BANJARMASIN – Iklim yang kondusif membuat produksi beras Kalimantan Selatan pada tahun 2011 ini meroket. Dari data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikulutra (Distan TPH) Kalsel, sampai bulan April tadi saja hasil panen telah mencapai 1,965 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 1,238 juta ton beras, sedangkan target yang ditetapkan untuk tahun 2011 sebesar 2,139 juta ton GKG atau setara 1,348 juta ton beras.
Pada bulan Agustus nanti, beberapa daerah di Kalsel siap menggelar panen raya, dimana sedikitnya ada 40 ribu hektare lahan persawahan yang siap di panen mulai bulan depan.
Namun demikian, di tengah melimpahnya produksi beras Kalsel, nyatanya tidak berbanding lurus dengan keuntungan yang diterima oleh para petani. Setidaknya ini terlihat dari harga rata-rata gabah di tingkat petani pada bulan Juli 2011 yang mengalami penurunan sebesar 13,08 persen dibanding bulan Juni dari Rp 4.418,68 perkilogram menjadi Rp 3.840,54 perkilogram.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Distan TPH Kalsel Erna Heryati kemarin mengatakan bahwa penurunan harga gabah salah satunya akibat adanya sebagian pedagang yang mendatangkan beras dari luar daerah seperti Pulau Jawa karena harganya yang lebih murah. Selain itu, kualitasnya juga baik dan rasanya pas dengan selera masyarakat di Kalsel.
“Kondisi ini memengaruhi sentimen pasar, sehingga harga beras local tidak bisa terangkat lagi,” katanya.
Meski begitu, diyakini harga gabah khususnya varietas beras lokal tidak akan anjlok. Penurunan harga juga dinilai masih wajar mengingat pada tahun 2010 lalu harga beras lokal mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Penurunan harga yang terjadi pada tahun 2011 ini pun dipandang sebagai penyesuaian dan tidak akan melewati batas harga normal.
“Kita sih ingin menyejahterakan petani. Tapi masalahnya beras ini masuk kategori barang bebas sehingga tidak bisa diatur,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar