“Masa untuk pejuang lebih kecil dari BLT?”
Upaca pengibaran bendera dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-65 di halaman Balaikota tinggal setengah jam lagi. Sementara kursi-kursi yang diperuntukkan bagi para pejabat dan anggota DPRD masih sepi, para mantan pejuang alias veteran perang sudah duduk rapi.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Bagi kita yang hidup setelah Indonesia merdeka, barangkali sulit membayangkan seperti apa perjuangan para pahlawan tempo dulu untuk membebaskan tanah air ini dari cengkeraman tangan penjajah.
Tak heran, kala momen puncak perjuangan itu, yakni proklmasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 diperingati setiap tahun, tak banyak yang mampu meresapi maknanya sedalam yang dirasakan orang-orang yang pernah terlibat langsung dalam aksi heroik tersebut.
Hal itu juga barangkali yang membakar semangat para veteran ini untuk mengikuti peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-65 di halaman Balaikota, pagi hari ini (17/8). Meski sudah tua renta, dalam suasana bulan puasa pula, spirit juang mereka tak pernah luntur walau mereka bersusah payah datang hanya sekadar untuk menundukkan kepala dan mengheningkan cipta bagi para pahlawan yang telah gugur maupun mengangkat tangan dan memberi hormat pada sang merah putih yang berkibar.
“Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT karena bagaimanapun juga kita sudah memperingati 65 tahun kemerdekaan RI dan kami masih diberikan panjang umur dan sehat badan. Walau usia kami sudah 80-an, tapi para veteran yang ada di Banjarmasin semangatnya masih sangat-sangat tinggi,” ucap Ketua DPC Legiun Veteran Kota Banjarmasin, Sukarno yang meluangkan waktu untuk berbincang-bincang usai mengikuti upacara.
Meski demikian, tak dapat dipungkiri ada sedikit kekecewaan terselip di hati kecilnya ketika disinggung mengenai perhatian pemerintah daerah terhadap nasib para veteran yang sudah berjasa sangat besar itu.
“Kalau masalah kesejahteraan atau bantuan dari pemerintah kota, mohon maaf saja karena veteran itu hanya dikenang tiga kali dalam setahun, yaitu 17 Agustus, 10 November, dan 17 Mei saat peringatan Hari ALRI,” ujarnya.
Bantuan yang mereka terima itu nilainya tidaklah seberapa, yakni hanya Rp 250 ribu per bulan yang direalisasikan sejak tahun 2008. Itupun sering tersendat-sendat dan dari sekitar 255 veteran yang terdata di Banjarmasin, baru setengahnya saja yang sudah menerima.
“Masyarakat miskin saja dapat BLT Rp 300 ribu, masa veteran sangat kecil? Mudah-mudahan walikota yang baru bisa memperhatikan itu. Asal tahu saja, para veteran ini rumahnya mewah alias mepet sawah karena tergusur. Ada yang di Basirih, Anjir, dan lain-lain. Untuk mengumpulkan mereka tidak semudah yang dibayangkan,” tuturnya.
Selain soal kesejahteraan, pihaknya juga berharap pemda dapat mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki gedung juang sebagaimana yang dimiliki para veteran di daerah lain.
“Belum pernah ada pejabat yang berkunjung ke kantor kami di kawasan Cempaka. Bayangkan, untuk umur-umur seperti kami ini harus naik ke lantai tiga, harus bersandar dulu baru bisa bernapas. Kami sudah beberapa kali mengusulkan agar ada gedung juang di tempat yang layak. Setiap kabupaten kota sudah punya gedung itu,” katanya penuh harap.
Upaca pengibaran bendera dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-65 di halaman Balaikota tinggal setengah jam lagi. Sementara kursi-kursi yang diperuntukkan bagi para pejabat dan anggota DPRD masih sepi, para mantan pejuang alias veteran perang sudah duduk rapi.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Bagi kita yang hidup setelah Indonesia merdeka, barangkali sulit membayangkan seperti apa perjuangan para pahlawan tempo dulu untuk membebaskan tanah air ini dari cengkeraman tangan penjajah.
Tak heran, kala momen puncak perjuangan itu, yakni proklmasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 diperingati setiap tahun, tak banyak yang mampu meresapi maknanya sedalam yang dirasakan orang-orang yang pernah terlibat langsung dalam aksi heroik tersebut.
Hal itu juga barangkali yang membakar semangat para veteran ini untuk mengikuti peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-65 di halaman Balaikota, pagi hari ini (17/8). Meski sudah tua renta, dalam suasana bulan puasa pula, spirit juang mereka tak pernah luntur walau mereka bersusah payah datang hanya sekadar untuk menundukkan kepala dan mengheningkan cipta bagi para pahlawan yang telah gugur maupun mengangkat tangan dan memberi hormat pada sang merah putih yang berkibar.
“Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT karena bagaimanapun juga kita sudah memperingati 65 tahun kemerdekaan RI dan kami masih diberikan panjang umur dan sehat badan. Walau usia kami sudah 80-an, tapi para veteran yang ada di Banjarmasin semangatnya masih sangat-sangat tinggi,” ucap Ketua DPC Legiun Veteran Kota Banjarmasin, Sukarno yang meluangkan waktu untuk berbincang-bincang usai mengikuti upacara.
Meski demikian, tak dapat dipungkiri ada sedikit kekecewaan terselip di hati kecilnya ketika disinggung mengenai perhatian pemerintah daerah terhadap nasib para veteran yang sudah berjasa sangat besar itu.
“Kalau masalah kesejahteraan atau bantuan dari pemerintah kota, mohon maaf saja karena veteran itu hanya dikenang tiga kali dalam setahun, yaitu 17 Agustus, 10 November, dan 17 Mei saat peringatan Hari ALRI,” ujarnya.
Bantuan yang mereka terima itu nilainya tidaklah seberapa, yakni hanya Rp 250 ribu per bulan yang direalisasikan sejak tahun 2008. Itupun sering tersendat-sendat dan dari sekitar 255 veteran yang terdata di Banjarmasin, baru setengahnya saja yang sudah menerima.
“Masyarakat miskin saja dapat BLT Rp 300 ribu, masa veteran sangat kecil? Mudah-mudahan walikota yang baru bisa memperhatikan itu. Asal tahu saja, para veteran ini rumahnya mewah alias mepet sawah karena tergusur. Ada yang di Basirih, Anjir, dan lain-lain. Untuk mengumpulkan mereka tidak semudah yang dibayangkan,” tuturnya.
Selain soal kesejahteraan, pihaknya juga berharap pemda dapat mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki gedung juang sebagaimana yang dimiliki para veteran di daerah lain.
“Belum pernah ada pejabat yang berkunjung ke kantor kami di kawasan Cempaka. Bayangkan, untuk umur-umur seperti kami ini harus naik ke lantai tiga, harus bersandar dulu baru bisa bernapas. Kami sudah beberapa kali mengusulkan agar ada gedung juang di tempat yang layak. Setiap kabupaten kota sudah punya gedung itu,” katanya penuh harap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar