A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Senin, 10 Januari 2011

Dua Kasus Masih Ditangani

BANJARMASIN – Potret kemiskinan di daerah ini nampak jelas dengan tingginya kasus gizi buruk yang terjadi sepanjang tahun 2010 lalu. Seperti diketahui, pada tahun 2010 Banjarmasin tercatat sebagai daerah dengan kasus gizi buruk terbanyak dibanding kabupaten dan kota lain di Kalsel, yakni 36 kasus.
Namun, bagi jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, banyaknya kasus yang ditemukan dianggap sebagai indikasi bahwa tim pemantau telah bekerja dengan baik.
“Kalau menemukan banyak berarti kita bekerja. Masa ada gizi buruk nol, itu tanda tidak bekerja,” ujar Kepala Dinkes Kota Banjarmasin, drg Diah Praswati.
Dituturkannya, ada tiga prinsip dalam penanggulangan gizi buruk, yakni pencegahan, pemantauan, dan pemulihan. Pencegahan dilakukan oleh kader-kader puskesmas melalui sosialisasi kepada masyarakat agar yang mempunyai balita membawa anaknya ke posyandu sehingga perkembangan pertumbuhannya dapat dipantau setiap minggu.
Kemudian, kader-kader puskesmas juga harus proaktif melakukan survey ke rumah-rumah tangga untuk mengidentifikasi masyarakat yang ketika sosialisasi tidak hadir. Begitu ada temuan kasus, langsung dilakukan pemulihan.
Sementara itu, dari 36 kasus gizi buruk yang ditemukan tahun 2010 lalu, tinggal dua kasus yang masih belum tertangani karena kedua korban ternyata memiliki penyakit penyerta.
“Yang dua ini masih dalam pengawasan,” terangnya.
Dalam penanganan kasus gizi buruk, Dinkes memiliki sejumlah program yang dijalankan oleh puskesmas, baik untuk anak maupun ibu. Bagi anak, ada rawat inap dan pemberian makanan tambahan selama enam bulan. Sedangkan sang ibu juga akan diberikan konsumsi makanan dan uang transport, serta ada pendamping untuk memberi pemahaman soal pentingnya makanan bergizi seimbang. Diakuinya, hal ini memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Pihaknya pun sangat berharap anggaran kesehatan semakin lama akan semakin meningkat meski secara bertahap, sehingga akhirnya semua permasalahan kesehatan dibiayai pelayanannya.
“Tahun 2011, kita mulai start dan tim kewaspadaan dini mulai turun lagi. Kita tekan teman-teman puskesmas harus punya target untuk memantau dan menemukan kasus-kasus gizi buruk.
Ketika orang tua tidak paham bahwa balitanya harus mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, jatuhlah korban. Jadi, kita nanti ada program lagi bagaimana memberikan pembinaan kepada masyarakat untuk memahami itu,” tandasnya.

Tidak ada komentar: