BANJARMASIN – Arus informasi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kalimantan Selatan selama ini.
Peneliti Senior Bank Indonesia (BI) Banjarmasin Taufik Saleh kemarin mengatakan, lokasi yang tersebar dan masih terbatasnya layanan jaringan perbankan membuat informasi mengenai program-program pengembangan UMKM yang digulirkan pemerintah belum seluruhnya mampu diakses dan diterima secara benar oleh sekitar 400 ribu UMKM yang ada di daerah ini.
Diungkapkannya, pengembangan UMKM sendiri menjadi fokus perhatian BI, dimana melalui tim pemberdayaan sektor riil dan UMKM, BI melakukan tugas pembinaan dengan berbagai macam cara.
“Selama ini kita lebih kepada sisi bagaimana menggugah bank agar peduli terhadap UMKM dan meningkatkan penyaluran kredit bagi UMKM,” ujarnya.
Bank sendiri, lanjutnya, sebetulnya juga memiliki fungsi yang melekat dalam melakukan pembinaan terhadap UMKM. Dalam standar operasional prosedur (SOP) pemberian kredit oleh bank, terdapat monitoring kredit guna menjamin kelancaran pembayaran cicilan sekaligus memantau perkembangan UMKM yang menerima kredit. Di sinilah peran bank untuk melakukan pembinaan terhadap UMKM. Namun, intensitas pembinaan juga tergantung pada jenis nasabah dan pembiayaan yang diberikan.
“Intinya, semakin banyak perbankan menyalurkan kredit untuk UMKM, maka hakikat pembinaan perbankan terhadap UMKM akan semakin urgen,” tukasnya.
Selain itu, ada pula pembinaan yang sifatnya insidental, misalnya pelatihan kewirausahaan melalui dana corporate social responsibility (CSR).
“Kemudian ada juga LP2UMKM (Lembaga Pengembangan Pendamping UMKM) yang membantu bank sebagai perpanjangan tangan untuk menancapkan kuku pada UMKM yang lebih luas dengan melatih para Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKBM) untuk mendampingi UMKM serta menghubungkan dengan pihak bank,” terangnya.
Melalui lembaga yang dibentuk pemerintah daerah, BI, perbankan, dan institusi lainnya yang memiliki perhatian terhadap UMKM tersebut, ratusan orang di 13 kabupaten dan kota telah dilatih untuk menjadi KKBM meskipun yang aktif hanya sebagian saja.
“KKMB itulah yang betul-betul mendampingi UMKM, memberi pelatihan manajemen, membuat laporan keuangan sederhana, dan mengenalkan kredit ke bank. Sejauh ini hasilnya lumayan walau dari total kredit belum signifikan,” katanya.
Pola pembinaan lain yang dilakukan BI adalah dengan membentuk klaster-klaster komoditas unggulan di daerah-daerah, seperti klaster padi di Kabupaten Batola, dan selanjutnya menyusul klaster karet di Tabalong dan Balangan, dimana melalui pola seperti ini diharapkan terjadi intermediasi antara para UMKM dengan perbankan.
Sementara itu, untuk mengukur keberhasilan pembinaan terhadap UMKM selama ini, menurutnya bisa dilihat dari penyaluran kredit yang terus meningkat setiap tahunnya serta penurunan angka kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar