Pedagang Ramai-ramai Beralih ke Bibit Buah-buahan
Sekitar empat tahun lalu, demam tanaman hias sempat melanda warga Kota Banjarmasin. Harga tanaman hias pun kala itu meroket gila-gilaan. Namun, tren tersebut sudah berlalu dan kini giliran bibit buah-buahan yang naik daun.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Masih segar dalam benak Hairul (40), bagaimana dulu ia bisa meraup uang jutaan rupiah dari hasil berdagang tanaman hias semacam anthurim, aglonema, adhenium, dan anggrek.
Warga Loktabat Banjarbaru tersebut adalah salah satu pedagang yang setiap hari Minggu berjualan di Pasar Kembang Pal 7. Sejak pertama muncul pada tahun 2008, pasar kaget yang terletak di tepi Jl A Yani kilometer tujuh tak jauh dari pintu gerbang perbatasan Kota Banjarmasin-Kabupaten Banjar itu memang merupakan sentra tanaman hias. Bahkan, konon katanya yang terbesar yang pernah ada di Kalimantan Selatan.
Sampai hari ini, Pasar Kembang Pal 7 masih tetap eksis. Namun, sekarang sudah jarang yang terlihat menjual tanaman hias. Justru, pedagang ramai-ramai beralih ke bibit buah-buahan, seperti mangga, rambutan, kedondong, jambu air, dan sebagainya.
“Awalnya di sini memang sentra tanaman hias, tapi trennya sudah berubah dalam setahun ini,” ujarnya.
Menurutnya, penjualan tanaman hias saat ini sudah tidak seramai dulu lagi karena trennya memang sudah lewat. Ia masih ingat, ketika tanaman hias booming di Banjarmasin, ia sampai merelakan motor barunya untuk ditukar dengan sejumlah indukan (pohon) tanaman hias.
“Belum lama, salah satunya dibeli orang seharga Rp 8 juta. Sedangkan saya masih punya tujuh pohon lagi,” selorohnya.
Bagi para penggemar tanaman hias, berapapun harganya pasti tetap dikejar. Padahal, harga tanaman hias kala itu sangat mencengangkan. Yang paling mahal adalah anthurium jenis jemani, harganya berkisar Rp 5-6 juta.
“Dulu orang jualan di sini seharian bisa dapat di atas Rp 5 juta. Soalnya yang kecil-kecil saja harganya sudah di atas Rp 1 juta, apalagi yang indukan bisa Rp 7-10 juta. Pokoknya asal ada kembangnya pasti laku,” katanya.
Sekarang, harga tanaman hias sudah turun jauh. Anthurium jenis legasi misalnya, yang dulu satu helai daunnya dihargai Rp 1,5 juta, satu pohon sekarang hanya Rp 50 ribu.
“Saya punya satu tanaman yang harganya saya patok Rp 4 juta, terakhir ditawar Rp 3,75 juta sampai akhirnya tidak berharga lagi. Sampai sekarang masih ada barangnya di rumah,” tuturnya seraya tergelak.
Hal senada diungkapkan Zulkifli (43), pedagang kembang lainnya di Pasar Kembang Pal 7. Menurut warga Jl Pekauman Banjarmasin itu, tren tanaman yang digemari sejak setahun terakhir memang sudah beralih dari tanaman hias ke bibit buah-buahan. Bibit buah-buahan yang sebagian besar dikirim dari Pulau Jawa itu dihargai Rp 10 ribu. Sedangkan yang ukurannya sudah besar bisa sampai Rp 100 ribu.
“Dulu penghasilan dari berjualan tanaman hias bisa sampai Rp 4 jutaan. Kalau sekarang, jauh sekali turunnya,” ucapnya.
Selain era tanaman hias sudah lewat, saingan sesama pedagang juga sudah semakin banyak sehingga ia tak bisa menaikkan harga terlalu tinggi.
“Kalau cocok, langsung dilepas saja daripada pembeli lari ke tempat lain. Pokoknya asal ada untung sedikit, kalau jual modal ya rugi,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar