BANJARMASIN – Genangan air masih menjadi momok bagi warga Banjarmasin jika hujan lebat mengguyur, apalagi dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan salah satunya karena sebagian besar drainase di kota ini tidak berfungsi optimal.
Namun, di sisi lain, perilaku masyarakat yang tidak bersahabat dengan lingkungan juga ikut berperan. Misalnya, menjadikan drainase yang semestinya untuk mengalirkan air layaknya TPS alias tempat pembuangan sampah seperti yang terlihat di sejumlah titik di kawasan Benua Anyar dan beberapa kawasan lainnya. Jika hujan turun, sampah yang menumpuk di drainase pun akan tumpah ke jalan dan meninggalkan pemandangan tak sedap.
Kepala Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin, Ir Muryanta MT ikut mengeluhkan kondisi ini.
“Kesadaran dari masyarakat selama ini sangat mengganggu kita, mereka memang seringkali tidak bisa bekerja sama,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ke depan setiap satu minggu sekali pihaknya bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait lain akan patroli keliling kota untuk memantau pelanggaran-pelanggaran terhadap sungai dan drainase yang ada di Banjarmasin. Di samping itu, ia juga meminta partisipasi masyarakat untuk melaporkan ke dinas terkait jika mengetahui adanya pelanggaran yang terjadi di wilayahnya. Pasalnya, tidak sedikit dana yang harus dikeluarkan untuk menghidupkan kembali sungai dan drainase yang sebelumnya tidak berfungsi.
Diungkapkannya, untuk pemeliharaan drainase saja pemerintah harus menganggarkan Rp 3 miliar per tahun. Itu pun masih harus dipotong-potong untuk pembangunan drainase yang sifatnya mendesak karena secara umum alokasi dana untuk pembangunan drainase sangat kecil.
“Seperti kemarin di daerah Jl Veteran, Jl Kampung Melayu, Jl Kelayan, Jl Pembangunan I, Jl Bali, dan Komplek Banjar Indah Permai, untuk daerah-daerah ini kan belum teranggarkan melalui proyek karena untuk pembangunan drainase memang sedikit alokasinya. Sehingga untuk yang mendesak dari pemeliharaan itu dananya,” tuturnya.
Namun, di sisi lain, perilaku masyarakat yang tidak bersahabat dengan lingkungan juga ikut berperan. Misalnya, menjadikan drainase yang semestinya untuk mengalirkan air layaknya TPS alias tempat pembuangan sampah seperti yang terlihat di sejumlah titik di kawasan Benua Anyar dan beberapa kawasan lainnya. Jika hujan turun, sampah yang menumpuk di drainase pun akan tumpah ke jalan dan meninggalkan pemandangan tak sedap.
Kepala Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin, Ir Muryanta MT ikut mengeluhkan kondisi ini.
“Kesadaran dari masyarakat selama ini sangat mengganggu kita, mereka memang seringkali tidak bisa bekerja sama,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ke depan setiap satu minggu sekali pihaknya bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait lain akan patroli keliling kota untuk memantau pelanggaran-pelanggaran terhadap sungai dan drainase yang ada di Banjarmasin. Di samping itu, ia juga meminta partisipasi masyarakat untuk melaporkan ke dinas terkait jika mengetahui adanya pelanggaran yang terjadi di wilayahnya. Pasalnya, tidak sedikit dana yang harus dikeluarkan untuk menghidupkan kembali sungai dan drainase yang sebelumnya tidak berfungsi.
Diungkapkannya, untuk pemeliharaan drainase saja pemerintah harus menganggarkan Rp 3 miliar per tahun. Itu pun masih harus dipotong-potong untuk pembangunan drainase yang sifatnya mendesak karena secara umum alokasi dana untuk pembangunan drainase sangat kecil.
“Seperti kemarin di daerah Jl Veteran, Jl Kampung Melayu, Jl Kelayan, Jl Pembangunan I, Jl Bali, dan Komplek Banjar Indah Permai, untuk daerah-daerah ini kan belum teranggarkan melalui proyek karena untuk pembangunan drainase memang sedikit alokasinya. Sehingga untuk yang mendesak dari pemeliharaan itu dananya,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar