitik, tapi jangan di dalam kampus karena kampus harus bebas dari kegiatan politik praktis,” cetus Pembantu Rektor (Purek) III Unlam, Ir Hamdani MS.

Ia mengungkapkan bahwa aturan ini dibuat agar mahasiswa tidak terkotak-kotak, terpecah belah, dan saling berseberangan hanya karena perbedaan prinsip.

“Pada dasarnya kami menanggapi secara positif keberadaan lembaga dakwah di lingkungan kampus ini, kita akomodir dan kita bantu setiap kegiatannya selama tujuannya untuk mahasiswa dan tidak ditunggangi oleh kepentingan di luar kampus. Kalau organsisasi di luar kampus seperti KAMMI atau HMI, itu boleh-boleh saja,” tambahnya.

Ketua Komisi Dakwah MUI Kalsel, Prof Dr Yuseran Salman Lc pun sangat menekankan pentingnya lembaga dakwah kampus terbebas dari berbagai kepentingan selain untuk dakwah.

“Mahasiswa harus sadar diri apa tujuan mereka, apa tujuan LDK, jangan sampai tercemar. Kalau ada orang lain menyusup untuk kepentingan politik atau pribadi, itu penyalahgunaan namanya. Semestinya jangan sampai dicampuradukkan, tidak bagus, nanti bisa hancur lembaga dakwahnya,” ucapnya.

Tidak ada komentar: