A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Jumat, 10 Juni 2011

Dua Minggu Tak Berjualan

Penjualan Sasirangan Terganggu Fluktuasi Harga Kain

BANJARMASIN – Melonjaknya harga kain sebagai imbas dari kenaikan harga kapas dunia, membuat keuntungan para pengrajin sasirangan di Banjarmasin terpangkas.
Rusmalina, salah seorang pengrajin di Kampung Sasirangan Jl Seberang Mesjid mengatakan, ia tak bisa menaikkan harga jual terlalu tinggi supaya tidak ditinggal pembeli.
“Tidak banyak, hanya sekitar 5-10 persen saja,” katanya.
Terakhir, harga kain katun mentah tercatat Rp 16.500 peryard (sekitar 17 meter), sedangkan kain sutra Rp 47 ribu peryard.
“Harga kain katun ada penurunan sedikit, tadinya Rp 17 ribu peryard. Kalau kain sutra harganya naik terus,” kata pemilik Lina Sasirangan itu.
Sedangkan dari sisi kapasitas produksi, menurutnya kenaikan harga kain tidak membawa pengaruh karena permintaan pasar sendiri masih cukup bagus. Dalam sebulan, Rusmalina sanggup menghasilkan rata-rata 300-400 meter kain sasirangan, dan 500-600 meter jika pesanan sedang ramai.
“Produksi tetap normal, cuma keuntungannya saja yang berkurang,” ucapnya.
Sementara itu, pengrajin lainnya Siti Maimunah mengaku fluktuasi harga kain selama tahun 2011 ini sangat mengganggu penjualan sasirangan yang diproduksinya. Bahkan, pemilik Amay Sasirangan itu sempat tidak berjualan selama dua minggu akibat harga kain yang tidak stabil.
“Dalam seminggu harga kain bisa naik sampai dua kali. Jadi, mau menerima pesanan agak sulit,” keluhnya.
Ia menuturkan, sewaktu harga kain masih stabil, setiap pesanan yang datang bisa langsung dikerjakan. Tapi kalau sekarang, ia harus bertanya kepada agen terlebih dulu apakah ada kenaikan harga kain atau tidak.
“Kecuali kalau si pemesan mau menyerahkan uang lebih dulu. Soalnya kalau tidak, nanti setelah pesanan kita kerjakan ternyata harganya naik, mereka pasti maunya pakai harga awal,” tambahnya.
Tak jarang, ia harus menanggung kerugian jika pelanggan tak mau mengerti.
“Hari ini orang pesan, sebulan kemudian mereka nambah, tapi harga sudah beda. Kadang karena tidak enak, terpaksa harganya disamakan,” katanya.
Seiring dengan kenaikan harga kain, harga jual kain sasirangan di tempatnya pun ikut naik dengan kisaran 15-20 persen. Sasirangan berbahan katun yang sebelumnya dijual seharga Rp 50 ribu perdua meter, sekarang jadi Rp 60 ribu. Begitu pula bahan sutera yang sebelumnya Rp 160 ribu kini menjadi Rp 200 ribu.
“Kita ingin tetap menjaga kualitas,” alasannya.
Apalagi, permintaan pasar sendiri nampaknya tak terpengaruh dengan kenaikan harga tersebut. Bahkan, pesanan dari luar daerah cenderung meningkat, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, dan Jawa Barat.
“Sekarang, produksi rata-rata 700 meter perbulan,” ungkapnya.

Tidak ada komentar: