Satu Orang Datangi 100 Rumah
Sejumlah ibu-ibu berbaju sasirangan yang awalnya duduk rapi di antara undangan lainnya yang menghadiri acara Gebrak DBD di halaman Kantor Kecamatan Banjarmasin Barat (23/11), sontak berebut maju ketika Walikota Banjarmasin H Muhidin berjalan mendekat ke arah mereka. Bak bertemu artis idola, para ibu-ibu ini ‘menyerbu’ walikota yang terkenal suka membanyol itu untuk bersalaman dan berfoto bersama.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Ibu-ibu ini adalah para kader juru pemantau jentik alias jumantik. Sesuai namanya, mereka bertugas untuk memantau keberadaan jentik-jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di rumah-rumah penduduk guna menekan wabah DBD yang dalam beberapa tahun terakhir trennya cenderung meningkat.
Di Banjarmasin, terdapat sedikitnya 150 orang jumantik atau tiga orang di masing-masing kelurahan. Mestinya, mereka bekerja seminggu sekali. Namun, karena keterbatasan dana, maka setiap tiga bulan sekali mereka baru datang dari pintu ke pintu untuk memastikan lingkungan yang didatangi bebas dari jentik.
“Kami datang ke rumah-rumah dan menanyai si pemilik rumah, misalnya berapa kali air dalam bak mandi diganti dan berapa lama selang waktunya. Kami juga mengecek langsung tempat-tempat penampungan air yang ada seperti bak mandi dan drum. Jika ditemukan jentik, kami akan memberikan abate dan mengambil sampel air untuk dibawa ke puskesmas ,” tutur Rohana, kader jumantik dari Puskesmas 9 November yang bersama dua orang rekannya yang lain ‘beroperasi’ di wilayah Kelurahan Banua Anyar.
Diungkapkannya, sebelum ditugaskan oleh puskesmas, para kader jumantik ini terlebih dulu dilatih, misalnya bagaimana cara mendata, mengambil sampel, dan mengenali jentik.
Tugas jumantik bisa dibilang cukup berat. Bayangkan, satu orang jumantik ditarget menangani 100 buah rumah setiap kali kegiatan pemantauan berjalan. Menurut Rohana, rata-rata dibutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan misi itu.
“Untung saja masyarakat menerima kedatangan kami dengan baik. Kebanyakan mereka sudah mengerti,” imbuhnya.
Sedangkan honor yang diterimanya ‘hanya’ Rp 30 ribu perbulan. Tak heran, hatinya seketika berbunga-bunga ketika dalam sambutannya kemarin, Walikota Banjarmasin H Muhidin berjanji untuk memperhatikan kesejahteraan para kader jumantik. Bahkan, walikota juga mengusulkan agar kader jumantik memiliki seragam khusus.
“Kami jadi tambah semangat menjalankan tugas. Tapi kalaupun tidak jadi, kami tetap harus bertanggung jawab karena sudah ditunjuk,” tukasnya.
Sejumlah ibu-ibu berbaju sasirangan yang awalnya duduk rapi di antara undangan lainnya yang menghadiri acara Gebrak DBD di halaman Kantor Kecamatan Banjarmasin Barat (23/11), sontak berebut maju ketika Walikota Banjarmasin H Muhidin berjalan mendekat ke arah mereka. Bak bertemu artis idola, para ibu-ibu ini ‘menyerbu’ walikota yang terkenal suka membanyol itu untuk bersalaman dan berfoto bersama.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Ibu-ibu ini adalah para kader juru pemantau jentik alias jumantik. Sesuai namanya, mereka bertugas untuk memantau keberadaan jentik-jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di rumah-rumah penduduk guna menekan wabah DBD yang dalam beberapa tahun terakhir trennya cenderung meningkat.
Di Banjarmasin, terdapat sedikitnya 150 orang jumantik atau tiga orang di masing-masing kelurahan. Mestinya, mereka bekerja seminggu sekali. Namun, karena keterbatasan dana, maka setiap tiga bulan sekali mereka baru datang dari pintu ke pintu untuk memastikan lingkungan yang didatangi bebas dari jentik.
“Kami datang ke rumah-rumah dan menanyai si pemilik rumah, misalnya berapa kali air dalam bak mandi diganti dan berapa lama selang waktunya. Kami juga mengecek langsung tempat-tempat penampungan air yang ada seperti bak mandi dan drum. Jika ditemukan jentik, kami akan memberikan abate dan mengambil sampel air untuk dibawa ke puskesmas ,” tutur Rohana, kader jumantik dari Puskesmas 9 November yang bersama dua orang rekannya yang lain ‘beroperasi’ di wilayah Kelurahan Banua Anyar.
Diungkapkannya, sebelum ditugaskan oleh puskesmas, para kader jumantik ini terlebih dulu dilatih, misalnya bagaimana cara mendata, mengambil sampel, dan mengenali jentik.
Tugas jumantik bisa dibilang cukup berat. Bayangkan, satu orang jumantik ditarget menangani 100 buah rumah setiap kali kegiatan pemantauan berjalan. Menurut Rohana, rata-rata dibutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan misi itu.
“Untung saja masyarakat menerima kedatangan kami dengan baik. Kebanyakan mereka sudah mengerti,” imbuhnya.
Sedangkan honor yang diterimanya ‘hanya’ Rp 30 ribu perbulan. Tak heran, hatinya seketika berbunga-bunga ketika dalam sambutannya kemarin, Walikota Banjarmasin H Muhidin berjanji untuk memperhatikan kesejahteraan para kader jumantik. Bahkan, walikota juga mengusulkan agar kader jumantik memiliki seragam khusus.
“Kami jadi tambah semangat menjalankan tugas. Tapi kalaupun tidak jadi, kami tetap harus bertanggung jawab karena sudah ditunjuk,” tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar