BANJARMASIN – Pada bulan Maret 2011, tercatat ada 14 kota dari 66 kota di Indonesia mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu, yakni 0,67 persen, dan terendah terjadi di Banjarmasin, yakni 0,01 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi sebanyak 52 kota, dimana deflasi tertinggi terjadi di Padang, yakni 2,59 persen, dan deflasi terendah terjadi di Jakarta, yakni 0,01 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan, Bambang Pramono dalam jumpa pers beberapa waktu lalu mengungkapkan, inflasi yang terjadi di Banjarmasin secara umum disebabkan karena adanya kenaikan harga sejumlah komoditas.
“Ini ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,13 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,68 persen, kelompok sandang sebesar 0,42 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,70 persen, serta kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga sebesar 0,05 persen,” paparnya.
Sedangkan indeks kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan 0,78 persen dan kelompok transport komunikasi dan jasa keuangan 0,01 persen .
“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Maret 2011 antara lain bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, rokok kretek filter, dan lain-lain. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga seperti beras, daging ayam ras, bayam, ikan gabus, cabe rawit, ikan cabe merah dan lain-lain,” tuturnya.
Pada bulan Maret 2011, kelompok komoditi yang memberikan andil deflasi/inflasi adalah kelompok bahan makanan -0,2121 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau 0,0290 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,1370 persen, kelompok sandang 0,0301 persen, kelompok kesehatan 0,0249 persen, kelompok pendidikan, olahraga dan rekreasi 0,0022 persen, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan -0,0011 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar