A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 13 Oktober 2011

Harga Sapi Naik 10-20 Persen

Jelang Hari Raya Kurban

BANJARMASIN - Seiring meningkatnya permintaan sapi potong sehubungan dengan momen Iduladha yang sebentar lagi tiba, harga sapi potong pun mengalami kenaikan antara 10-20 persen dari harga normal. Ketua Himpunan Peternak Indonesia (HPI) Kalimantan Selatan Abdus Sani mengatakan bahwa kenaikan harga ini merupakan hal yang biasa setiap menjelang datangnya hari raya kurban.
"Boleh dibilang peternak sapi itu panennya hanya sekali setahun ini," ujarnya, kemarin.
Untuk sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali, harganya berkisar Rp 28 ribu perkilogram. Sedangkan untuk harga sapi lokal hanya berdasarkan penaksiran saja, biasanya sekitar Rp 7 juta-Rp 9 juta perekor.
    Pihaknya sendiri menyatakan siap menjamin kebutuhan sapi untuk hewan kurban bagi masyarakat Kalsel. Sejak beberapa bulan lalu, para peternak di berbagai daerah telah melakukan penggemukkan, seperti di Batola, Tapin, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru.
"Penggemukkan biasanya memakan waktu 3-4 bulan," jelasnya.
    Untuk hewan kurban, pasokan sapi kebanyakan didatangkan dari Bali. Selain karena populasi sapi lokal yang belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar, menurutnya kualitas sapi lokal juga masih kalah dengan daerah lain. Dituturkannya, peternak sapi lokal di Kalsel kebanyakan masih menerapkan cara-cara tradisional, misalnya hewan ternak dibiarkan berkeliaran saja tanpa dikandang.
"Kalau di daerah lain, peternakannya sudah terpadu di lokasi yang khusus sehingga memudahkan pengawasan dan pemeliharaan," katanya.
    Demikian pula dalam soal pemberian pakan untuk hewan ternak. Di Kalsel, para peternak belum memiliki kesadaran untuk menyediakan pakan yang berkualitas dan bernutrisi.
"Dalam waktu dekat kita ingin mulai pembinaan bagaimana membuat pakan yang baik. Harus ada tambahan nutrisi, apalagi untuk penggemukan," terangnya.
    Selama ini, sambungnya, para peternak kerap mengalami kendala untuk penyediaan pakan pada musim kemarau karena terbiasa melepas sapinya di alam bebas. "Sebenarnya bahan pembuatan pakannya sama saja, pakai apa yang ada di alam juga. Cuma ditambah dengan konsentrat tertentu untuk mencukupi nutrisi yang dibutuhkan ternak. Harga zat tambahan ini cukup murah, tapi para peternak kita belum terbiasa," tandasnya.

Tidak ada komentar: