A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 24 September 2010

Menghadapi Musibah dengan Sabar

Judul : Tiada Musibah Tanpa Hikmah
Penulis : Syeh Imaduddin Al-Kludasy
Penerbit : Pustaka Group
Tebal : 224 Halaman

Manusia diciptakan di muka bumi ini untuk menjalani hidup yang tidak serta merta lempeng. Di atas hamparan bumi yang luas, banyak kerikil tajam bertebaran yang terkadang bisa melukai. Musibah, demikianlah kerikil itu dinamai.

Hakikat musibah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki kedatangannya dan tidak disukai atas apa yang menimpa seseorang, meski sebagian musibah juga bisa berwujud kesenangan yang jika tidak disikapi secara benar, akan membuat seseorang jatuh dalam ketakaburan, seperti harta, anak-anak yang disayangi, dan sebagainya.

Tapi ujung dari sebuah musibah itu sejatinya adalah nilai spiritual yang lebih baik, yakni kesabaran. Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadist bahwa Allah mengangkat derajat orang yang sabar dalam tiga perkara : sabar dalam musibah, sabar saat beribadah, dan sabar dari tindakan maksiat.

Tapi tahukah bahwa di antara penyebab datangnya musibah itu adalah kerak di hati kita sendiri? Mereka menyelinap pada aktivitas manusia di luar kendalinya seperti halnya langkah-langkah kita meretas di bumi, baik dalam bentuk ucapan, bahkan perbuatan di luar kesadaran kita yang dikendalikan oleh setan.

Bumi tempat manusia membangun kekhilafahan ini sendiri sarat dengan sejarah musibah dan bencana. Hubungan bencana dengan perspektif ketuhanan mencapai puncaknya pada zaman Nabi Nuh dimana kisah-kisah drama teologis memiliki akibat terhadap lingkungan dengan tenggelamnya bumi di negeri Nabi Nuh. Kisah Nabi Nuh yang monumental itu tentu tidak berdiri sendiri sebagai peristiwa historis di jagad bumi, tapi mengandung banyak penafsiran. Dari sana akan banyak terpantul hubungan lingkungan hidup dengan teologi.

Begitu juga di zaman Nabi Luth, yakni ketika Allah menjungkirbalikkan negeri kaumnya akibat maraknya praktek sodomi dan perzinaan.

Eratnya kaitan antara gravitasi spiritual dengan dunia material, khususnya dalam menjaga keseimbangan bumi setidaknya tergambar dalam hadist Rasulullah SAW yang lain, “Dunia ini tidak akan kiamat manakala masih ada seseorang yang mengingat (dzikr) nama Allah”.

Nah, dalam buku ini, penulis mencoba memberikan wacana tentang musibah dan bagaimana menghadapi musibah yang akan selalu ada di setiap sisi kehidupan manusia. Musibah senantiasa mengintai dan siap menyergap seseorang kapan dan dimana saja, baik musibah yang menimpa jiwa, harta benda, dan musibah dalam agama. Dan sabar adalah senjata yang paling ampuh untuk membawa kita keluar dengan selamat dari bermacam-macam musibah itu. Islam tak pernah mengajarkan manusia untuk bersedih, apalagi berputus asa.

Selamat membaca!

Tidak ada komentar: