Abad Ke-21, Tantangan Guru Semakin Berat
Sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia. Sebaliknya, dengan guru yang bermutu maka kurikulum dan sistem yang tidak baik akan tertopang.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Oleh karena itu, Ikatan Guru Indonesia (IGI) wilayah Kalsel hadir sebagai forum untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk di dalamnya meningkatkan kualitas guru. Launching digelar kemarin dalam acara Seminar Nasional dan Launching Ikatan Guru Nasional (IGI) Wilayah Kalsel dengan tema “Menjadi Guru Kreatif di Era Digital” di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin, kemarin (08/03). Acara dibuka oleh Gubernur Kalsel Rudy Arifin dan diikuti oleh sekitar 900 peserta, baik guru maupun pemerhati pendidikan, dari berbagai daerah di Kalsel dan luar Kalsel.
Menurut Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Drs Satria Dharma yang hadir sebagai salah satu pembicara menyatakan jika di abad ke-21, profesionalisme guru semakin dituntut agar mampu menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan yang semakin berat. Ciri utama dari guru yang profesional adalah mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif, bermakna, dan menyenangkan agar guru dapat menyiapkan siswanya untuk menghadapi masa depan.
Dalam makalahnya yang berjudul ‘Guru Profesional dan Tantangan Pendidikan di Masa Depan’, Satria Dharma mengatakan berbagai kecenderungan yang nampak di era digital saat ini seperti dunia yang semakin mengglobal, terjadi ledakan pertumbuhan di bidang informasi dan komunikasi, munculnya profesi-profesi baru, serta semakin tajamnya perbedaan pendapatan antara highly skilled labours dan low skilled labours, mengharuskan sistem pendidikan untuk menyesuaikan diri.
Menurutnya, ke depan guru tidak hanya sekadar memberikan informasi , namun juga berperan sebagai fasilitator, tutor dan sekaligus pembelajar. Siswa pun tidak cuma disuruh menghafal, tapi harus menjadi periset, problem-solver, dan pembuat strategi. Sedangkan materi yang disampaikan tidak lagi berbentuk informasi dalam bidang studi terlepas, tapi siswa akan mempelajari hubungan antar informasi yang membutuhkan multidisciplinary thinking dan kemampuan melihat dari beragam perspektif pada diri siswa.
Di abad ke-21, siswa diharuskan untuk banyak bertanya, mengganti pola pikir, memperkaya rasa ingin tahu dan kepribadian, serta mengembangkan pembelajaran dan bakat mereka. Tak kalah penting, siswa juga mutlak memiliki keterampilan hidup (life skills), keterampilan berpikir dan belajar, serta pemahaman informasi dan teknologi.
Untuk menghadapi perubahan ini, maka sudah selayaknya guru melakukan perubahan terlebih dahulu terhadap dirinya sendiri.
“Jadilah guru abad ke-21 yang efektif, kreatif dan dicintai oleh siswa,” ujar Satria.
Sementara itu, Ketua IGI Kalsel Abdul Halim berharap kehadiran organisasi ini dapat menjadi wahana saling berbagi antarguru dalam rangka mengembangkan kompetensi dan profesionalisme mereka.
“IGI akan fokus pada upaya untuk meningkatkan mutu guru. Jangan sampai antara guru yang lulus sertifikasi dengan yang belum sama saja. Guru yang bersertifikat harus profesional sebagai konsekuensi dari tunjangan profesi yang mereka terima,” ujarnya.
Sebagai langkah strategis, lanjutnya, ke depan IGI juga akan dibentuk di kabupaten/kota. Selain itu, setiap bulan IGI Kalsel akan mengadakan kegiatan rutin, seperti diskusi, bedah buku, sharing dan sebagainya.
(liputan tanggal 08 Maret 2010)
Sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia. Sebaliknya, dengan guru yang bermutu maka kurikulum dan sistem yang tidak baik akan tertopang.
NAZAT FITRIAH, Banjarmasin
Oleh karena itu, Ikatan Guru Indonesia (IGI) wilayah Kalsel hadir sebagai forum untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk di dalamnya meningkatkan kualitas guru. Launching digelar kemarin dalam acara Seminar Nasional dan Launching Ikatan Guru Nasional (IGI) Wilayah Kalsel dengan tema “Menjadi Guru Kreatif di Era Digital” di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin, kemarin (08/03). Acara dibuka oleh Gubernur Kalsel Rudy Arifin dan diikuti oleh sekitar 900 peserta, baik guru maupun pemerhati pendidikan, dari berbagai daerah di Kalsel dan luar Kalsel.
Menurut Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Drs Satria Dharma yang hadir sebagai salah satu pembicara menyatakan jika di abad ke-21, profesionalisme guru semakin dituntut agar mampu menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan yang semakin berat. Ciri utama dari guru yang profesional adalah mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif, bermakna, dan menyenangkan agar guru dapat menyiapkan siswanya untuk menghadapi masa depan.
Dalam makalahnya yang berjudul ‘Guru Profesional dan Tantangan Pendidikan di Masa Depan’, Satria Dharma mengatakan berbagai kecenderungan yang nampak di era digital saat ini seperti dunia yang semakin mengglobal, terjadi ledakan pertumbuhan di bidang informasi dan komunikasi, munculnya profesi-profesi baru, serta semakin tajamnya perbedaan pendapatan antara highly skilled labours dan low skilled labours, mengharuskan sistem pendidikan untuk menyesuaikan diri.
Menurutnya, ke depan guru tidak hanya sekadar memberikan informasi , namun juga berperan sebagai fasilitator, tutor dan sekaligus pembelajar. Siswa pun tidak cuma disuruh menghafal, tapi harus menjadi periset, problem-solver, dan pembuat strategi. Sedangkan materi yang disampaikan tidak lagi berbentuk informasi dalam bidang studi terlepas, tapi siswa akan mempelajari hubungan antar informasi yang membutuhkan multidisciplinary thinking dan kemampuan melihat dari beragam perspektif pada diri siswa.
Di abad ke-21, siswa diharuskan untuk banyak bertanya, mengganti pola pikir, memperkaya rasa ingin tahu dan kepribadian, serta mengembangkan pembelajaran dan bakat mereka. Tak kalah penting, siswa juga mutlak memiliki keterampilan hidup (life skills), keterampilan berpikir dan belajar, serta pemahaman informasi dan teknologi.
Untuk menghadapi perubahan ini, maka sudah selayaknya guru melakukan perubahan terlebih dahulu terhadap dirinya sendiri.
“Jadilah guru abad ke-21 yang efektif, kreatif dan dicintai oleh siswa,” ujar Satria.
Sementara itu, Ketua IGI Kalsel Abdul Halim berharap kehadiran organisasi ini dapat menjadi wahana saling berbagi antarguru dalam rangka mengembangkan kompetensi dan profesionalisme mereka.
“IGI akan fokus pada upaya untuk meningkatkan mutu guru. Jangan sampai antara guru yang lulus sertifikasi dengan yang belum sama saja. Guru yang bersertifikat harus profesional sebagai konsekuensi dari tunjangan profesi yang mereka terima,” ujarnya.
Sebagai langkah strategis, lanjutnya, ke depan IGI juga akan dibentuk di kabupaten/kota. Selain itu, setiap bulan IGI Kalsel akan mengadakan kegiatan rutin, seperti diskusi, bedah buku, sharing dan sebagainya.
(liputan tanggal 08 Maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar