BANJARMASIN – Realisasi ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Kalimantan Selatan selama triwulan I 2011 terus mengalami penurunan. Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, volume ekspor CPO pada bulan Januari tercatat 48 ribu ton, sedangkan pada bulan Februari dan Maret masing-masing 20.300 ton dan 16.212 ton. Namun demikian, secara akumulatif justru naik sekitar 21,47 persen jika dibanding realisasi ekspor triwulan I 2010.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel, Untung Wiyono kemarin mengatakan, penurunan ini tak perlu dirisaukan karena merupakan siklus tahunan.
“Biasanya antara Maret-Juni produksi memang turun karena faktor curah hujan yang cukup tinggi,” jelasnya.
Target produksi kelapa sawit sendiri pada tahun 2011 ini sebesar 650 ribu ton, naik sektiar 25 persen dari tahun 2010 yang hanya 516 ribu ton.
“Kenaikan ini karena sekarang sudah banyak tanaman yang umurnya meningkat,” tambahnya.
Dari data Badan Pusat Statistik, ekspor CPO secara nasional juga mengalami penurunan. Penyebabnya diperkirakan karena produksi CPO lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, Untung menepis dugaan tersebut.
“Kebutuhan dalam negeri sangat kecil, hanya 5 juta ton per tahun, sedangkan produksi mencapai 22,3 juta ton pada 2010 lalu. Tahun 2011, produksi diprediksi naik 2,5 persen menjadi sekitar 23-25 juta ton,” tuturnya.
Selain kendala cuaca, menurutnya penurunan ekspor CPO juga disebabkan karena menurunnya permintaan, terutama dari pasar Eropa.
“Kalau lagi musim dingin, permintaan biasanya memang berkurang,” ujarnya.
Hal ini pun tak pelak memicu harga CPO di pasaran dunia ikut turun di kisaran Rp 7.400 perkilogram. Terlebih, setelah adanya panen besar beberapa waktu lalu yang membuat pasokan melimpah. Diprediksi, harga baru akan kembali naik sekitar bulan Agustus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar