Cegah Calo Darah di Lingkungan PMI
BANJARMASIN - Suplai darah yang tidak seimbang dengan kebutuhan merupakan penyebab utama timbulnya praktik percaloan darah. Saat stok darah menipis, para calo pun beraksi.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Banjarmasin dr Sri Yanto mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya baru sanggup memenuhi 70 persen dari kebutuhan darah di daerah ini.
“Kalau mau menghapus percaloan, cara yang mudah adalah dengan memenuhi kebutuhan darah sampai 100 persen,” ujarnya, kemarin.
Untuk calo yang berasal dari luar lingkungan UDD, pihaknya sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Namun, untuk menekan praktek percaloan darah di lingkungan UDD, beberapa cara coba ditempuh. Salah satunya, menutup akses bertemu antara donor dan pengguna darah.
Sejak beberapa bulan lalu, kantor UDD PMI Kota Banjarmasin di Jl Simpang Ulin dirombak. Ruangan untuk donor sukarela yang dulu terletak di bagian belakang dipindah paling depan, sedangkan loket untuk melayani permintaan darah digeser ke sisi kiri dan dibuat agak menjorok ke dalam. Sementara koridor di antara kedua ruangan tersebut yang dulu terbuka sekarang disekat sehingga orang-orang tidak lagi bebas keluar masuk.
“Protapnya mestinya begitu supaya tidak ketemu, itu untuk mengantisipasi calo. Andai lahannya luas, ruang donor di ujung dan loket di ujung satunya lagi,” tuturnya.
Mulai pertengahan bulan lalu, pihaknya juga telah menerapkan sistem informasi manajemen dan kuitansi elektronik. Ini dimaksudkan untuk meminimalkan peluang terlibatnya petugas UDD dalam praktik percaloan darah.
“Kalau biaya yang dimasukkan tidak sesuai, kuitansinya tidak akan keluar. Itu untuk menghindari kebocoran, dulu manual. Sekarang tulisan tangan tidak laku,” katanya.
Selain itu, kartu donor darah kini sudah menerapkan sistem elektronik. Riwayat donor seseorang terekam di komputer dan datanya terhubung secara nasional. Dengan demikian, orang tidak bisa mendonor berkali-kali sebelum waktunya.
“Saya jamin tidak ada petugas kami yang berani menaikkan biaya pengganti pengolahan darah, kecuali kalau masyarakat minta carikan sama calo itu di luar kontrol kami,” ucapnya.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Banjarmasin dr Sri Yanto mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya baru sanggup memenuhi 70 persen dari kebutuhan darah di daerah ini.
“Kalau mau menghapus percaloan, cara yang mudah adalah dengan memenuhi kebutuhan darah sampai 100 persen,” ujarnya, kemarin.
Untuk calo yang berasal dari luar lingkungan UDD, pihaknya sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Namun, untuk menekan praktek percaloan darah di lingkungan UDD, beberapa cara coba ditempuh. Salah satunya, menutup akses bertemu antara donor dan pengguna darah.
Sejak beberapa bulan lalu, kantor UDD PMI Kota Banjarmasin di Jl Simpang Ulin dirombak. Ruangan untuk donor sukarela yang dulu terletak di bagian belakang dipindah paling depan, sedangkan loket untuk melayani permintaan darah digeser ke sisi kiri dan dibuat agak menjorok ke dalam. Sementara koridor di antara kedua ruangan tersebut yang dulu terbuka sekarang disekat sehingga orang-orang tidak lagi bebas keluar masuk.
“Protapnya mestinya begitu supaya tidak ketemu, itu untuk mengantisipasi calo. Andai lahannya luas, ruang donor di ujung dan loket di ujung satunya lagi,” tuturnya.
Mulai pertengahan bulan lalu, pihaknya juga telah menerapkan sistem informasi manajemen dan kuitansi elektronik. Ini dimaksudkan untuk meminimalkan peluang terlibatnya petugas UDD dalam praktik percaloan darah.
“Kalau biaya yang dimasukkan tidak sesuai, kuitansinya tidak akan keluar. Itu untuk menghindari kebocoran, dulu manual. Sekarang tulisan tangan tidak laku,” katanya.
Selain itu, kartu donor darah kini sudah menerapkan sistem elektronik. Riwayat donor seseorang terekam di komputer dan datanya terhubung secara nasional. Dengan demikian, orang tidak bisa mendonor berkali-kali sebelum waktunya.
“Saya jamin tidak ada petugas kami yang berani menaikkan biaya pengganti pengolahan darah, kecuali kalau masyarakat minta carikan sama calo itu di luar kontrol kami,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar