A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 27 Mei 2011

Stok Barang Jelang Puasa Terancam

Antrean Solar Berdampak Sistemik

BANJARMASIN – Antrean solar dikhawatirkan akan mengganggu stok barang pada bulan puasa yang bakal tiba sekitar dua bulan lagi. Ketua DPC Organda Trisakti Banjarmasin Joko Wahono kemarin mengatakan, puncak arus barang jelang Ramadan biasanya akan terjadi pada bulan Juli.

Saat ini, kondisi gudang-gudang yang ada di sekitar pelabuhan sudah penuh dengan stok barang. Penumpukkan terjadi karena banyak armada yang tidak bisa berangkat akibat kesulitan mendapat bahan bakar. Dari data Organda, sejak solar langka, jumlah armada yang beroperasi menyusut sekitar 30 persen dari 600 armada menjadi 400 armada.

Jika situasi ini terus berlanjut, dikhawatirkan pasokan barang pada bulan puasa nanti menjadi tidak kondusif.

“Sekarang gudang-gudang penuh, sementara armada kita tidak bisa berangkat. Kita sudah coba kontak teman-teman di Kalteng, tapi mereka tidak berani jalan juga karena kondisi di sana jauh lebih sulit dari di Kalsel,” ujarnya.

Antrean solar yang sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir memang berdampak sistemik. Selain mengganggu arus barang, perusahaan pelayaran pun ikut kena imbasnya karena waktu bongkar muat jadi lebih lama.

“Kalau kapal banyak di pelabuhan, berarti kurang pemasukan. Itu tentu sangat merugikan,” cetus Ketua Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Kalsel Sufrisman Djafar.

Namun demikian, ia tak tahu pasti berapa nominal kerugian yang diderita karena perusahaan pelayaran yang ada di Kalsel kebanyakan hanya sebagai agen saja, bukan pemilik kapal.

“Hitung-hitungannya ada di kantor pusat masing-masing,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Kalsel Djumadri Masrun. Akibat gudang-gudang yang sudah tidak punya daya tampung lagi karena armada pengangkut barang tidak bisa jalan, kapal-kapal pun tidak bisa melakukan bongkar. Ujung-ujungnya, para tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di pelabuhan banyak yang menganggur.

Tidak ada komentar: