BANJARMASIN - Meningkatnya kebutuhan ekspansi usaha pada industri olahan karet dan CPO, membuat penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2011 diprediksi relatif cukup tinggi. Dari data Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, kedua komoditi ini telah menopang sektor pertanian Kalsel pada triwulan I tadi sehingga mampu tumbuh 3,48 persen year on year, lebih tinggi dari triwulan IV-2010 yang hanya 2,47 persen year on year.
Pemimpin BI Banjarmasin Khairil Anwar mengatakan, pertumbuhan sektor pertanian ini dipicu oleh membaiknya sektor perkebunan sebagai dampak naiknya harga minyak sawit dan karet di pasar dunia.
“Rata-rata harga karet meningkat 26,71 persen dan minyak sawit meningkat 14,63 persen,” ujarnya.
Saat ini, harga karet dunia berkisar USD 5 perkilogram dan minyak sawit USD 1.205 permetrik ton.
Selain sektor perkebunan, laju pertumbuhan kredit pada triwulan II-2011 juga akan didorong oleh peningkatan aktivitas pertambangan. Pada triwulan I lalu, sektor pertambangan tumbuh melambat dari 9,81 persen year on year pada triwulan IV-2010 menjadi 5,30 persen.
“Hal ini disebabkan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kegiatan pertambangan batubara belum optimal,” jelasnya.
Meski demikian, prospek permintaan energi yang lebih tinggi serta harga batubara yang terus meningkat menyebabkan penyaluran kredit ke sektor pertambangan pada triwulan I-2011 membaik dengan pertumbuhan 1,05 persen.
Sementara itu, total penyaluran kredit perbankan Kalsel sampai dengan April 2011 tercatat sekitar Rp 17,9 triliun dengan laju pertumbuhan 23,07 persen year on year, terdiri dari Rp 6,39 triliun modal kerja, Rp 4,63 miliar kredit investasi, dan Rp 6,87 miliar kredit konsumsi.
“Ini belum termasuk kredit yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di luar Kalsel,” tambahnya.
Di sisi lain, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) meningkat dari 3,32 persen menjadi 3,37 persen, terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPL pada kredit modal kerja.
Secara keseluruhan, kredit yang dikucurkan di Kalsel mencapai Rp 22,8 triliun dengan laju pertumbuhan perbulan April 2011 mencapai 31,78 persen year on year, sementara untuk kredit investasi tumbuh 21,24 persen year on year.
“Rata-rata harga karet meningkat 26,71 persen dan minyak sawit meningkat 14,63 persen,” ujarnya.
Saat ini, harga karet dunia berkisar USD 5 perkilogram dan minyak sawit USD 1.205 permetrik ton.
Selain sektor perkebunan, laju pertumbuhan kredit pada triwulan II-2011 juga akan didorong oleh peningkatan aktivitas pertambangan. Pada triwulan I lalu, sektor pertambangan tumbuh melambat dari 9,81 persen year on year pada triwulan IV-2010 menjadi 5,30 persen.
“Hal ini disebabkan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kegiatan pertambangan batubara belum optimal,” jelasnya.
Meski demikian, prospek permintaan energi yang lebih tinggi serta harga batubara yang terus meningkat menyebabkan penyaluran kredit ke sektor pertambangan pada triwulan I-2011 membaik dengan pertumbuhan 1,05 persen.
Sementara itu, total penyaluran kredit perbankan Kalsel sampai dengan April 2011 tercatat sekitar Rp 17,9 triliun dengan laju pertumbuhan 23,07 persen year on year, terdiri dari Rp 6,39 triliun modal kerja, Rp 4,63 miliar kredit investasi, dan Rp 6,87 miliar kredit konsumsi.
“Ini belum termasuk kredit yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di luar Kalsel,” tambahnya.
Di sisi lain, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) meningkat dari 3,32 persen menjadi 3,37 persen, terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPL pada kredit modal kerja.
Secara keseluruhan, kredit yang dikucurkan di Kalsel mencapai Rp 22,8 triliun dengan laju pertumbuhan perbulan April 2011 mencapai 31,78 persen year on year, sementara untuk kredit investasi tumbuh 21,24 persen year on year.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar