Penulis : Hernowo
Penerbit : Lingkar Pena
Tebal : 200 hal
“Dari Abu Hurairah ra.ia berkata: Nabi SAW ditanya oleh seorang sahabat: Apakah perbuatan yang paling utama?, Nabi menjawab: "Beriman dengan Allah dan Rasulnya", Nabi ditanya, apa lagi?, kata Nabi: "jihad di jalan Allah". kemudian Nabi ditanya lagi: amal apa lagi? Nabi menjawab: "Haji yang mabrur". (HR Bukhori-Muslim)
Ibadah haji adalah puncak ibadah bagi seorang muslim. Kenapa? Karena seseorang yang naik haji dan menjadi haji yang mabrur, maka hidupnya akan lebih istiqamah dan kebajikannya selalu bertambah sampai ia menghadap Allah SWT.
Dalam Rukun Islam, Ibadah haji diletakkan di urutan kelima di antara rangkaian ibadah lainnya. Apa artinya? Hal ini menunjukkan bahwa ibadah haji baru bisa dilaksanakan dengan baik apabila ibadah-ibadah yang disebutkan sebelumnya dalam Rukun-Islam dilakukan dengan baik pula.
Oleh sebab itu, sudah selayaknya kita mempersiapkan diri sebelum berangkat menjalankan ibadah yang satu ini. Nah, Anda yang ingin menunaikan ibadah haji barangkali bisa belajar dari pengalaman penulis buku best seller “Mengikat Makna”, Hernowo, saat ia berhaji pada awal tahun 2002 lalu yang direkamnya dalam bukunya kali ini, “Terapi Hati di Tanah Suci : Ya Allah, Jadikan Aku Cahaya”.
Dengan bahasanya yang mengalir, ringan, dan enak dibaca, Hernowo menuliskan kembali kisahnya tentang pencarian “bekal”-nya sebelum berhaji melalui buku-buku “bergizi” untuk mendapatkan referensi mengenai perjalanan haji yang akan dilaluinya, dan perenungannya ketika misalnya berjumpa dengan Ka’bah, “hijrah” dari Makkah ke Madinah, atau tatkala memandang lukisan bunga mawar yang tercetak di lengkungan kubah yang terdapat di Raudhah hingga membuatnya tergetar karena seolah dapat merasakan bau wangi Rasulullah SAW. Pun ketika berada di Padang Arafah, dan tempat-tempat penting lain yang disyaratkan oleh rukun haji, sampai keajaiban bermunajat di pelataran Masjidil Haram yang dilakukannya setiap hari sebelum subuh menjelang sehabis menjalankan Shalat Fajar. Harapan yang ia namakan “Doa Cahaya” itu mewujud secara cepat dalam dirinya usai menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. Bisa dikatakan bahwa melalui buku ini, kita akan mendapatkan semacam “terapi hati” seperti yang dialami penulis sehingga ia dapat menyingkirkan sedikit demi sedikit kotoran yang telah melekat kuat di hatinya.
Ini adalah buku tentang haji yang lain daripada yang lain. Apabila Anda ingin menambah “bekal” berhaji Anda dalam bentuk yang tidak biasa, bacalah buku ini sebelum berangkat ke Tanah Suci!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar