BANJARMASIN – Tarif bus pada musim mudik Lebaran tahun ini masih akan mengacu pada ketentuan yang berlaku di tahun sebelumnya, yakni tarif batas atas dan batas bawah bagi bus ekonomi, serta tarif bebas bagi bus nonekonomi.
Namun, kompetisi yang sangat ketat antarmoda angkutan membuat perusahaan otobus (PO) di Kota Banjarmasin belum berpikir untuk melakukan penyesuaian, sekalipun saat ini angkutan bus mengalami kendala dalam mendapatkan solar sehingga menambah beban operasional perusahaan saat harus membeli solar di eceran dengan harga yang lebih mahal.
“Tergantung dari penumpang. Kalau ramai, harga tiket pasti naik. Tapi kalau biasa saja seperti sekarang, kita juga tidak mungkin menaikkan harga,” ujar Deni dari PO Maharitas.
Kalaupun tarif naik, sambungnya, biasanya tidak lebih dari 10 persen. Pemerintah sendiri mengizinkan PO menaikkan tarif hingga batas atas sebesar 20 persen dari tarif normal.
PO Maharitas melayani angkutan penumpang dari Banjarmasin ke sejumlah daerah di Kalimantan Tengah, seperti Muara Teweh dan Pangkalan Bun. Harga tiket ke Muara Teweh dibanderol Rp 85 ribu, sedangkan ke Pangkalan Bun masing-masing Rp 125 ribu untuk kelas ekonomi, Rp 165 ribu untuk kelas AC, dan Rp 195 ribu untuk kelas AC patas eksekutif.
Kondisi yang sama juga diakui Anwar dari PO Gelora yang melayani angkutan penumpang bus jurusan Banjarmasin-Balikpapan dan Banjarmasin-Samarinda. Bahkan, ia mengaku sudah tiga tahun ini tidak pernah ada kenaikan harga.
Tiket bus ke Balikpapan dipasang tarif Rp 110 ribu untuk kelas ekonomi dan Rp 155 ribu untuk kelas patas, sedangkan ke Samarinda Rp 130 ribu untuk kelas ekonomi dan Rp 170 ribu untuk kelas patas.
“Kompetisinya sangat ketat. Selain tiket pesawat yang makin murah, juga karena sekarang travel menjamur dan ada angkutan minibus yang beroperasi di kabupaten, seperti dari Amuntai ke Samarinda,” tuturnya.
Terkait kelangkaan solar yang telah berbulan-bulan terjadi, ia mengakui hal tersebut sangat mengganggu operasional bus. Gara-gara harus mengantre lama, jadwal keberangkatan bus rata-rata molor hingga sore bahkan malam hari.
“Bahkan beberapa kali kita terpaksa over ke bus lain karena tidak keburu lagi,” ungkapnya.
Pernyataannya itu diamini Imelda dari PO Maju Bersama. Menurutnya, saat ini jarang sekali bus bisa berangkat tepat waktu.
“Kadang antre sampai malam, kalau tidak dapat terpaksa beli di luar. Apa boleh buat karena penumpang sudah isi, meski perusahaan terpaksa menambah biaya untuk BBM,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar