Pengembang Terkendala Harga
Tanah
BANJARMASIN – Pengembang
perumahan di Banjarmasin diminta untuk ikut mengembangkan sistem
pembangunan rumah tinggal yang semula berorientasi landed (tapak tanah) menjadi konsep vertikal atau
bangunan ke atas, seperti rumah
susun (rusun).
Wakil
Walikota Banjarmasin M Irwan Anshari mengatakan bahwa rusun merupakan solusi
yang efektif untuk mengatasi kawasan kumuh. “Terutama yang kita fokuskan untuk
warga di bantaran sungai. Saat ini pemerintah sedang gencar melakukan penataan
bantaran sungai, sehingga warga yang tinggal di sana harus direlokasi,” ujarnya
saat membuka REI Expo 2011 di Duta Mall Banjarmasin, kemarin.
Di
tengah terus bertambahnya jumlah penduduk dan makin sempitnya lahan pemukiman, lanjutnya,
rumah susun juga merupakan alternatif bagi masyarakat berpenghasilan rendah
untuk mendapat tempat tinggal yang layak.
Wakil
Ketua DPD REI Kalsel Puriyono yang diminta komentarnya terkait hal ini
mengatakan bahwa untuk mengembangkan hunian vertikal di daerah ini masih
memerlukan waktu, terutama untuk menyosialisasikan gaya hidup di hunian
vertikal itu sendiri kepada masyarakat.
“Kultur
menempati rusun belum membudaya di masyarakat kita, sehingga masih perlu waktu
sosialisasi,” katanya. Di sisi lain, para pengembang perumahan yang ingin
merintis pembangunan hunian vertikal juga dihadapkan pada masalah lahan.
Dituturkannya, rusun lebih cocok di bangun di
lahan yang strategis di tengah kota. Sedangkan harga tanah di tengah kota tentu
lebih mahal. “Di dalam kota harga tanah mahal, kecuali pemda mau sharing,”
sambungnya.
Partisipasi
pengembang perumahan swasta menurutnya mungkin saja dilakukan jika pemerintah
daerah mau membantu, misalnya dalam hal penyediaan lahan. “Kalau didukung pemerintah dari segi lahan dan
perizinan, kita mau saja,” tukasnya.
Sementara
itu, REI Expo 2011 yang dihelat di atrium Duta Mall Banjarmasin pada tanggal
13-16 Oktober 2011 merupakan penyelenggaraan yang keenam kalinya. Selama
pameran berlangsung, transaksi ditargetkan mampu mencapai angka Rp 50 miliar,
naik dari tahun lalu yang hanya Rp 40 miliar.
Sedikitnya
ada 40 perusahaan pengembang dan 6 perbankan yang berpartisipasi. Berbagai tipe
dan model rumah dipamerkan dengan kisaran harga Rp 50 juta-Rp 2 miliar perunit.
“Kenaikan harga rumah di Kalsel berkisar 5-10 persen pertahun, terutama
didorong kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar