A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 27 Mei 2011

Melirik Bisnis Pembuatan Tahu

Modal Rp 24 Ribu, Kini Omset Rp 180 Juta

Dari modal awal sebesar Rp 24 ribu hasil menjual kalung istrinya untuk membeli berbagai peralatan, kini omset bisnis pabrik tahu H Abdul Manaf (50) mencapai Rp 180 juta perbulan. Bagaimana kisahnya?

NAZAT FITRIAH, Banjarbaru

Lelaki asal Tulung Agung Jawa Timur ini merantau bersama istrinya ke Kalimantan Selatan pada tahun 1986, tepatnya ke Martapura untuk memperbaiki nasib. Usaha pembuatan tahu sendiri dipilih karena pada saat itu usaha sejenis tergolong masih langka.

“Saat itu pabrik tahu belum banyak, buka tujuh bulan bangkrut. Tidak tahu kenapa. Tapi kita ada semangat bekerja dan berusaha jujur, saya sewa tempat dan jual kalung istri dapat Rp 24 ribu untuk beli alat,” ujarnya.

Setahun kemudian, ia berhasil membeli sepetak tanah di Jl Angkasa Gang Manggis Kecamatan Landasan Ulin Banjarbaru dan usahanya pun berpindah ke sana. Di tempat itu, ia membangun sebuah rumah kecil yang digunakan untuk tidur sekaligus berproduksi.

“Satu tahun pertama itu kondisinya sangat memprihatinkan. Sakitnya benar-benar seperti perjuangan 1945,” ucapnya.

Namun, setelah tahun 1990-an kerja keras ayah empat anak tersebut akhirnya berbuah manis. Ia bisa membangun rumah yang lebih layak, menunaikan ibadah haji serta memberangkatkan haji orang tuanya, hingga membuka usaha jual beli sapi.

Saat ini, omset bisnis pabrik tahu H Abdul Manaf mencapai sekitar Rp 180 juta perbulan. Dibantu delapan orang karyawan, beberapa jenis tahu diproduksi setiap hari di pabrik yang berada di belakang rumahnya, seperti tahu mentah, tahu isi, tahu goreng, dan tahu bacem. Tahu mentah dijual Rp 800 perbuah, sedangkan yang sudah matang dijual Rp 1 ribu perbuah.

Seiring persaingan yang semakin ketat dengan semakin banyaknya usaha pembuatan tahu yang belakangan bermunculan, diakuinya bahwa sejak tiga tahun terakhir kapasitas produksi memang mengalami penurunan. Saat ini, kapasitas produksi pabrik tahu miliknya mencapai 3-4 kuintal perhari, dan sekitar enam kuintal pada hari Minggu.

“Dulu kalau hari Minggu bisa sampai 9 kuintal,” tambahnya.

Sebelumnya, pemasaran dilakukan dengan men-drop tahu ke pasar-pasar tradisional. Namun, pada perjalanannya ia mengalami kesulitan untuk menarik uang dari para pedagang. Akhirnya, pada tahun 2000 ia memutuskan membuka toko Aneka Tahu Lestari di tepi Jl Landasan Ulin Kilometer 21 untuk menjual tahunya sendiri.

Tidak ada komentar: