Peremajaan Angkot Masih Terhalang Uang Muka Tinggi
BANJARMASIN – Rencana peremajaan armada angkutan kota
(angkot) dengan mobil Suzuki APV yang lama tak terdengar kelanjutannya,
kemungkinan batal. Regulasi baru uang muka kredit minimal 30 persen yang dibuat
pemerintah untuk mengerem tingginya pertumbuhan kredit oleh masyarakat menjadi
salah satu kendala.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
(Dishubkominfo) Kota Banjarmasin Rusdiansyah mengatakan, sudah habis bank
dimasuki. Yang jadi masalah adalah kemampuan pemilik angkot bayar uang muka dan
cicilan tiap bulan. Mereka menghendaki uang muka kecil dan angsuran lebih dari
lima tahun.
“Aturan bank tidak boleh, bahkan regulasi yang baru kredit
mobil harus DP 30 persen. Sudah usulkan ke provinsi juga, subsidi atau apa,
tidak ada tanggapan,” ujarnya.
Ratusan armada angkot di Banjarmasin berusia antara 20-27
tahun, walau ada juga sebagian yang keluaran lebih baru. Dishubkominfo mencatat
ada 232 buah armada buatan tahun 1985-1993, sisanya buatan tahun 2003-2005.
Ditambahkan Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Mahmudi, sewaktu pembicaraan awal peremajaan angkot belum ada regulasi uang
muka kredit minimal 30 persen. Kemudian pada saat sosialisasi ada beberapa bank
yang menawarkan fasilitas kredit tanpa uang muka dan keringanan hingga 20
persen.
“Tapi harga mobilnya masih tetap tinggi Rp 146 juta, uang
muka sekitar Rp 43 juta. Sementara kemampuan pemilik angkot untuk uang muka Rp 20
juta, bulanan Rp 2 juta. Opsi dari bank cicilan Rp 3,9 juta perbulan. Masih ada
selisih di situ,” paparnya.
Namun, bukan berarti peremajaan angkot batal sama sekali.
Pihaknya tengah mencoba pendekatan kepada pemilik angkot untuk melirik merek
lain yang harganya lebih miring, Daihatsu Grandmax.
“Sepertinya dealer mau beri keringanan, tapi belum. SPTI
(Serikat Pekerja Transportasi Indonesia) masih data siapa yang mau, sekitar 40
sudah terdata. Sebenarnya dulu Grandmax sudah maju, tapi sopir yang tidak mau,”
katanya.
Ketua SPTI Kota Banjarmasin Abdul Wahid membenarkan adanya
wacana perubahan jenis mobil ini. Menurutnya hal itu dibicarakan saat
sosialisasi sopir teladan beberapa waktu lalu.
“Sopir sih tidak masalah, yang penting harganya terjangkau.
Sebelumnya berat di uang muka, kalau bulanannya banyak saja yang sanggup,”
ucapnya.
Pihaknya sendiri sudah melakukan ujicoba dengan mobil Suzuki
APV yang dipinjamkan dealer selama kurang lebih 1,5 bulan. Mobil dipakai untuk
trayek Trisakti-Banjar Raya-Terminal Pal 6. Diungkapkannya, respons masyarakat
cukup baik karena kondisi kendaraan yang lebih nyaman.
“Masyarakat menunggu-nunggu kapan peremajaan itu
direalisasikan. Karena tidak kunjung ada
kesepakatan, ya mobilnya kita kembalikan,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar