A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 25 Maret 2011

Mengenal Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri

Gontor di Kalimantan Selatan. Demikian julukan yang kerap disematkan pada Pondok Pesantren Darul Hijrah. Mengapa demikian?

PP Darul Hijrah Puteri Martapura merupakan salah satu pondok pesantren di Kalimantan Selatan yang turut mewarnai dunia pendidikan Indonesia sejak tahun 1995. Di bawah naungan Yayasan Pendidikan Darul Hijrah Puteri, pondok pesantren ini mempunyai dua buah lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Menengah Pertama Darul Hijrah Puteri (SMP Darul Hijrah Puteri) dan Sekolah Menengah Atas Darul Hijrah Puteri (SMA Darul Hijrah Puteri).

Sebagai pondok pesantren modern, mata pelajaran yang ditawarkan pun meliputi mata pelajaran umum dan mata pelajaran pondok. Untuk menunjang proses belajar mengajar, di PP Darul Hijrah Puteri juga telah disediakan beberapa fasilitas, salah satunya adalah laboratorium multimedia yang telah terpasang jaringan internet.

Latar belakang berdirinya PP Darul Hijrah Putri sendiri berawal dari keinginan alumni Pondok Pesantren Modern Gontor untuk meniru almamaternya dan mendirikan pondok pesantren ala Gontor di Kalsel. Selain itu, Gontor sendiri juga memiliki obsesi untuk menciptakan seribu Gontor di seluruh penjuru Indonesia.

Keinginan Gontor tersebut tumbul utamanya karena niat yang dilandasi perjuangan Islam. Di samping itu, kondisi lain yang juga memperkuat keinginan tersebut ialah banyaknya calon santri dari seluruh Iindonesia yang ingin masuk ke Gontor, namun terpaksa ditolak karena ketidakmampuan Gontor untuk menampungnya.

Pada tahun 1956, sejak kembalinya dari Gontor, KH Gazali Mukhtar sudah bercita-cita mendirikan pondok ala Gontor. Beliau kemudian membangun madrasah di kampung beliau sendiri, Rukam Amuntai. Namun, madrasah yang beliau dirikan tidak dapat dikembangkan menjadi pondok pesantren, karena kondisi saat itu memang belum memungkinkan.

Pasalnya, mendirikan pondok sendirian tentu terlalu berat. Pada perjalanannya, sekitar tahun 1971, beliau mulai mengirim kader ke Gontor. Beliau sendiri yang mengantar langsung ke Gontor. Dalam angkatan pertama tersebut, terdapat satu anak beliau dan lima orang keponakan. Pengiriman itu terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

Sebelum tahun 1980, beliau pernah membuat panitia persiapan pendirian pondok. Pernah pula mencari tanah untuk pondok, diantaranya di Sungkai dan Pelaihari. Namun, cita-cita ini baru terwujud setelah berdirinya PP Darul Hijrah seiring dengan terbentuknya Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Kalsel.

Di lain pihak, KH Zarkasyi Hasbi Lc yang juga merupakan alumni Gontor, sejak masih mondok di Gontor, sudah diarahkan oleh pimpinan Gontor untuk mendirikan pondok di Kalsel. Pada bulan April 1978, beliau menandatangani perjanjian untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di Kalsel.

Sebelumnya, terlebih dahulu dibentuk Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Kalsel dan pelantikan pengurus pada tahun 1983.

Pimpinan Gontor waktu itu, KH Imam Zarkasyi mendapat menantu orang Banjarmasin. Kedatangan sejumlah alumni Gontor asal banua seperti KH Saiman Luqmanul Hakim, KH Abdullah Syukri Zarkasyi,

KH Hasan Sahal, dan Ustadz Imam Subakir Ahmad ke Banjarmasin untuk menghadiri acara

perkawinan yang dihelat di Banjarmasin, dimanfaatkan untuk membentuk IKPM Kalsel. Setelah dibentuk, pengurus yang terpilih antara lain HM Yamin Mukhtar sebagai ketua, H Syahrudi Ramli sebagai wakil ketua, dan M Nasrul Mahmudi sebagai sekretaris.

Dalam pidatonya, KH Saiman Luqmanul Hakim sebagai utusan dari pimpinan Gontor menekankan pentingnya pendirian pondok ala Gontor di Kalsel.

Dari perjalanan rombongan yang dikawal oleh M Nasrul Mahmudi dan A Syaukani Arsyad ke Hulu Sungai sampai Amuntai, tercetuslah pemikiran Ustadz Imam Subakir dan KH Saiman

Luqmanul Hakim bahwa tanah yang cocok untuk pondok itu berlokasi di Banjarbaru.

Sekitar satu tahun kemudian, KH Abdullah Syukri Zarkasyi dan Ustadz

Imam Subakir datang lagi ke Banjarmasin dalam rangka pelantikan IKPM cabang

Balikpapan dan IKPM cabang Kandangan. Keduanya kembali menganjurkan kepada IKPM Kalsel agar mengusahakan pendirian pondok di Kalsel.

Sebelumnya, IKPM sudah pernah mengusahakan pendirian pondok di kawasan Banua Anyar Banjarmasin dan Bintok Pelaihari, tapi tidak membawa hasil.

Dari dua latar belakang dan tiga usaha embrio mendirikan pondok tersebut, semuanya tidak terlepas dari Gontor. Sehingga pada saat membuat akte notaris pendirian pondok, dikehendaki agar pimpinan PP Darul Hijrah haruslah alumni Gontor atau alumni PP Darul Hijrah sendiri.

Diatas tanah wakaf dari H Ady Syahrani seluas 15 hektar yang akte wakafnya ditanda tangani pada tanggal 14 Maret 1986, akhirnya berdirilah PP Darul Hijrah. Karena luasnya hanya sekitar 11 hektar, maka penambahan wakaf tanah seluas empat hektar sisanya dipenuhi di daerah Batung yang sekarang menjadi PP Darul Hijrah Puteri.

Secara umum, pendidikan dan pengajaran di PP Darul Hijrah dimulai pada bulan Agustus 1986. Karena terlambat dari tahun ajaran yang semestinya, yaitu bulan Juli, sehingga santri pertamanya hanya empat orang. Sedangkan PP Darul Hijrah Putri sendiri baru beroperasi pada tahun pelajaran 1997/1998.


Setelah Enam Bulan, Wajib Pakai Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

Saat ini, sedikitnya ada 600 orang santriwati aktif yang mondok di PP Darul Hijrah Putri, mulai dari tingkat SMP sampai SMA. Mereka berasal dari seluruh wilayah Kalimantan.

Sementara beragam pembenahan terus dilakukan oleh pengelola pondok. Seperti saat ini, pondok tengah menyelesaikan pembangunan gedung asrama baru yang diberi nama gedung Syaidatul Fatimah.

“Ini gedung asrama yang baru. Masih ada satu sisi yang belum diselesaikan. Sehingga nanti bisa menampung santri yang lebih banyak lagi,” ujar Direktur PP Darul Hijrah Putri, Syahrudin Ramli melalui Bagian Pengasuhan Santriwati, M Hanafi.

Pembenahan sendiri dilakukan bertahap. Di lingkungan pondok sendiri, masih terdapat lahan yang cukup luas yang belum dibangun. Diungkapkannya, pihak pondok memiliki pemikiran ke depannya untuk membuat semacam short course bahasa.

“Itu masih kemungkinan, tentu ada tahapan dan harapan dari pihak pondok, baik jangka menengah maupun jangka panjang,” tambahnya.

Selain fisik, fokus pembenahan ke depan juga termasuk pelayanan kepada santri, seperti masalah konsultasi dan pelayanan kesehatan

“Kita minta doa juga kepada masyarakat supaya bisa tetap eksis,” harapnya.

Adapun yang menjadi ciri khas PP Darul Hijrah Putri selama ini menurutnya adalah aktivitas yang variatif, penguasaan bahasa asing seperti ciri alumni Gontor pada umumnya, serta kedisiplinan dan kemandirian.

“Bicara daya saing, sebetulnya sama saja dengan sekolah umum. Tapi dengan konsep pondok dimana santri harus tinggal di dalam, itu memberi nilai lebih. Para santri secara otomatis mendapat pengalaman langsung, khususnya terkait leadership dan kemandirian. Selain itu, plusnya tentu memberi rasa aman bagi orang tua,” tuturnya.

Terkait penguasaan bahasa, hal ini nampaknya memang menjadi perhatian serius pihak pondok. Sehingga pondok memberlakukan kebijakan khusus, dimana untuk santri baru, selama enam bulan pertama masih diizinkan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Namun setelah semester kedua, perlahan-lahan mereka diwajibkan untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari.

“Memang itu upaya pembiasaan. Tapi untuk pengantar di kelas, secara umum memang masih bahasa Indonesia,” katanya.

Selain itu, setiap tahun PP Darul Hijrah Putri juga mendatangkan native speaker. Terakhir, native speaker yang didatangkan berasal dari Cina.

“Tapi belum selesai sudah pulang lagi. Mungkin tidak betah dengan kondisi di sini yang sepi seperti hutan, dan dia terbiasa dengan suasana ramai,” tuturnya.


Utamakan Penyaluran Bakat Santri

Bicara prestasi, PP Darul Hijrah memang seakan tak pernah sepi dari pemberitaan. Seperti di ajang Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas) tingkat Provinsi Kalsel tahun 2010 tadi, dimana PP Darul Hijrah berhasil memborong piala di sejumlah kategori.

Begitu pula dengan PP Darul Hijrah Putri, yang pernah berjaya di ajang pramuka nasional di Cibubur dengan meraih kemenangan dan segepok uang yang kemudian digunakan untuk membangun kegiatan Marching Band.

Prestasi yang berbasis pada bakat dan minat santri nampaknya memang menjadi program yang paling diutamakan di Darul Hijrah. Hal ini diakui sendiri oleh Direktur PP Darul Hijrah Putri, Syahrudin Ramli melalui Bagian Pengasuhan Santriwati, M Hanafi.

“Yang terpenting memang memberi kesempatan bagi santri untuk mengeksplorasi kemampuannya sesuai bidangnya, misalnya lewat lomba-lomba. Dengan keanekaragaman yang ada, kita aktif dalam lomba-lomba. Dan pada bulan Mei mendatang, insya Allah dua santriwati kami akan ikut tim kesenian LAKKB tampil di Eropa,” ujarnya.

Pondok sendiri telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana bagi santriwati untuk menyalurkan bakatnya melalui sejumlah kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler ini dilangsungkan pada siang hari seusai kegiatan belajar mengajar berakhir.

“Jenis kegiatannya tergantung hari. Ada hari untuk latihan silat dan karate. Selain itu, ada juga paskibra, PMR, pramuka, forum kajian Islam, dan sebagainya,” tuturnya.


Dua Santri PP Darul Hijrah Putri Bakal Ikut Tur LAKKB ke Eropa

Unggul di Bahasa, Kalahkan Mahasiswa

Bulan Mei 2011 mendatang, Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) bakal bertolak ke Benua Eropa untuk memenuhi undangan mementaskan kebudayaan Banjar. Di antara rombongan yang berjumlah 40 orang itu, terselip dua remaja yang saat ini masih nyantri di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri. Bagaimana ceritanya?

NAZAT FITRIAH, Martapura

Dengan mata berbinar-binar, Endah Resa Pratami dan Nella Safitriyani, siswi kelas tiga SMA Darul Hijrah Putri, mengurai kisah hingga mereka berhasil lolos seleksi yang digelar oleh LAKKB beberapa waktu lalu dan berkesempatan untuk menjejakkan kaki di Benua Eropa.

“LAKKB mendapat undangan untuk mengenalkan kebudayaan Banjar di Eropa, khususnya tari dan lagu tradisional Banjar. Jadi, dari pihak mereka mengadakan seleksi yang diikuti perwakilan seluruh Kalsel dari beberapa perguruan tinggi, tapi yang dari SMA kebetulan cuma kami dan ada satu lagi teman kami. Dan yang akhirnya terpilih untuk melengkapi anggota sanggar yang sudah dibentuk LAKKB cuma kami berdua,” tutur Endah Resa Pratimi atau yang akrab disapa Resa.

Seleksi sendiri, ujarnya, umum saja. Semua peserta berkumpul dengan anggota sanggar bentukan LAKKB, dan harus menirukan tarian yang dilakukan oleh seorang pelatih tari dari Taman Budaya sambil diiringi musik panting.

“Kemampuan bahasa juga dilihat, mungkin kami plusnya di situ,” ucapnya.

Tadinya, keberangkatan rombongan dijadwalkan pada tanggal 28 Maret. Namun, agenda kemudian diundur ke bulan Mei. Sedikitnya, ada lima negara yang bakal dikunjungi dalam lawatan pertama LAKKB ke Eropa ini, yakni Belanda, Swiss, Belgia, Jerman, dan Inggris.

“Pada tanggal 28 Maret itu, kata Bupati hanya untuk ke Belanda. Maunya langsung ke lima negara. Makanya, diundur nanti bulan Mei. Kebetulan pas kami juga sudah selesai UN. Jadi, hitung-hitung langsung liburan,” katanya.

Nella menambahkan, Martapura sendiri dipilih karena LAKKB memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Belanda. Dari rombongan yang berjumlah 40 orang, khusus untuk penyanyi, penari, dan pemain musik ada 16 orang.

“Kami ditugaskan untuk menyanyi sekaligus menari. Kalau yang lain spesial menari dan bermain musik saja. Tapi nanti Nella akan lebih fokus menari dan Resa fokus nyanyi. Cuma kami harus bisa keduanya agar saling melengkapi, sekaligus antisipasi kalau ada kendala pada salah satu di antara kami, maka yang lain harus bisa menggantikan,” terangnya.

Sudah lebih dari sebulan belakangan, kedua remaja ini harus membagi waktu dan konsentrasi antara persiapan mengikuti Ujian Nasional (UN) dan mengikuti latihan bersama sanggar LAKKB. Latihan biasanya diadakan tiga sampai empat kali dalam seminggu. Terkadang, latihan bisa berlangsung sampai tengah malam.

“Sebenarnya tidak terlalu memforsir sih latihannya. Jadi, kami lembur itu karena masih dalam tahap penggarapan tarian baru. Nanti ada lima tarian dan 20 lagu banjar yang akan dibawakan. Alhamdulilah sudah menguasai,” kata Resa.

Yang menarik, baik Ressa maupun Nella sebelumnya tidak terlalu mendalami kesenian Banjar, baik itu nyanyian maupun tarian. Bahkan, keduanya bukan orang Banjar. Ressa berasal dari Kalteng, sedangkan Nella asli Kaltim.

Keduanya mengaku melakoni kesenian hanya sekadar hobi saja dan kebetulan di lingkungan pondok ada wadah untuk menyalurkan kegemaran mereka berkesenian tersebut. Meski demikian, hobi yang digeluti itu selama ini ternyata juga pernah membuahkan prestasi.

“Tidak sampai nasional sih, masih lokal saja. Terakhir kami juara lomba lagu Banjar se-Kalsel tahun 2010 yang diadakan di Lapangan Murjani. Nah, dari situ kami bisa menguasai lagu Banjar,” tutur Nella.

Dari bocoran yang diterima keduanya dari LAKKB, setelah lawatan pertama LAKKB ke Eropa nanti, ke depannya mereka juga akan dilibatkan kembali dalam program-program LAKKB ke depannya.

“Tidak berhenti sampai di sini saja, tapi masih akan berlanjut. Kami dapat bocoran, setelah ini katanya dapat undangan lagi ke Kanada dan Asia,” tandasnya.

11 komentar:

Anonim mengatakan...

semangat

admin mengatakan...

terimakasih atas kunjungannya ^^

pulausewangi mengatakan...

info yang bagus sebagai referensi siapa tau bisa kirim anak ke pondok...
trims....

admin mengatakan...

terimakasih kunjungannya.

semoga blog ini bermanfaat ^^

LOG mengatakan...

mau tanya
apa di pesantren ini hanya menerima santri yg akan berskolah SMP atau SMA

admin mengatakan...

iya. pp darul hijrah adalah pesantren modern yg mengadopsi sistem pendidikan formal, tingkatannya yg ada smp dan sma.

terimakasih kunjungannya :D

nirmala syamilah mengatakan...

terskan ghiroh jihadnya moga melahirkan generasi-generasi qur'ani...
ana titipkan ade ana, nur 'aini mafika sari..dri long ikis...cetaklah ia menjadi pribadi seindah mungkin...

admin mengatakan...

terimakasih kunjungannya :)

Khairunnisa mengatakan...

Kenangan di pondok ini takkan terlupakan

admin mengatakan...

Terimakasih kunjungannya.

Semoga bermanfaat :)

Unknown mengatakan...

Mbak,Kalau yang lulusan MA, misalnya mau masuk ponpes darul hijrah , kira-kira entar apa langsung membaca kitab kuning