BANJARMASIN – Penyerapan pupuk urea bersubsidi di Kalimantan Selatan pertanggal 23 Mei 2011 telah mencapai 24.477 ton atau 47 persen dari kuota pemerintah sebesar 52 ribu ton pertahun.
“Sepanjang tahun 2008-2010 penyerapan naik turun, tidak tahu apakah karena faktor perubahan iklim atau karena sejak tahun 2009 penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau RDKK,” ujar Kepala Penjualan Kantor Pemasaran Kaltengsel PT Pupuk Kaltim, Harry Eko Wahono, kemarin.
Pada tahun 2008, penyerapan pupuk urea di Kalsel sebesar 47 ribu ton, turun menjadi 36 ribu ton pada tahun 2009, dan kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 40 ribu ton.
“Tahun 2011 target kita minimal bisa terserap 80 persen dari kuota,” tambahnya.
Sedangkan untuk penyerapan pupuk bersubsidi jenis NPK Pelangi, saat ini baru bisa mencapai 17 persen dari kuota 30 ribu ton pertahun. Hal ini disebabkan karena Pupuk Kaltim merupakan pemain yang relatif baru di sektor pupuk majemuk.
“Tapi dibanding 2010 penyerapannya naik. Tahun 2010 hanya 3.100 ton, sekarang sudah 5.100 ton,” katanya.
Dibeberapa daerah tertentu, sambungnya, juga mulai terlihat adanya penurunan konsumsi urea dan peningkatan penggunaan NPK meskipun tidak signifikan.
“Seperti di Tanah Laut, tahun 2010 kuotanya 13 ribu ton, sekarang jadi 10 ribu ton karena dari sisi penyerapan pupuk tunggal turun walau tidak drastis, dan pupuk majemuk ada peningkatan. Demikian pula di Tapin dan Hulu Sungai,” tuturnya.
Pada tahun 2011, pihaknya menargetkan penyerapan NPK Pelangi sebesar 30 persen dari kuota atau sekitar 9 ribu ton. Pemerintah sendiri sangat mendorong penggunaan pupuk majemuk agar kebutuhan unsur hara tanaman terpenuhi sehingga dapat meningkatkan produksi.
Sementara itu, stok pupuk yang ada saat ini diklaim aman sampai dua bulan ke depan. Banyaknya stok yang menumpuk di gudang ini untuk menghindari kelangkaan akibat berbagai faktor eksternal, seperti lambatnya bongkar muat di pelabuhan.
“Sekarang ada dua kapal sedang bongkar, dua kapal masih menunggu giliran, dan rencananya satu kapal lagi akan dating,” terangnya.
Selain waktu bongkar muat yang cukup lama, kelangkaan solar yang belakangan terjadi juga cukup mengkhawatirkan. Truk yang biasanya moving dari pelabuhan ke gudang empat kali dalam sehari, sekarang sibuk antre pagi dan sore.
“Tapi stok di daerah tidak sampai langka, karena kita sudah mendatangkan dengan cepat. Meski biaya penyimpanan di gudang tinggi, apalagi sekarang bukan musim pemakaian pupuk, tapi tidak apa-apa daripada kita kesulitan dan terjadi kelangkaan,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar