A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 17 Mei 2011

Pangkalan Elpiji Masih Sepi Peminat

Warga Masih Takut

Drum-drum berisi minyak tanah (mitan) nampak tersusun rapi di pangkalan milik Sarkuni di Jl Pemurus RT 8 Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Di salah satu sudut, tabung-tabung elpiji tiga kilogram dengan warna hijau yang menyolok mata bertumpuk dalam sebuah ruangan terkunci.

NAZAT FITRIAH, Martapura

Ruangan itu kecil saja, dengan dinding yang terbuat dari kayu dan khusus di bagian depan diberi kawat sehingga isinya bisa terlihat dari luar.

“Ini memang seperti yang disyaratkan, tempat penyimpanan harus terbuka. Supaya kalau ada kebocoran, gasnya langsung hilang ditiup angin,” ujarnya.

Sudah sebulan ini pangkalan mitan Sarkuni menjual elpiji. Ini adalah konsekuensi lain dari program konversi mitan ke elpiji, dimana pangakalan mitan diwajibkan untuk beralihfungsi menjadi pangkalan elpiji.

Sebelum menjadi pangkalan elpiji, Sarkuni terlebih dahulu harus menebus 100 buah tabung elpiji tiga kilogram dari Pertamina dengan harga Rp 140.500 pertabung. Kalau tidak menebus, maka ia tidak akan mendapat jatah minyah tanah.

Memang, meski Kabupaten Banjar sudah melaksanakan konversi, namun Pertamina tak serta merta menarik mitan dari peredaran, tapi menunggu sampai konversi sudah benar-benar diterima dengan baik oleh masyarakat.

“Pasokan mitan masih normal, tidak dikurangi,” akunya.

Di sisi lain, kebutuhan mitan pun masih tinggi karena tidak semua paket tabung dan kompor yang telah dibagikan langsung dimanfaatkan oleh masyarakat.

Hal ini diakui sendiri oleh Faridah, salah seorang warga setempat. “Masih takut,” ucapnya.

Idealnya, masa pemakaian elpiji tiga kilogram adalah tujuh sampai sepuluh hari. Tapi karena jarang dipakai, hingga lewat sebulan ia belum pernah mengisi ulang.

Lain lagi dengan Rusdiah yang mengaku sudah lama menggunakan elpiji 12 kilogram. Selama itu, menurutnya tak pernah ada masalah yang serius, misalnya ledakan gas seperti yang ramai diberitakan di televisi. Tapi akibat pemberitaan-pemberitaan itu, orang tuanya jadi takut.

“Maklum, orang tua. Kalau memasak agak lama, pasti langsung diwanti-wanti,” katanya.

Sementara itu, selama sebulan menjual elpiji, Sarkuni mengungkapkan belum banyak masyarakat yang melakukan isi ulang di tempatnya. Di Jl Pemurus RT 8 sendiri tercatat ada 250 KK yang menerima paket tabung dan kompor.

“Kayaknya sih banyak yang tidak memakai, mungkin masih khawatir,” tuturnya.

Selama sebulan ini, ia sudah empat kali melakukan pengisian ulang, yang pertama sampai ketiga masing-masing 60 tabung, dan yang terakhir 75 tabung.

“Yang beli tabung juga sangat jarang, sampai sekarang baru laku lima buah,” tambahnya.

Tidak ada komentar: