A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Rabu, 03 April 2013

FLP Kalsel Siapkan Buku Kedua



Dulu Susah Terbitkan Buku, Sekarang Gratis Lewat Internet

BANJARMASIN – Komunitas penulis di Kalimantan Selatan yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Kalsel berencana kembali menerbitkan buku dalam waktu dekat.
Diungkapkan Ketua FLP Wilayah Kalsel Nailiya Noor Azizah, buku kedua itu berupa antalogi cerita pendek (cerpen). Buku pertama diterbitkan tahun 2011 lalu, juga sebuah antalogi cerpen berjudul Pelangi di Pelabuhan. Rencananya, buku kedua berisi 20 cerpen, yang terpilih dari lomba yang diikuti anggotanya. Tema utamanya tentang cinta dalam makna universal, bisa antara orangtua dan anak, guru dan murid, maupun suami dan istri.
“Dari segi kualitas tulisan, di buku kedua ini saya lihat jauh lebih bagus. Artinya, pelatihan intensif selama ini ada hasilnya,” ujarnya di sela kegiatan seminar dan workshop menulis bersama penulis nasional Boim Lebon di Banjarmasin, Minggu (17/3).
Sejak berdiri pada tahun 1999, sampai saat ini FLP Kalsel memiliki sekitar 200-an anggota di empat cabang. Yang baru berdiri pada tahun 2012 lalu yakni Amuntai dan Barabai, menyusul Banjarmasin dan Banjarbaru yang lebih dulu eksis. FLP Kalsel sempat mati suri pada tahun 2002, namun mampu hidup lagi tahun 2007.
“Dulu untuk menerbitkan buku masih susah. Sekarang penerbit lokal sudah banyak. Yang jadi kendala, waktu penerbitan buku yang pertama lebih ke pemasaran,” sambungnya.
Dari sekian banyak anggota FLP yang mayoritas dari kalangan mahasiswa, diakuinya yang aktif menelurkan karya memang masih sedikit, sekitar 20-an penulis. Ada yang memublikasikan tulisannya lewat penerbit, secara pribadi, atau bergabung dengan penulis lain.
Salah satunya Nailiya Nikmah. Ia sudah menghasilkan puluhan tulisan, sebagian terangkum di sepuluh buku yang ditulis bersama sejumlah penulis lain. Pada tahun 2010, buku perdananya yang berupa kumpulan cerpen diterbitkan oleh Kelompok Sastra Indonesia (KSI) dan FLP Kalsel.
“Ada rencana lagi mau menerbitkan buku yang berisi kumpulan essay, puisi, dan novel. Ini masih dikerjakan, sambil cari-cari penerbit,” tutur kelahiran Banjarmasin, 9 Desember 1980 yang sehari-hari menjadi dosen Bahasa Indonesia di Poliban itu.
Ia mengaku hobi menulis sejak kecil. Tema kesukaannya adalah menulis tentang perempuan, feminisme, dan isu gender. Misinya untuk mengimbangi kesalahpahaman tentang emansipasi wanita dengan sudut pandang Islam.
Penggemar Tere Liye, Asma Nadia, dan Dan Brown ini juga mengatakan, sekarang lebih mudah bagi para penulis daerah untuk menerbitkan karya. Selain lewat penerbit lokal yang belakangan sudah banyak tumbuh, juga bisa secara gratis lewat media internet.
“Memang kalau lewat penerbit agak susah. Untuk menerbitkan sendiri juga biayanya mahal. Tapi sekarang gampang sekali mempublikasikan tulisan sendiri lewat internet, sangat mudah,” katanya.

Tidak ada komentar: