A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Kamis, 15 April 2010

Meraih Kualitas Shalat dengan Khusyuk

Judul : Seolah Melihat Allah dalam Shalat
Penulis : Abbas Mansur Tamam
Penerbit : Aqwam
Tebal : 248 hal

“Jibril bertanya, ‘Apa yang disebut Ihsan?’ Nabi menjawab, ‘Engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihat engkau.” (HR Bukhari)

Shalat adalah momen yang sangat berharga bagi seorang muslim. Pada saat itulah ia menghadap dan bermunajat kepada Rabb-nya yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Namun, begitu banyak orang yang tidak dapat menikmati kebersamaan itu. Segala kesibukan duniawi bahkan yang biasa terlupakan berseliweran hadir di dalam otak ketika shalat. Kekhusyukan seolah menjadi barang langka dan sulit digapai. Seseorang mesti bergelut dengan berbagai hal untuk mendapatkannya. Ternyata, ada banyak faktor yang membuat kekhusyukan itu berkurang bahkan lenyap. Untuk sebuah kekhusyukan kita mesti mempersiapkannya dari awal, mulai dari ketika mendengar azan sampai ketika menengokkan kepala saat salam.

Itulah yang coba dijelaskan oleh Ustadz Abbas Tamam dalam buku ini. Di sini, ia benar-benar memberikan pemaparan yang komprehensif mengenai kekhusyukan mulai dari A sampai Z. Buku ini berbicara tentang bagaimana shalat yang otentik seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bukan hanya persoalan fikih, tapi pembahasan buku ini akan lebih banyak menitikberatkan pada dimensi khusyuk yang merupakan hakikat shalat.

Khusyuk adalah bagian yang sangat penting dalam shalat. Tanpa kehadirannya, sebuah ibadah hanya akan menjadi formalitas, tanpa kualitas. Hanya akan menjadi ritual, minus spiritual. Dan hanya akan menjadi beban amal, minus pahala.

Pentingnya khusyuk dalam shalat adalah karena shalat seseorang dinilai benar bukan hanya fisik yang tunduk merendahkan diri di hadapan Allah SWT, tetapi disertai penghayatan dan kehadiran hati. Shalat dalam makna ini mengandung arti keterlibatan seluruh dimensi kemanusiaan dalam menghadap Allah SWT.

Anggota badan yang tegak dengan tenang menggambarkan ia sedang berhadapan dengan Sang Raja Diraja. Akal hadir memahami gerakan dan perkataannya agar apa yang sedang dipanjatkan kepada Allah SWT itu dipahami dan dihayati. Hati juga sama-sama terlibat dengan penghayatannya karena Allah SWT tidak hanya melihat gerakan fisik, tapi juga melihat hati. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang dibisikkan di dalam hati manusia.

Saat ia menyadari kehinaan diri di hadapan Allah SWT sehingga muncul rasa takzim, cinta, hina, tawakal, permintaan tolong, khauf, raja’, sabar, syukur, ridha, tobat, dan lain-lain, perasaan seperti inilah yang disebut dengan khusyuk. Ketika ia merasa dilihat Allah SWT dalam shalatnya, ia akan terpanggil untuk menyempurnakan shalatnya. Ketika shalat, hatinya hadir bersama jasadnya menghadap Allah SWT. Sedangkan ketika ia merasa seolah melihat Allah SWT dalam shalatnya, maka shalat baginya bukanla sebuah beban, tetapi justru menjadi hiburan yang menghilangkan duka lara. Inilah puncak ibadah seorang manusia dalam shalatnya.

Khusyuk juga akan mengubah shalat dan ibadah-ibadah lain menjadi energi yang sangat mengagumkan. Kekhusyukan akan mengubah shalat menjadi energi sabar dan membuat pelakunya memiliki imunitas dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang semakin hari semakin mengimpit. Selain itu, khusyuk akan membuatnya tahan dalam menjalankan perintha dan menjauhi segala larangan Allah SWT.

Nah, buku sederhana ini bertekad untuk memberikan semacam perangkat atau cara yang langsung akan mengubah shalat menjadi khusyuk dalam waktu yang cepat sehingga sangat layak untuk diapresiasi oleh setiap muslim yang mengharap shalatnya menjadi lebih bermakna.

Akan tetapi, tentu saja kekhusyukan sejatinya adalah taufik dari Allah SWT. Buku ini hanya berusaha memberikan penjelasan kognitif. Namun, penjelasan itu diharapkan merangsang kita semua untuk merenungkannya, kemudian berusaha mengaplikasikannya dalam shalat kita. Selebihnya, kita berharap agar Allah SWT merespons usaha-usaha manusiawi itu, sehingga menganugerahkan kekhusyukan dalam shalat kita. Amin.

Tidak ada komentar: