A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 04 April 2013

Dulu Bebas, Sekarang Dibatasi


Disperindag : Efek Penerapan Kuota Elpiji 3 Kg Belum Kisruh

BANJARMASIN - Mulai tahun 2013, pasokan elpiji 3 kg dibatasi dengan kuota. Konon, kebijakan ini diambil karena subsidi elpiji 3 kg membengkak seiring peningkatan konsumsi masyarakat.

Asisten Manager External Relation Pertamina Fuel Retail Marketing Region VI Kalimantan Bambang Irianto mengungkapkan, sebelumnya pasokan elpiji 3 kg tidak dibatasi. Tapi setelah masyarakat mulai terbiasa menggunakan elpiji, pemerintah menilai kuota perlu diterapkan mengingat elpiji 3 kg merupakan barang yang disubsidi pemerintah.

"Kuota LPG 3 kg Kalsel tahun 2013 sebesar 15.878 MT. Seperti BBM, kuota salah satunya didasarkan pada kemampuan keuangan negara (APBN)," ujarnya, Selasa (2/4).

Selama bulan Januari-Maret atau triwulan I, realisasi penyaluran elpiji 3 kg di Kalsel 5.244 MT. Padahal, kuotanya 4.287 MT. Artinya, kuota triwulan I jebol hingga 22 persen.

Penerapan kuota dalam pasokan elpiji 3 kg sendiri berdampak pada pengurangan jatah agen. Seperti dialami salah satu agen elpiji 3 kg di Banjarmasin, PT Fajar Prima Utama, jatah 4-5 truk perhari dipotong menjadi tiga truk saja.

"Itu mulai Februari," kata Manajer PT Fajar Prima Utama Nurdi Januari.

Pembatasan pembelian juga terpaksa diberlakukan oleh agen kepada pangkalan. Misalnya, biasa 400 tabung sebulan, dipotong 100 tabung. Namun, dari sisi harga jual ia mengatakan tidak ada kenaikan hingga melebihi HET (harga eceran tertinggi). HET dari agen ke pangkalan ditetapkan maksimal Rp 14 ribu pertabung.

"Kami jual Rp 13.800. Kalau diantar, tambah ongkos angkut Rp 200 pertabung," bebernya.

Ia menilai, kuota yang ditetapkan pemerintah sudah memadai. Dengan catatan, tidak ada pihak yang 'bermain', misalnya menjual elpiji 3 kg ke daerah yang belum melaksanakan konversi.

"Kuota itu cukup saja. Asal tidak ada yang bermain," ucapnya.

Pembatasan jatah elpiji 3 kg juga dibenarkan Rifani, perwakilan PT Cahaya Sari Alam. Dari informasi yang didengarnya, ini gara-gara subsidi membengkak melebihi minyak tanah.

"Di SPBE sekarang dibatasi. Dulu tidak dibatasi mau ambil berapa truk sehari. Tapi jatah kami tetap seperti normal dulu, sehari dua truk. Satu truk isi 560 tabung, jadi total 1.120 tabung. Mau langka atau tidak, memang biasanya kami mengambil dua truk perhari," sambungnya.

Pihaknya juga membatasi pembelian oleh pangkalan. Kalau biasa mengambil 200 tabung perminggu, setelah ada pembatasan tidak bisa menambah. Rata-rata pangkalan memang ingin mengambil lebih dari saat pasokan masih normal, tapi tidak bisa dipenuhi karena barang terbatas.  

“Yang pasti dari agen tidak ada kenaikan harga. Sejauh ini paling tinggi Rp 13.500, kalau ‘dingin’ (normal) Rp 13 ribu,” klaimnya. 

Sementara itu, gejolak harga terjadi ditingkat pangkalan dan eceran. Di pangkalan, harga jual elpiji 3 kg bervariasi. Ada yang masih di bawah HET Rp 15.500, tapi ada juga yang sudah melebihi. Di Kelurahan Pemurus Dalam misalnya, ada pangkalan yang membanderol hingga Rp 17 ribu.

“Kami beli harganya sudah naik Rp 15 ribu. Kemudian, kami menunggu kiriman sampai 10 hari, perputaran modal jadi lama,” alasan pemilik pangkalan.

Sedangkan Romansyah, pedagang eceran di kawasan Jl Sutoyo S RT 17, sudah dua pekan ini menjual elpiji 3 kg dengan harga Rp 18 ribu.

“Sebelumnya harga dari pangkalan Rp 13.500, kami jual Rp 15 ribu. Sekarang di pangkalan mentok Rp 17 ribu,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banjarmasin Markusin Noor mengatakan bahwa pihaknya memonitor gejolak harga elpiji 3 kg. Tapi sejauh ini efek pembatasan pasokan dinilai belum signifikan. 

“Minggu lalu rata-rata harga masih Rp 16 ribu. Minggu ini belum, isunya sudah ada Rp 18 ribu. Tapi efeknya sepertinya belum begitu kisruh. Barang ada, namun pas-pasan,” tandasnya. 

Tidak ada komentar: