A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 21 April 2011

Bank Optimis Pertumbuhan Kartu Kredit

Tidak Terpengaruh Kasus Citibank

BANJARMASIN Pertumbuhan pengguna kartu kredit yang terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, membuat kalangan perbankan masih optimis dengan perkembangan industri kartu kredit di Kalsel.


Vice President Area Manager Bank Mandiri Banjarmasin, Kemal Taufik kemarin mengungkapkan, penerbitan kartu kredit baru rata-rata mencapai 1.800- 2 ribu kartu per tahunnya.

“Sekarang jangan bicara angka, tapi tren orang menggunakan paperless. Artinya, orang sudah tidak menggunakan uang cash lagi. Kalau bicara kartu kredit, orang cenderung ingin memanfaatkan benefit-nya, seperti tidak perlu cash, pembayaran bisa diangsur, dan program-program seperti diskon,” ujarnya tanpa bersedia merinci soal jumlah pengguna kartu kredit Mandiri di Banjarmasin maupun nilai transaksi yang sudah dibukukan.

Namun demikian, transaksi menggunakan kartu kredit di Banjarmasin menurutnya cukup ramai. Pihaknya sendiri sangat gencar memasarkan alat pembayaran menggunakan kartu kepada merchant-merchant, seperti supermarket, travel, hotel, hingga ke toko-toko kecil.

“Tahun ini kita targetkan seribu orang pengguna kartu kredit baru,” tukasnya.

Disinggung soal sejumlah skandal yang terjadi akhir-akhir ini, seperti tewasnya nasabah Citibank yang cukup mencoreng citra perbankan, ia pun meyakini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap ekspansi kartu kredit ke depannya.

“Case di Citibank itu sebetulnya kasus biasa antara bank dan konsumen, kalau konsumen baik-baik saja rasanya tidak akan terjadi seperti itu. Kiatnya dalam menggunakan kartu kredit adalah jangan besar pasak dari tiang. Belanja secukupnya sesuai kebutuhan, bayar sesuai tagihan minimum. Toh jasanya sudah kita nikmati, masa tidak dibayar?” tuturnya.

Meski begitu, ia sepakat dengan wacana Bank Indonesia (BI) yang akan memperketat penggunaan kartu kredit di Indonesia. Menurutnya, pembatasan terhadap jumlah pemakaian kartu kredit perlu dilakukan mengingat banyak orang yang beranggapan bahwa fasilitas kartu kredit itu tanpa batas atau unlimited.

“Jangan sampai satu orang punya sampai lima kartu kredit. Annual fee-nya saja tanpa dia menggunakan kartu sudah memberatkan. Maksimal dua kartu rasanya cukup,” katanya.

Selain itu, segmen pasar kartu kredit juga perlu lebih selektif. Dewasa ini, bank-bank cenderung menawarkan kartu kredit kepada semua kalangan tanpa terkecuali, seperti mahasiwa, ibu rumah tangga, sampai orang yang tak punya penghasilan tetap.

Sedangkan soal prosedur penagihan tunggakan pembayaran kartu kredit, menurutnya mungkin memang perlu dibuat lebih soft lagi untuk menghindari ekses negatif.

“Tapi ini juga sebetulnya sudah dilakukan selama ini. Masalahnya mungkin ada orang menganggap kartu kredit itu fasilitas yang unlimited. Seperti kasus Citibank itu kan katanya menunggak tiga tahun, itu ngemplang namanya. Kartu kredit itu kan kredit yang tidak pakai agunan. Kalau nunggak, ya harus ditagih karena tidak ada jaminan yang bisa dipegang oleh bank,” tandasnya.

Tidak ada komentar: