Hadapi Anomali Cuaca
BANJARMASIN - Sekitar dua ribu hektar lahan persawahan di Kabupaten Banjar masih terendam akibat curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 lalu sehingga sampai saat ini belum bisa ditanami. Kekhawatiran akan terjadinya anomali cuaca seperti tahun 2010 pun masih membayangi karena berdasar prakiraan BMKG, kondisi cuaca pada tahun 2011 nampaknya masih akan sama seperti tahun sebelumnya.
Namun demikian, sejauh ini kekhawatiran tersebut tidak terwujud. Buktinya, sejumlah lahan lebak di kawasan Hulu Sungai sudah mulai kering seiring dengan berkurangnya intensitas hujan sehingga sudah bisa ditanami kembali.
"Kalau cuacanya kering terus, maka kejadian seperti tahun 2010 tidak akan terulang lagi," ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura (Distan TPH) Provinsi Kalimantan Selatan Sriyono melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Fathurrahman, kemarin.
Pada tahun 2010 lalu, curah hujan yang tinggi membuat puluhan ribu hektar sawah di Hulu Sungai gagal panen, terbanyak di Hulu Sungai Utara dengan luas sekitar 20 ribu hektar, disusul Hulu Sungai Selatan 10 ribu hektar dan Hulu Sungai Tengah 5 ribu hektar. Akibat anomali cuaca ini pula, produksi padi Kalsel tahun 2010 turun sekitar enam persen.
"Tapi cuaca sekarang bisa berubah dengan sangat cepat," katanya.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, Distan TPH Kalsel pun sudah menyiapkan dua skenario untuk menghadapi perubahan cuaca yang mungkin terjadi. Jika hujan turun terus-menerus seperti tahun 2010, maka pihaknya akan mengoptimalkan lahan kering, sawah tadah hujan, dan lahan irigasi.
"Sedangkan jika musim kemarau, kita optimalkan lahan lebak," terangnya.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah program bantuan untuk petani jika sewaktu-waktu dibutuhkan, seperti bantuan benih, baik dari pusat maupun dana APBD.
"Kita juga selalu update informasi dari BMKG kepada para petani melalui teman-teman di lapangan," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar