Dari Bawah Laut sampai Puncak Gunung
Berawal dari kesamaan hobi jalan-jalan dan menjelajah
keindahan wisata, komunitas Ceker Petualang pun terbentuk. Selain sebagai
tempat bertukar informasi, komunitas backpacker yang eksis sejak tahun 2010 itu
juga getol mempromosikan pariwisata Kalsel.
“Kami sekarang ganti nama jadi Banjarmasin Traveller, supaya
lebih familiar bahwa kami dari Banjarmasin,” ujar Adit (24), salah seorang
pendiri komunitas ini saat dijumpai Radar Banjarmasin akhir pekan tadi.
Setiap bulan, komunitas ini selalu punya agenda trip bareng.
Seperti bulan Maret ini, Desa Teluk Tamiang di Kabupaten Kotabaru menjadi
tujuan. Di bulan Mei, giliran Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara dijajal.
Tapi tak jarang juga anggotanya jalan-jalan sendiri sesuai tujuan wisata
favorit masing-masing.
Dua hal yang menjadi ciri khas jalan-jalan ala backpacker :
ringkas dan murah meriah. Anas (28), pendiri Banjarmasin Traveller lainnya
menuturkan, pada April 2011 tadi ia nekat backpacking seorang diri ke Raja
Ampat. Bujetnya ‘hanya’ Rp 8 juta.
“Itu perjalanan saya yang paling mahal, tapi kalau nggak
backpacking bisa sampai Rp 20 juta,” tutur marketing di sebuah perusahaan
distributor komputer itu.
Dalam backpacking, transportasi dan penginapan disiasati
sedemikian rupa untuk menekan bujet, tapi tanpa mengurangi keasyikan acara
jalan-jalan itu sendiri.
“Kalau pergi ke tempat jauh usahakan ada teman jalan,
minimal 1-2 orang. Jadi, bisa berbagi anggaran transport atau hotel,”
selorohnya.
Umumnya, para backpacker aktif di situs-situs maskapai
penerbangan untuk mendapat tiket harga promosi. Mereka juga lebih memilih bus
non-AC. Untuk penginapan, tak masalah di losmen, yang penting nyaman dan aman.
“Sebelum pergi saya juga biasanya tanya-tanya sama teman-teman
sesama traveller di beberapa situs backpacker, informasi mereka lebih lengkap
daripada Dinas Pariwisata,” sambungnya.
Dari semuanya, yang paling menyolok dari seorang backpacker
adalah bawaannya : backpack alias ransel. Tak ada backpacker yang jalan-jalan
dengan koper!
Selain kumpulan penghobi jalan-jalan, komunitas Banjarmasin
Traveller juga dibentuk untuk misi lain : mempromosikan wisata lokal dan
‘meracuni’ orang-orang agar datang ke Kalsel.
“Kita punya potensi wisata yang sangat direkomendasikan
untuk dikunjungi turis asing, terutama Pasar Terapung, pendulangan intan, dan bamboo rafting
Loksado. Semuanya adalah ikon wisata Kalsel karena tidak ada di tempat lain,”
tutur Anas bersemangat.
Promosi gencar dilakukan di dunia maya, seperti blog dan jejaring
sosial. Sesekali Anas juga menulis di majalah wisata Jalan-Jalan dan infligth
magazine Garuda Indonesia.
Umumnya, informasi dari komunitas penggila wisata lebih
dipercaya daripada Dinas Pariwisata. Selain itu, informasi yang diberikan juga
lebih lengkap. Hasilnya, setiap minggu pasti ada saja turis yang mereka temani
untuk mengeksplor keunikan wisata banua, baik domestik maupun mancanegara.
Saat ditemui Radar Banjarmasin, beberapa anggota Banjarmasin Traveller
kebetulan sedang berkumpul di sebuah tempat nongkrong di Jl Sutoyo S untuk membicarakan agenda trip bareng. Dua orang
bule tampak ikut duduk bersama mereka.
“Mereka adalah backpacker asal Slovakia yang ingin menjajal
petualangan alam banua,” terangnya.
Ditambahkan Adit, turis yang ingin melancong ke Kalsel
tinggal menghubungi mereka via website atau jejaring sosial. Khusus sesama
backpacker, mereka rela jadi pemandu wisata gratisan.
“Kita juga latar belakangnya backpacker yang suka nginap di
tempat orang kalau jalan kemana-mana, jadi kita perlakukan mereka seperti
mereka memperlakukan kita,” katanya.
1 komentar:
Mau Liburan atau Mau Jalan - jalan di Banjarmasin? Kami Menyediakan Jasa Sewa Bus Banjarmasin, info lengkap klik --> Jasa Sewa Bus Banjarmasin
Posting Komentar