A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 17 Mei 2011

Warga Berat Beralih dari Mitan

Tidak Apa Mahal, Asal Tetap Ada

Program konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji di Kalimantan Selatan nampaknya tidak akan berjalan mulus. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang dihinggapi trauma akan teror ‘si hijau’ elpiji tiga kilogram, sehingga mereka ragu-ragu untuk meninggalkan mitan.

NAZAT FITRIAH, Banjarmasin

“Trauma liat di televisi, takut kebakaran.” Kalimat ini meluncur dengan polosnya dari bibir Hamsiah. Bahkan, meski sudah mendapatkan sosialisasi tentang penggunaan elpiji, warga Beruntung Jaya itu mengaku tetap was-was dan bertekad akan terus menggunakan mitan selama mitan masih ada di pasaran. Ia sendiri berharap agar mitan jangan sampai dihapus.
“Kecuali kalau sudah tidak ada, terpaksa pakai elpiji,” ujar PNS di lingkungan Pemkab Batola tersebut.
Namun, ketika diberi tahu bahwa mitan tidak akan dihapus, melainkan hanya subsidinya yang dihilangkan, ia langsung menarik ucapannya lagi. Dengan tegas, ia mengatakan akan bertahan mengkonsumsi mitan meski harganya mahal.
“Tidak apa-apa mahal asal barangnya ada, daripada murah tapi sulit didapat,” katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan Rahmawati, salah seorang warga Basirih Selatan. Walau begitu, ia mengaku tetap akan menerima paket kompor dan tabung yang dibagikan, meski ia juga tak bisa menjamin apakah paket tersebut nantinya akan digunakan atau tidak.
“Ya terima sajalah dulu, terserah nanti mau dipakai atau tidak,” ucapnya.
Di sisi lain, tidak semua warga Banjarmasin ternyata keberatan jika mitan bersubsidi ditarik dari peredatan. Rahman, salah seorang penjual batagor keliling di Banjarmasin justru mengaku sudah lama menggunakan elpiji.
“Soalnya lebih hemat daripada pakai mitan,” akunya.
Sementara itu, penarikan mitan bersubsidi lambat laun pasti akan dilakukan oleh Pertamina. Jika tidak, konversi tidak akan efektif karena masyarakat beranggapan masih ada minyak tanah. Selain itu, kalau mitan masih ada, dikhawatirkan akan memunculkan potensi orang-orang tidak bertanggungjawab yang akan mengiming-imingi masyarakat untuk menjual paket tabung dan kompor mereka. Meski demikian, penarikan mitan bersubsidi baru akan dilakukan jika konversi di suatu daerah sudah mencapai minimal 80 persen.

Tidak ada komentar: