BANJARMASIN - Selain menjelang Lebaran, harga barang-barang kebutuhan pokok paska Lebaran juga perlu mendapat perhatian.
Pasalnya, harga barang-barang kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan selama Ramadan biasanya tidak serta merta akan berangsur normal setelah momentum Lebaran lewat.
Fenomena ini umumnya dipicu distribusi barang yang belum lancar karena aktivitas pengiriman barang menurun lantaran tenaga kerja banyak yang libur.
Pemimpin Bank Indonesia (BI) Banjarmasin Khairil Anwar yang diminta komentarnya mengatakan bahwa Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Selatan sudah siap menghadapi kondisi yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah Lebaran.
“Paska Lebaran memang aktivitas banyak libur. Tapi kalaupun itu memicu kenaikan harga, biasanya hanya sesaat,” ujarnya.
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain seperti monitoring stok barang untuk memastikan jumlahnya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, serta menjamin kelancaran distribusinya.
“Dari pihak pelabuhan sudah siap menjamin kelancaran arus barang, masalahnya sekarang hanya pada kendala bahan bakar solar untuk angkutan darat. Tapi oleh Pertamina sendiri stoknya sudah ditambah,” tuturnya.
Peneliti Ekonomi Madya BI Banjarmasin Agus Hartanto menambahkan, sebetulnya tak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan dengan menurunnya pasokan barang paska Lebaran. Soalnya, kebutuhan masyarakat juga akan ikut menurun dan di saat yang sama penduduk Banjarmasin banyak yang mudik.
Agus sendiri menilai bahwa hal yang perlu mendapat perhatian pada tahun ini justru lamanya jangka waktu libur berhubung Lebaran jatuh di awal pekan. Menurutnya, kalangan perbankan perlu menyiasati hal ini agar kebutuhan uang masyarakat tetap dapat terpenuhi. Ini mengingat kebiasaan sebagian masyarakat yang mengisi waktu libur Lebaran dengan rekreasi, sehingga kebutuhan uang masyarakat otomatis cukup tinggi.
“Cuti bersama Lebaran tahun ini terhitung sembilan hari. Ini rekor, karena tahun-tahun lalu biasanya hanya sekitar lima hari. Makanya, bank perlu melakukan antisipasi,” katanya.
Pasalnya, harga barang-barang kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan selama Ramadan biasanya tidak serta merta akan berangsur normal setelah momentum Lebaran lewat.
Fenomena ini umumnya dipicu distribusi barang yang belum lancar karena aktivitas pengiriman barang menurun lantaran tenaga kerja banyak yang libur.
Pemimpin Bank Indonesia (BI) Banjarmasin Khairil Anwar yang diminta komentarnya mengatakan bahwa Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Selatan sudah siap menghadapi kondisi yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah Lebaran.
“Paska Lebaran memang aktivitas banyak libur. Tapi kalaupun itu memicu kenaikan harga, biasanya hanya sesaat,” ujarnya.
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain seperti monitoring stok barang untuk memastikan jumlahnya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, serta menjamin kelancaran distribusinya.
“Dari pihak pelabuhan sudah siap menjamin kelancaran arus barang, masalahnya sekarang hanya pada kendala bahan bakar solar untuk angkutan darat. Tapi oleh Pertamina sendiri stoknya sudah ditambah,” tuturnya.
Peneliti Ekonomi Madya BI Banjarmasin Agus Hartanto menambahkan, sebetulnya tak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan dengan menurunnya pasokan barang paska Lebaran. Soalnya, kebutuhan masyarakat juga akan ikut menurun dan di saat yang sama penduduk Banjarmasin banyak yang mudik.
Agus sendiri menilai bahwa hal yang perlu mendapat perhatian pada tahun ini justru lamanya jangka waktu libur berhubung Lebaran jatuh di awal pekan. Menurutnya, kalangan perbankan perlu menyiasati hal ini agar kebutuhan uang masyarakat tetap dapat terpenuhi. Ini mengingat kebiasaan sebagian masyarakat yang mengisi waktu libur Lebaran dengan rekreasi, sehingga kebutuhan uang masyarakat otomatis cukup tinggi.
“Cuti bersama Lebaran tahun ini terhitung sembilan hari. Ini rekor, karena tahun-tahun lalu biasanya hanya sekitar lima hari. Makanya, bank perlu melakukan antisipasi,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar