A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 17 Mei 2011

Sopir Juga Petik Untung

Jual Solar ke Pengecer

BANJARMASIN - Antrean solar di Banjarmasin belum juga teratasi. Bahkan, antrean kini menjadi dua lapis, seperti yang terlihat akhir-akhir ini di SPBU Sabilal Muhtadin, sehingga membuat kendaraan lain yang lewat harus berjalan perlahan karena antrean memakan hampir seluruh badan jalan.

Di satu sisi, kondisi yang sudah berlarut-larut ini telah mengganggu aktivitas pengangkutan barang karena para sopir kehilangan banyak waktu saat mengantre. Namun, di sisi lain ternyata ada juga sopir yang justru memetik keuntungan dari situasi ini dengan menjual kembali sebagian solar yang mereka dapatkan kepada para pengecer. Apalagi, mereka menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada harga di SPBU.

Imay, salah seorang penjual solar eceran di kawasan tersebut menuturkan, ia biasanya membeli solar dari para sopir truk yang mengantre di SPBU dekat tempatnya berjualan.
"Langsiran sopir di SPBU sini juga. Kalau setelah mengantar barang masih ada lebihan solar, mereka jual ke saya. Besoknya mereka antre lagi," ujarnya.

Ia mengaku membeli dengan harga Rp 7 ribu perliter. Padahal, harga solar di SPBU hanya Rp 4.500 perliter. Artinya, para sopir mendapat keuntungan Rp 2.500 perliter. Dalam sehari, ia bisa mendapat sekitar 10-20 liter solar.

“Tapi akhir-akhir ini agak berkurang sih. Karena antreannya makin panjang, sopir takut juga stok untuk mereka sendiri jadi tidak cukup,” tuturnya.

Keterangan yang sama juga dilontarkan oleh Marina, penjual solar eceran lainnya. Ia mengaku sering ditawari solar oleh para sopir truk.

“Katanya buat beli rokok. Kalau tidak dibeli, saya tidak enak,” ucapnya.

Namun, ia tak selalu meluluskan keinginan para sopir. Selain karena pertimbangan harga yang cukup mahal, ia juga takut dianggap sebagai penadah. Meski demikian, menurutnya sejauh ini aktivitasnya menjual solar eceran aman-aman saja. Tapi tetap saja ia merasa khawatir.

“Untungnya tidak seberapa, tapi resikonya terlalu besar,” tukasnya.

Apalagi, pembeli solar di kiosnya juga tak seramai pembeli premium.

“Biasanya cuma buat genset. Kalau mobil yang beli jarang,” katanya.

Tidak ada komentar: