A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Selasa, 04 Oktober 2011

Finance Belum Akan Naikkan DP


BANJARMASIN – Derasnya kucuran kredit ke sektor otomotif mendorong pemerintah untuk melakukan pembatasan karena dikhawatirkan terjadi bubble (gelembung) ekonomi.
Salah satu opsi yang tengah digodok adalah menaikkan batas minimal down payment (DP) atau uang muka kredit sebesar 30 persen seperti yang disarankan Bank Indonesia.
Namun, sejauh ini perusahaan pembiayaan atau finance belum menunjukkan tanda-tanda akan mengikuti anjuran tersebut, karena pertumbuhan kredit otomotif tahun ini dinilai masih aman.
Seperti dikatakan Operation Head Astra Credit Companies (ACC) Banjarmasin Halomoan Siburian,  saat ini pihaknya masih mempertahankan porsi DP di angka 20 persen.
“Tapi kalau pembatasan nanti benar-benar diterapkan, kita pasti akan ikut regulasi pemerintah,” ujarnya.
Kekhawatiran terjadinya gelembung ekonomi di sektor kredit otomotif sendiri muncul karena konsumen di dalam negeri kini semakin dimudahkan dalam proses pembelian kendaraan.  
Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi yang tinggi bisa menimbulkan kerawanan jika terjadi gejolak ekonomi yang menyebabkan nasabah gagal bayar.
“Baik DP tinggi maupun rendah memiliki plus dan minus masing-masing,” katanya.
Dengan DP rendah, konsumen akan diuntungkan karena di awal tidak harus mengeluarkan uang banyak, tapi konsekuensinya angsuran tiap bulan cukup besar.
Untuk perusahaan pembiayaan, dengan DP rendah maka akan lebih banyak uang perusahaan yang terpakai,” lanjutnya.
Sedangkan dengan DP tinggi,  imbasnya tentu memberatkan konsumen sehingga membuat perusahaan pembiayaan cemas penjualan otomotif akan turun.
“Walaupun ada juga sisi positifnya, dimana DP tinggi akan menimbulkan rasa memiliki yang lebih besar pada pemilik kendaraan, sehingga akan lebih bertanggung jawab,” tambahnya.
Sementara itu, Pemimpin Bank Bukopin Cabang Banjarmasin Zulfikar Andiko  mengatakan bahwa wacana pembatasan kredit otomotif tidak akan terlalu berdampak pada bisnis perusahaan.
Pasalnya, selama ini Bank Bukopin lebih fokus pada sektor kredit produktif, seperti alat transportasi untuk pertambangan. Diungkapkannya, portofolio untuk kredit konsumtif seperti mobil tidak begitu besar, bahkan tidak sampai lima persen dari total pembiayaan yang disalurkan.
Kalau sektor produktif, tidak perlu khawatir bubble karena ada usahanya. Tapi kalau konsumtif, bisa saja karena kendaraan yang digunakan tidak menghasilkan dalam arti secara langsung,” tuturnya. 

Tidak ada komentar: