A good journalist is not the one that writes what people say, but the one that writes what he is supposed to write. #TodorZhivkov

Minggu, 12 Juni 2011

Drs H Syarifuddin Muhammad MM, Qari Internasional Asal Kalsel

Dari Kampung ke Abu Dhabi

Lahir di lingkungan keluarga Qurani, membuat qari internasional asal Kalimantan Selatan Drs H Syarifuddin Muhammad MM sudah bersentuhan dengan Alquran sejak kecil. Belajar dan mengajarkan Alquran pun kini menjadi jalan hidupnya. Dengan menggeluti Alquran pula, putra asli Kandangan ini bisa menjelajah dunia. Bagaimana kisahnya?

"Saya ini orang kampung, ke Banjarmasin saja dulu rasanya sudah wah. Tidak pernah terbayang bisa seperti sekarang," ucapnya mengawali obrolan saat ditemui di sela-sela tugasnya sebagai Wakil Sekretaris Dewan Hakim pada Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional XXI di Banjarmasin beberapa waktu lalu.

Anak pertama dari delapan bersaudara pasangan Muhammad-Masjam ini lahir di pada 25 November 1957 di Desa Sungai Kacil Wasah Hilir Kecamatan Simpur, Kandangan Hulu Sungai Selatan.

“Ayah saya guru mengaji, sedangkan Ibu aktif dalam pengajian. Selain orang tua, kakek saya H Thohir ikut membimbing karena beliau memang punya cita-cita ada di antara anak-anak dan cucu yang akan menggantikan beliau,” tuturnya.

Untuk lebih mendalami ilmu Alquran, Syarifuddin kecil berguru dengan sejumlah ulama di kampungnya, seperti Tuan Guru HM Sani yang sebelumnya cukup lama belajar Alquran di Mekkah. Di samping itu, ia juga menjadi santri di Darul Ulum Kandangan mulai dari tingkat tsanawiyah sampai aliyah. Gurunya yang lain adalah Ustad Abu Hurairah dimana ia belajar tajwid, sedangkan untuk melagukan Alquran ia dibimbing sang paman HM Darmawi yang pernah ikut MTQ nasional beberapa kali. Dari situlah ia mulai mengenal membaca Alquran dengan lagu.

“Dulu kan mainan tidak banyak, main ya di musala, entah mengaji atau salawatan. Itu juga barangkali yang membuat saya fokus karena tidak banyak gangguan,” tambahnya.

Perkenalan ayah lima anak ini sendiri dengan kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dimulai pada tahun 1969, dimana waktu itu ia mewakili Kalsel pada MTQ Nasional tingkat pelajar di Bandung setelah sebelumnya menjuarai even serupa di tingkat kabupaten dan provinsi.

“Waktu itu saya belum berhasil, tapi pengalaman bertemu dengan teman-teman se-Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi waktu itu kita juga diajak jalan-jalan, salah satunya ke teropong bintang. Itu yang kemudian memotivasi saya untuk terus maju,” kenangnya.

Setelah vakum cukup lama, pada tahun 1977 ia kembali aktif mengikuti MTQ tingkat provinsi dan meraih juara kedua.

Sementara itu, usai menyelesaikan pendidikan aliyah, suami dari Hj Rumiyah ini kemudian melanjutkan ke IAIN Antasari. Namun, selang empat bulan kemudian, ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta yang pada masa itu merupakan satu-satunya perguruan tinggi khusus ilmu Alquran. Sekadar informasi, cikal bakal pendirian PTIQ muncul pada penyelenggaraan MTQ Nasional di Kalsel pada tahun 1970.

“Mahasiswanya merupakan perwakilan dari tiap provinsi, seleksinya sangat ketat. Dengan izin Allah, saya yang terpilih di antara teman-teman,” ucapnya.

Setelah masuk PTIQ, ia merasa lebih percaya diri karena bekal keilmuan yang lebih mantap. Pada MTQ Nasional tahun 1988 di Lampung, ia berhasil keluar menjadi yang terbaik. Prestasi inilah yang kemudian membawanya ke kancah dunia dengan mengikuti MTQ tingkat internasional di Kualalumpur Malaysia pada tahun yang sama. Dari seluruh peserta yang berasal hampir dari 30 negara, lagi-lagi ia terpilih sebagai juara pertama. Pulang ke Indonesia, ia mendapat hadiah berangkat haji bersama istri. Tak cukup sampai di situ, ia juga ditawari menjadi pegawai negeri di lingkungan Kementerian Agama RI. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Qari Qariah dan Hafidz Hafidzah Subdit MTQ Direktorat Penerangan Agama Islam Kemenag RI.

“Berkat Alquran, saya bisa kuliah gratis, berangkat haji, keluar negeri, dan jadi PNS. Makanya, saya kalau diminta untuk Alquran tidak bisa menolak karena sudah terlalu banyak yang Allah berikan untuk saya. Mudah-mudahan sampai mati pun saya tetap dalam langkah untuk menggiatkan Alquran,” harapnya.

Setelah juara MTQ internasional, diakuinya banyak kesempatan yang datang kepadanya, seperti undangan tilawah ke Abu Dhabi pada tahun 1994.

“Total tiga kali saya diundang ke sana setiap bulan Ramadan. Saya ditugaskan ke masjid-masjid untuk membaca Alquran, kadang menjelang tarawih, setelah tarawih atau menjelang witir,” ungkapnya.

Pada tahun 1998, ia tiba-tiba mendapat surat dari pemerintah Abu Dhabi yang isinya bahwa mereka tengah membutuhkan imam masjid. Ia pun menerima tawaran itu karena merasa nyaman tinggal di negara tersebut sekaligus ingin mendalami bahasa Arab. Selama kurang lebih 3,5 tahun, ia menjadi imam di Masjid Hanzalah bin Abi Amir di Abu Dhabi sambil mengisi pengajian di KBRI setempat.

“Sekarang saya sudah tidak aktif lagi sebagai peserta di MTQ, tapi sebagai panitia. Makanya, saya jadi sering keliling daerah dan mendampingi utusan Indonesia ke luar negeri,” kata Wakil Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu.

Merasakan berkah yang begitu besar dari menggeluti Alquran, ia pun selalu menitipkan pesan kepada para juniornya untuk selalu istiqamah dengan jalan yang telah dipilihkan oleh Allah.

“Kalau sudah terjun ke Alquran, jangan berbalik. Ini adalah pilihan Allah yang terbaik asal betul-betul kita amalkan, Jangan lupa juga menuntut ilmu. Tak hanya bisa baca Alquran, tapi ilmunya juga dikaji,” tandasnya.

10 komentar:

Anonim mengatakan...

semoga kanda H. Syarifuddin selalu di sehatkn badan di murahkn rizqi,dan slalu dlm lindunganNya,...dan semoga kanda bisa pulang ke kampung sei kacil setiap hari lebaran,sehingga kita bisa berjumpa utk melepas rasa kangen,...by H. khairani Subeli bin Subeli,bin H.Ahmad Thohir,...

ig: @nzfitr mengatakan...

terimakasih bapak atas komentarnya di blog saya..semoga tulisan-tulisan saya bermanfaat ^_^

Unknown mengatakan...

semoga selalu disehatkan badan dan di murahkan rezeki. kawa rancak bulik ka sungai kacil. :)

admin mengatakan...

aamiin... bekeluarga kah pian lwn sidin?

mun sidin bulik, titip salam lah.

pesan & doa sidin selalu ulun ingat sebagai penyemangat :-)

muthy-reifa mengatakan...

Maasyaa Allaah.. Salut banget sama beliau.

admin mengatakan...

iya, luar biasa & menginspirasi :)

Unknown mengatakan...

Rajin dan istiqamah, membawa pian sukses. Ulun terinspirasi kesuksesan pian, sehingga ulun bersemangat menggapai cita-cita...mohon no hp pian, tks byk ka. Dari : Amarullah

Anonim mengatakan...

Semoga beliau selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT

Danda mengatakan...

Mohon doa untuk kesembuhan beliau atas sakitnya, setiap hari minggu malam beliau mengajar al quran di mesjid al barkah cipete jaksel.
mohon doanya supaya beliau bisa mengajar kembali

Unknown mengatakan...

Semoga keberkahan dan kesehatan senantiasa menyertai beliau sekeluarga, dan mudah mudahan saya diperkenankan belajar Alquran dengan beliau, amin