Harga Beras Melandai
BANJARMASIN - Realisasi produksi padi di Kalimantan Selatan pada triwulan I tahun 2011 mengalami peningkatkan jika dibandingkan jumlah produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalsel Sriyono melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Fathurrahman kemarin mengatakan, kenaikan produksi mencapai sekitar 110 ribu ton.
Diungkapkannya, produksi padi Kalsel sampai bulan April tadi telah mencapai 1,965 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 1,238 juta ton beras, sedangkan target yang ditetapkan untuk tahun 2011 sebesar 2,139 juta ton GKG atau setara 1,348 juta ton beras.
"Kalau lahan lebak di Hulu Sungai dan Kabupaten Banjar sudah bisa ditanami, insya Allah produksi bisa di atas target," ujarnya.
Jika dibandingkan tahun 2010, maka target pada 2011 mengalami kenaikan sebesar 16 persen. Dijelaskannya, angka tersebut merupakan hasil kesepakatan antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, serta pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota.
"Disesuaikan juga dengan kinerja tahun sebelumnya," katanya.
Pada 2010 lalu, produksi padi Kalsel sendiri menyusut enam persen atau sekitar 114 ribu ton akibat anomali cuaca dimana hujan terjadi sepanjang tahun. Dari informasi BMKG, perilaku cuaca pada tahun ini pun diprediksi masih akan sama seperti tahun sebelumnya. Namun demikian, belakangan masalah cuaca memang sangat sulit ditebak. Buktinya, akhir-akhir ini hujan sudah mulai jarang turun sehingga beberapa lahan pertanian yang sebelumnya terendam sudah mulai bisa ditanami kembali.
"Kalau cuaca normal, produksi padi Kalsel bisa lebih tinggi lagi," tukasnya.
Sementara itu, peningkatan produksi padi pada triwulan I 2011 membuat harga beras di pasaran mulai bergerak turun, kecuali jenis beras lokal seperti unus dan siam yang tetap bertahan tinggi.
“Kalau beras ganal ada yang Rp 5-6 ribu perkilogram, tapi untuk unus atau siam tetap saja masih mahal sampai Rp 11 ribu perkilogram,” tutur Halimah, salah satu pedagang beras eceran di Banjarmasin.
Menurut Fathurrahman, hal ini disebabkan produksi beras lokal yang terbatas karena panennya hanya sekali dalam setahun. Kondisi ini membuat harga beras lokal rentan dipermainkan oleh spekulan.
"Konsumsi beras Kalsel hanya 500 ribu ton pertahun. Masalahnya orang kita suka beras lokal, jadi surplus beras lokal sedikit.Tapi untuk jenis beras unggul nasional, surplusnya cukup besar," tambahnya.
Di tingkat agen, harga beras unus mayang bertahan di angka Rp 220 ribu perblek (20 liter, red), unus mutiara Rp 220 ribu perblek, unus biasa Rp 180 ribu perblek, siam lantik Rp 165-170 ribu perblek, karang dukuh Rp 150 ribu perblek, dan beras ganal Rp 125-130 ribu perblek.
“Untuk unus dan siam ada penurunan sekitar Rp 2-3 ribu perblek. Sekarang pasokan boleh dibilang banjir, tapi nanti kalau sudah musim panen harga beras usang bisa sampai Rp 250 ribu perblek,” ungkap H Uhud, salah satu agen beras di Banjarmasin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar