A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 13 Oktober 2011

Akses Petani Batola ke Bank Meningkat

BANJARMASIN - Berbagai upaya dalam rangka mendekatkan pelaku usaha di sektor pertanian di Kabupaten Batola dengan kalangan perbankan, seperti program klaster padi, klaster jeruk, Sistem Resi Gudang (SRG), dan Forum Komunikasi Klaster Padi yang digalakkan Bank Indonesia Banjarmasin bersama Pemerintah Kabupaten Batola mulai berbuah hasil.

Diungkapkan Khairil Anwar, Pemimpin Bank Indonesia Banjarmasin sekaligus Direktur Regional Bank Indonesia Wilayah Kalimantan, indikatornya bisa dilihat dari akses pelaku usaha di Kabupaten Batola terhadap perbankan yang tercatat relatif tinggi. Seperti diketahui, bukan hal yang baru bahwa pembiayaan masih sering menjadi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat lapis bawah dan pelaku usaha di sektor informal, termasuk yang dialami oleh para petani di Kabupaten Batola.

"Salah satu hasil positif yang telah dicapai tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) 1 kabupaten tersebut yang hingga Agustus 2011 mencapai 166,44 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata LDR kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan Seatan yang berkisar 80 persen”, ujarnya di sela kegiatan bazar perbankan di Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Batola, kemarin.

Bazar Perbankan yang diselenggarakan bertepatan dengan pelaksanaan Kontes Jeruk Batola Ke-2 oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan ini sendiri dihelat  dengan tujuan untuk lebih mendekatkan masyarakat Batola kepada perbankan. Sedikitnya ada sekitar 15 unit gabungan kelompok tani (gapoktan) yang berpartisipasi  serta ratusan orang warga setempat ikut menyesakki tempat acara. "Tidak hanya mendorong peningkatan realisasi pembiayaan, tetapi juga mendorong tumbuhnya budaya menabung masyarakat," tukas Khairil.

Bazar hasil kerjasama dengan Pemkab Barito Kuala dan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Kalimantan Selatan ini sekaligus juga merupakan media untuk melanjutkan edukasi perbankan agar dapat lebih diakses oleh para petani dan masyarakat, khususnya yang selama ini tidak pernah atau jarang berhubungan dengan bank.

Tidak hanya edukasi perihal pembiayaan saja, namun juga layanan jasa perbankan lainnya, seperti tabungan. Hal ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia terkait financial inclusion yang mengharapkan layanan jasa perbankan dapat lebih dipahami dan dinikmati oleh masyarakat luas.

Tidak ada komentar: