BANJARMASIN – Kolaborasi sasirangan dan batik bakal menjadi salah satu andalan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Provinsi Kalimantan Selatan gelaran Kalsel Expo 2011 di Lapangan Dr Murdjani Banjarmasin.
Ini merupakan jawaban atas kritikan yang kerap dialamatkan pada motif kain sasirangan yang dinilai monoton.
“Kita belum tahu pasar bisa menerima atau tidak, tapi harus dicoba. Kembangkan terus kain sasirangan, tapi jangan hilangkan ciri khas,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kalsel Bambang Supriadi, kemarin.
Kain sasirangan yang dipadukan dengan motif batik ini merupakan buah karya salah seorang perajin sasirangan yang beberapa waktu lalu mengikuti pelatihan membuat batik di Yogyakarta.
“Tujuan utama pelatihan ini adalah bagaimana UKM bisa maju dan berkembang. Tentu mereka tidak boleh meninggalkan pola tradisional, tapi mereka bisa membuat dengan teknik yang berbeda dan lebih baik,” katanya.
Selanjutnya, para perajin diminta untuk mengaplikasikan hasil yang didapat dari pelatihan tersebut.
“Sambil kita evaluasi terus, sehingga kegiatan peningkatan keterampilan tidak sia-sia,” tambahnya.
Pelatihan sendiri digelar pada tanggal 23-29 Juni 2011 lalu di Komplek Ndalem Pertiwi, sebuah kawasan edu-trade-tourism di Yogyakarta yang terkenal dengan kain batik bermerek Pertiwi yang menjadi andalannya.
Nur Ramsiah, salah seorang dari sembilan peserta yang mengikuti pelatihan tersebut mengungkapkan, ada beberapa materi yang diberikan selama pelatihan, diantaranya pengenalan batik dan pembuatan pola.
“Pertamanya agak janggal, biasanya pegang jarum, harus pakai canting,” ucapnya.
Dituturkannya, ada beberapa kesulitan yang dialami pihaknya untuk mengaplikasikan hasil pelatihan pembuatan batik ini, seperti lamanya waktu yang diperlukan jika membuat motif batik tulis dengan menggunakan canting.
“Selain itu, pekerjaan tidak bisa dioper ke orang lain sebelum selesai. Kalau membuat sasirangan kan untuk menjelujur bisa diserahkan ke orang lain,” imbuhnya.
Sedangkan untuk membuat batik cap, para perajin terkendala dengan harga peralatan yang cukup mahal.
“Yang kecil minimal Rp 100 ribu untuk satu motif, sedangkan yang besar antara Rp 500 ribu-Rp 5 juta. Itu di luar kemampuan perajin,” jelasnya.
Pihaknya juga berharap ada semacam penampungan untuk kain sasirangan produksi home industry, karena selama ini perajin sasirangan di Banjarmasin masih menjual sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar