BANJARMASIN – Kenaikan harga tanah dan bahan material telah mendorong kenaikan harga rata-rata rumah di Banjarmasin pada triwulan I-2011 tadi. Dalam siaran pers yang dirilis Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) periode triwulan I-2011 diketahui bahwa kenaikan harga terutama terjadi pada rumah tipe menengah dengan ukuran di atas 36 meter persegi hingga 70 meter persegi.
Kemudian tipe besar dengan ukuran di atas 70 meter persegi dengan persentase masing-masing 35,40 persen dan 6,53 persen jika dibanding triwulan IV-2010. SHPR sendiri dilaksanakan secara berkala setiap triwulan guna mendapatkan informasi dini mengenai perkembangan harga properti residensial di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, baik yang terjadi pada triwulan yang bersangkutan maupun perkiraan untuk triwulan mendatang.
Saat ini, SHPR dilakukan terhadap 30 responden perusahaan pengembang perumahan di Banjarmasin dan sekitarnya. “Peningkatan harga rata-rata rumah tersebut juga disebabkan karena adanya perbaikan kualitas, serta pemilihan lokasi dan model rumah,” ucap Peneliti Ekonomi Madya Senior BI Banjarmasin Taufik Saleh.
Kondisi sebaliknya terjadi pada rumah tipe kecil dengan ukuran di bawah 36 meter persegi, di mana harga rata-ratanya justru mengalami penurunan sekitar 7,81 persen. Dari sisi pembangunan, sepanjang triwulan I-2011 tadi jumlah rumah baru yang berdiri mencapai 4.207 unit atau naik 108,99% dibanding triwulan IV-2010. Hampir 60 persen dari angka tersebut didominasi oleh rumah tipe menengah dengan jumlah 2.480 unit, sisanya rumah tipe kecil sebanyak 1.651 unit atau 39,21%.
“Hal ini terjadi karena dua tipe rumah tersebut diprediksi lebih diminati oleh masyarakat,” tambahnya.
Sedangkan tingginya kenaikan pembangunan perumahan pada triwulan I-2011, lanjutnya, lebih disebabkan karena pihak pengembang yang menahan diri untuk membangun perumahan baru pada triwulan IV-2010.
“Pada periode tersebut pihak pengembang menganggap kondisi properti belum cukup kondusif, sehingga mereka menunggu saat yang tepat untuk membangun perumahan,” katanya lagi. Sementara dari sisi penjualan, peningkatan signifikan dialami properti residensial dengan persentase 99,39%.
“Rumah tipe menengah paling banyak diserbu karena adanya peningkatan daya beli masyarakat serta perbedaan harga yang tipis antara harga jual tertinggi untuk rumah tipe kecil dengan harga jual terendah untuk rumah tipe menengah,” jelasnya.
Kemudian tipe besar dengan ukuran di atas 70 meter persegi dengan persentase masing-masing 35,40 persen dan 6,53 persen jika dibanding triwulan IV-2010. SHPR sendiri dilaksanakan secara berkala setiap triwulan guna mendapatkan informasi dini mengenai perkembangan harga properti residensial di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, baik yang terjadi pada triwulan yang bersangkutan maupun perkiraan untuk triwulan mendatang.
Saat ini, SHPR dilakukan terhadap 30 responden perusahaan pengembang perumahan di Banjarmasin dan sekitarnya. “Peningkatan harga rata-rata rumah tersebut juga disebabkan karena adanya perbaikan kualitas, serta pemilihan lokasi dan model rumah,” ucap Peneliti Ekonomi Madya Senior BI Banjarmasin Taufik Saleh.
Kondisi sebaliknya terjadi pada rumah tipe kecil dengan ukuran di bawah 36 meter persegi, di mana harga rata-ratanya justru mengalami penurunan sekitar 7,81 persen. Dari sisi pembangunan, sepanjang triwulan I-2011 tadi jumlah rumah baru yang berdiri mencapai 4.207 unit atau naik 108,99% dibanding triwulan IV-2010. Hampir 60 persen dari angka tersebut didominasi oleh rumah tipe menengah dengan jumlah 2.480 unit, sisanya rumah tipe kecil sebanyak 1.651 unit atau 39,21%.
“Hal ini terjadi karena dua tipe rumah tersebut diprediksi lebih diminati oleh masyarakat,” tambahnya.
Sedangkan tingginya kenaikan pembangunan perumahan pada triwulan I-2011, lanjutnya, lebih disebabkan karena pihak pengembang yang menahan diri untuk membangun perumahan baru pada triwulan IV-2010.
“Pada periode tersebut pihak pengembang menganggap kondisi properti belum cukup kondusif, sehingga mereka menunggu saat yang tepat untuk membangun perumahan,” katanya lagi. Sementara dari sisi penjualan, peningkatan signifikan dialami properti residensial dengan persentase 99,39%.
“Rumah tipe menengah paling banyak diserbu karena adanya peningkatan daya beli masyarakat serta perbedaan harga yang tipis antara harga jual tertinggi untuk rumah tipe kecil dengan harga jual terendah untuk rumah tipe menengah,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar