BANJARMASIN – Perhelatan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional XXI di Banjarmasin diyakini akan berkontribusi positif dalam mendongkrak kinerja sektor perdagangan di daerah ini sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2011.
Dalam acara diskusi Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 yang digelar Bank Indonesia (BI) Banjarmasin kemarin, Pemimpin BI Banjarmasin Khairil Anwar mengungkapkan bahwa pada triwulan II-2011 ini pertumbuhan ekonomi Kalsel diperkirakan akan mencapai kisaran 5,7 persen-6,2 persen year on year.
“Selain STQ, meningkatnya kinerja sektor perdagangan juga dipicu oleh momentum liburan sekolah,” ujarnya.
Memasuki triwulan II-2011, sektor pertambangan juga mulai bergairah seiring dengan berkurangnya intensitas hujan dan tingginya harga batubara di pasar internasional. Demikian pula dengan ekspansi keuangan pemerintah daerah serta ekspansi kredit perbankan diprediksi akan membaik.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 juga akan ditopang oleh masih tingginya keyakinan konsumen Kalsel terhadap perekonomian. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencatat kenaikan dari 136,15 diakhir triwulan I-2011 menjadi 146,93 dibulan Mei 2011.
“Membaiknya keyakinan konsumen ini didorong oleh optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja serta ketepatan waktu pembelian untuk pembelian barang tahan lama,” jelasnya.
Dari sisi inflasi, grafiknya terlihat terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik yang ditandai dengan pencapaian laju inflasi yang relatif rendah. Pada triwulan II-2011, tingkat inflasi diproyeksi sebesar 6,57 persen plus minus satu persen year on year.
Sampai dengan bulan Mei 2011, laju inflasi tercatat sebesar 5,98 persen year on year, lebih rendah dari triwulan I-2011 yang mencapai 7,95 persen year on year.
Namun demikian, tingkat inflasi Kalsel beresiko naik jika harga minyak dunia dan harga emas terus berfluktuasi di tengah krisis Timur Tengah, serta pengaruh peningkatan konsumsi masyarakat di masa liburan sekolah. Kondisi ini diperparah lagi dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan harga karena masalah kelangkaan solar serta dampak konversi minyak tanah ke gas elpiji.
“Kami belum punya data terkait dampak kelangkaan solar terhadap harga-harga barang di daerah karena survei kami hanya dilakukan di Banjarmasin. Tapi saat ini BPS sedang melakukan survei di dua kabupaten,” katanya.
Di Banjarmasin, dampak kelangkaan solar sendiri tidak terlalu besar. Memang pada bulan Mei tadi, tingkat inflasi yang terjadi lebih tinggi dari yang diprediksi. Akan tetapi, hal itu lebih disebabkan oleh kekosongan pasokan ikan dan daging ayam.
Sedangkan konversi minyak tanah ke elpiji sudah mulai menimbulkan gejolak di masyarakat yang diindikasikan dengan melonjaknya harga minyak tanah di tingkat eceran.
“Selain STQ, meningkatnya kinerja sektor perdagangan juga dipicu oleh momentum liburan sekolah,” ujarnya.
Memasuki triwulan II-2011, sektor pertambangan juga mulai bergairah seiring dengan berkurangnya intensitas hujan dan tingginya harga batubara di pasar internasional. Demikian pula dengan ekspansi keuangan pemerintah daerah serta ekspansi kredit perbankan diprediksi akan membaik.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 juga akan ditopang oleh masih tingginya keyakinan konsumen Kalsel terhadap perekonomian. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencatat kenaikan dari 136,15 diakhir triwulan I-2011 menjadi 146,93 dibulan Mei 2011.
“Membaiknya keyakinan konsumen ini didorong oleh optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja serta ketepatan waktu pembelian untuk pembelian barang tahan lama,” jelasnya.
Dari sisi inflasi, grafiknya terlihat terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik yang ditandai dengan pencapaian laju inflasi yang relatif rendah. Pada triwulan II-2011, tingkat inflasi diproyeksi sebesar 6,57 persen plus minus satu persen year on year.
Sampai dengan bulan Mei 2011, laju inflasi tercatat sebesar 5,98 persen year on year, lebih rendah dari triwulan I-2011 yang mencapai 7,95 persen year on year.
Namun demikian, tingkat inflasi Kalsel beresiko naik jika harga minyak dunia dan harga emas terus berfluktuasi di tengah krisis Timur Tengah, serta pengaruh peningkatan konsumsi masyarakat di masa liburan sekolah. Kondisi ini diperparah lagi dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan harga karena masalah kelangkaan solar serta dampak konversi minyak tanah ke gas elpiji.
“Kami belum punya data terkait dampak kelangkaan solar terhadap harga-harga barang di daerah karena survei kami hanya dilakukan di Banjarmasin. Tapi saat ini BPS sedang melakukan survei di dua kabupaten,” katanya.
Di Banjarmasin, dampak kelangkaan solar sendiri tidak terlalu besar. Memang pada bulan Mei tadi, tingkat inflasi yang terjadi lebih tinggi dari yang diprediksi. Akan tetapi, hal itu lebih disebabkan oleh kekosongan pasokan ikan dan daging ayam.
Sedangkan konversi minyak tanah ke elpiji sudah mulai menimbulkan gejolak di masyarakat yang diindikasikan dengan melonjaknya harga minyak tanah di tingkat eceran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar