BANJARMASIN – Selama semester pertama tahun 2010 ini, hampir 30 orang gelandangan dan pengemis (gepeng) dari luar daerah telah dikembalikan ke daerah asalnya, mayoritas berasal dari provinsi Jawa Timur. Selain itu, sudah ada dua orang koordinator gepeng yang ditangani pihak kepolisian dan beberapa diketahui ada yang buron.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banjarmasin, Syamsul Rizal yang ditemui di kantornya baru-baru ini.
“Yang sudah kita pulangkan ke luar daerah, kita tidak menemukan lagi. Kecuali kalau dari sini dia ke kabupaten lain, yang jelas di Banjarmasin tidak kita temui,” ujarnya.
Ia pun berani mengklaim bahwa jumlah gepeng di Banjarmasin terus berkurang dan 50 persen gepeng yang telah ditertibkan tidak kembali lagi ke jalan.
“Kemarin ada 20 orang gepeng hasil penertiban kita berikan keterampilan selama 5 hari di sini, dilatih memasak nasi goreng dan sebagainya. Diharapkan mereka bisa membuka usaha,” katanya.
Meski demikian, fakta di lapangan seolah mengatakan yang sebaliknya. Di lampu merah misalnya, terutama pada malam hari, jumlah gepeng yang beroperasi nampak semakin subur saja. Padahal keberadaan mereka begitu mudah terlihat, tapi tangan aparat seakan tak kuasa menjamahnya.
“Pertama, anggaran kurang memadai. Kedua, Satpol PP juga keterbatasan tenaga sehingga saat dihalau di jalan, para gepeng itu main kucing-kuncingan. Idealnya, kita menghendaki ada pos pemantauan, tapi lagi-lagi keterbatasan anggaran,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsosnaker, H Fahmi.
Sekadar diketahui, tahun ini Dinsosnaker hanya mendapat alokasi dana sekitar Rp 3,045 miliar dari APBD, sekitar 60 persen diperuntukkan untuk kesejahteraan sosial. Ada 21 item penyandang masalah sosial di kota Banjarmasin dari 28 item yang harus ditangani, sedangkan gepeng hanya salah satunya.
Oleh sebab itu, untuk lebih memudahkan pengawasan, ke depan Dinsosnaker berencana untuk bekerja sama dengan satuan lalu lintas Poltabes Banjarmasin. Nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Sosial dan Polri telah ditandatangani, tinggal operasionalnya di lapangan.
“Sudah ada kerja sama, tapi belum ditindaklanjuti sedemikian rupa. Sekarang kita coba jajaki bagaimana bentuknya,” imbuhnya.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banjarmasin, Syamsul Rizal yang ditemui di kantornya baru-baru ini.
“Yang sudah kita pulangkan ke luar daerah, kita tidak menemukan lagi. Kecuali kalau dari sini dia ke kabupaten lain, yang jelas di Banjarmasin tidak kita temui,” ujarnya.
Ia pun berani mengklaim bahwa jumlah gepeng di Banjarmasin terus berkurang dan 50 persen gepeng yang telah ditertibkan tidak kembali lagi ke jalan.
“Kemarin ada 20 orang gepeng hasil penertiban kita berikan keterampilan selama 5 hari di sini, dilatih memasak nasi goreng dan sebagainya. Diharapkan mereka bisa membuka usaha,” katanya.
Meski demikian, fakta di lapangan seolah mengatakan yang sebaliknya. Di lampu merah misalnya, terutama pada malam hari, jumlah gepeng yang beroperasi nampak semakin subur saja. Padahal keberadaan mereka begitu mudah terlihat, tapi tangan aparat seakan tak kuasa menjamahnya.
“Pertama, anggaran kurang memadai. Kedua, Satpol PP juga keterbatasan tenaga sehingga saat dihalau di jalan, para gepeng itu main kucing-kuncingan. Idealnya, kita menghendaki ada pos pemantauan, tapi lagi-lagi keterbatasan anggaran,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsosnaker, H Fahmi.
Sekadar diketahui, tahun ini Dinsosnaker hanya mendapat alokasi dana sekitar Rp 3,045 miliar dari APBD, sekitar 60 persen diperuntukkan untuk kesejahteraan sosial. Ada 21 item penyandang masalah sosial di kota Banjarmasin dari 28 item yang harus ditangani, sedangkan gepeng hanya salah satunya.
Oleh sebab itu, untuk lebih memudahkan pengawasan, ke depan Dinsosnaker berencana untuk bekerja sama dengan satuan lalu lintas Poltabes Banjarmasin. Nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Sosial dan Polri telah ditandatangani, tinggal operasionalnya di lapangan.
“Sudah ada kerja sama, tapi belum ditindaklanjuti sedemikian rupa. Sekarang kita coba jajaki bagaimana bentuknya,” imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar